Topeng Panji Yogyakarta, ketika Watak Dipahat dalam Topeng

Topeng Panji Yogyakarta, ketika Watak Dipahat dalam Topeng
info gambar utama

Biasanya, manusia menyembunyikan identitas di balik topeng. Akan tetapi, bagaimana jika topeng itu sendiri adalah penggambaran dari karakter manusia? Itulah yang terjadi pada topeng Panji. Apa itu topeng panji? Simak penjelasannya di sini!

Definisi Topeng Panji

Topeng Panji adalah kerajinan ukir yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Yogyakarta. Topeng ini biasanya dibuat dari kayu jaranan atau Pohon Kuda (Lannea coromandelica). Kayu itu dipilih karena ulet dan renyah, sehingga mudah untuk dipahat.

Berdasarkan sejarahnya, topeng Panji khas Yogyakarta dikemukakan oleh Warno Waskitho. Ia awalnya membuat topeng sederhana dari kertas atau yang disebut juga dengan topeng Barangan. Pada tahun 1920-an, barulah ia menciptakan topeng dari kayu.

Pada tahun 1930-an, seorang bangsawan Keraton Yogyakarta bernama G.P.H Tejokusumo tertarik dengan topeng karya Warno Waskitho. Beliau pun mengangkat topeng itu dalam pendidikan tari klasik gaya Yogyakarta. Dari situlah, tari topeng Panji gaya Yogyakarta diciptakan.

Baca juga: Tari Topeng Klono Sewu, Warisan Budaya Tak Benda Asal Jombang

Latar Belakang Cerita Panji

Topeng Panji dibuat berdasarkan karakter yang ada dalam cerita panji. Cerita panji adalah peralihan antara wayang purwa, seperti Mahabharata dan Ramayana, ke wayang madya atau wayang baru. Salah satu contoh dari cerita panji adalah Keong Mas, Ande Ande Lumut, dan Cinde Laras.

Cerita panji didasari oleh kisah Jayabaya. Kisah ini berkisar pada tokoh Panji Asmarabangun dan Galuh Candrakirana atau yang sering juga dipanggil Dewi Sekartaji. Pertemuan mereka diawali ketika Galuh Candrakirana melarikan diri dari istana karena tidak mau dijodohkan dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Ayahnya, Prabu Bramawijaya, kemudian memerintahkan Panji Asmorobangun untuk menemukan putrinya. Dari situlah mereka bertemu dan saling mencintai.

Selain itu, terdapat juga sejumlah karakter yang menjadi tokoh antagonis dalam cerita panji. Tokoh antagonis laki-laki yang sering muncul adalah Panji Semirang Asmarantaka dan Klana Sawendana. Adapun, tokoh perempuan yang menjadi antagonis adalah Galuh Ajeng.

Fungsi Topeng Panji

Topeng Panji memiliki makna kuat yang dapat menjadi petuah bagi manusia. Pertama, topeng Panji menggambarkan kepribadian manusia lewat simbol-simbol visual. Dengan begitu, kita belajar bahwa wajah adalah perwakilan dari gambaran kepribadian kita. Kedua, suasana hati dan emosi seseorang dipancarkan lewat ekspresi wajah. Karena itu, wajah menjadi kekuatan utama seseorang.

Ketiga, setiap warna, garis, dan bentuk yang dibuat dalam topeng Panji sudah diperhitungkan untuk menggambarkan karakteristik yang ingin ditonjolkan. Karena itu, wajah adalah bagian paling penting dari tubuh manusia sebagai pusat energi.

Makna yang dalam dari tiap karakter topeng Panji membuat tari topeng menjadi cara untuk mengenali diri sendiri. Pemimpin dan raja-raja Keraton Yogyakarta harus mempelajari tari topeng untuk menemukan jati dirinya. Praktik ini disebut sebagai tedhak sungging. Dengan mengenali berbagai karakter manusia dan jati dirinya, raja dapat menasehati dirinya sendiri. Mereka pun tidak mudah dipengaruhi orang lain.

Sekarang, kerajinan topeng Panji memiliki banyak kegunaan. Topeng ini tidak hanya digunakan dalam tari topeng, tetapi juga dalam tari klothekan dan wayang klithik. Bahkan, benda tersebut juga dimanfaatkan sebagai hiasan maupun souvenir.

Baca juga: Topeng Malangan: Keterkaitannya dengan Kehidupan Sosial Masyarakat Malang

Karakter dalam Topeng Panji

Tiap karakter dalam topeng Panji memiliki ragam bentuk yang khas. Karakter itu digambarkan lewat bentuk mahkota, alis, mata, hidung, dan mulut. Secara umum, topeng-topeng tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu satria, dewi, dan raksasa.

Salah satu contoh dari karakter satria adalah Panji Asmarabangun. Panji menggunakan mahkota berbentuk jamang rujen. Mahkota yang bergerigi itu menandakan bahwa satria harus selalu waspada karena masalah dapat datang dari manapun. Alisnya bercabang seperti tanduk rusa sehingga terkesan kuat dan tegas. Sedangkan, matanya sipit dan hidung walimiring yang runcing ke arah bawah menggambarkan kejujuran.

Sifat kesatria dari Panji Asmarabangun juga terlihat pada mulut prengesan yang tersenyum dengan gigi terlihat jelas. Bentuk mulut itu menggambarkan perkataan lembut yang ramah dan bijaksana. Warna dari topeng Panji Asmarabangun menjadi penciri terakhir yang paling menonjol. Topeng berwarna putih menyimbolkan kesucian dan kebersihan.

Karakter Galuh Candrakirana menjadi topeng karakter dewi yang memiliki ciri khas wajah yang serupa dengan Panji Asmarabangun. Perbedaan terlihat pada alis berbentuk bulan sabit yang disebut nanggal sepisan. Alis yang pipih ini menggambarkan sifat lembut dan anggun.

Topeng raksasa memiliki bentuk yang lebih berbeda apabila dibandingkan dengan topeng satria dan dewi. Kesan antagonis dari tokoh Klana Sewandana ditonjolkan dengan mata yang melotot. Mata itu memberi kesan menyeramkan dan ganas. Kegarangan raksasa juga terlihat pada hidung besar dan panjang.

Ciri khas lain dari karakter raksasa adalah mulut bertaring yang menyerupai binatang. Taring itu membuat mereka terlihat rakus dan penuh dengan tipu daya. Klana Sewandana juga memiliki warna merah. Hal itu menggambarkan keberanian dan semangat yang diarahkan pada hal negatif.

Baca juga: Tari Topeng Khas Barikin, Hulu Sungai Tengah: Cerita Warisan Budaya yang Hidup

Kompleksitas yang digambarkan dalam tiap karakter topeng Panji membuat kesenian ini menjadi budaya yang berharga. Kawan GNFI dapat mempelajari falsafah kehidupan yang menjadi identitas bangsa kita. Tidak hanya itu, topeng ini pun dapat dikembangkan menjadi berbagai inspirasi kreativitas karya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini