Lagi-Lagi Jepang, Mengapa Timnas Singapura Terobsesi dengan Pelatih Jepang?

Lagi-Lagi Jepang, Mengapa Timnas Singapura Terobsesi dengan Pelatih Jepang?
info gambar utama

Dalam pengumuman resmi pada 1 Februari, tim nasional Singapura secara resmi menunjuk Tsutomu Ogura, seorang pelatih Jepang berusia 57 tahun, untuk memimpin tim nasional (tim senior dan tim U-22). Ogura diharapkan membawa pengalaman pelatihan yang luas dari berbagai klub di bawah Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA).

Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS) sebelumnya telah mengakhiri kontrak pelatih Jepang lainnya, Takayuki Nishigaya. Penunjukannya menandai ketiga kalinya berturut-turut Singapura merekrut pelatih dari Jepang. Sebelumnya, Tatsuma Yoshida (2019-2021) dan Takayuki Nishigaya (2022-2024) memimpin tim nasional Singapura, The Lions.

Daftar Pelatih Singapura dari Jepang

Tatsuma Yoshida adalah pelatih Jepang pertama yang direkrut untuk memimpin tim nasional senior dalam sejarah FAS. Saat ia mengambil alih, Singapura berada di peringkat 160 dunia menurut peringkat FIFA per 4 April 2019. Namun pada 31 Desember 2021, pelatih Jepang tersebut meninggalkan posisinya sebagai pelatih tim nasional Singapura meskipun kontraknya masih berlangsung hingga Desember 2022.

Dia meninggalkan organisasi tersebut untuk kembali ke Jepang dan bersama keluarganya selama pandemi COVID-19 yang saat itu maish berlangsung. Pengundurannya ini juga bertepatan setelah tim nasional Singapura kalah dari Indonesia di babak semifinal AFF 2020.

Pelatih Timnas Singapura (2019-2021),Tatsuma Yoshida. Credit: AP Photo
info gambar

Selama masa kepelatihannya, pelatih berusia 47 tahun ini membawa Singapura meraih 20 kemenangan di semua kompetisi. Rekor kepelatihannya bersama the Lions meliputi enam kemenangan, empat kali imbang, dan 10 kekalahan. Yoshida juga sukses membawa Singapura ke semifinal AFF Suzuki Cup 2021 - pertama kalinya tim tersebut mencapai babak empat besar turnamen regional dalam sembilan tahun terakhir.

Takayuki Nishigaya secara resmi mengambil alih posisi Yoshida sebagai pelatih tim nasional Singapura pada 25 April 2022. Sayangnya, performa statistik The Lions di bawah asuhan Nishigaya jauh dari harapan. Dari 46 pertandingan, Singapura hanya berhasil meraih delapan kemenangan, lima hasil imbang dan delapan kekalahan.

Pada akhirnya, FAS memutus kontrak Takayuki Nishigaya pada 29 Januari lalu, dengan alasan performa dan hasil yang diraih tim nasional di bawah ekspektasi. Kepergian Nishigaya tidak mengejutkan bagi sebagian orang, mengingat ketidakpuasan di antara para penggemar dan beberapa pemain.

Pelatih Timnas Singapura (2022-2024), Takayuki Nishigaya . Credit FAS
info gambar

Hal ini memuncak pada putaran kedua kualifikasi untuk Piala Dunia FIFA 2026 Asia, di mana penampilan tim Nishigaya mengecewakan. The Lions berada di posisi terbawah grup dengan dua kekalahan dari Korea Selatan dan Thailand. Beberapa pendukung Singapura menyerukan agar Nishigaya dipecat setelah kekalahan 3-1 dari Thailand di kualifikasi Piala Dunia di Stadion Nasional pada 21 November, dan sentimen itu menyebar luas di media sosial.

Setelahnya, Tsutomu Ogura secara resmi diumumkan sebagai pelatih baru tim nasional Singapura pada 1 Februari, menggantikan Takayuki Nishigaya. Ini merupakan ketiga kalinya secara beruntun seorang pelatih asal Jepang ditunjuk untuk memimpin tim nasional Singapura. Penunjukan Ogura datang dengan tugas besar, karena performa tim nasional Singapura di bawah kepemimpinan Nishigaya setahun belakangan kurang memuaskan.

Pelatih Baru The Lions, Tsutomo Ogura. Credit: The Yokohama Express
info gambar

Ogura tidak memiliki banyak pengalaman sebagai pelatih kepala. Pelatih berusia 57 tahun ini hanya pernah menjadi pelatih kepala satu kali, saat ia menangani Omiya Ardija di J-League 1 dari Agustus 2013 hingga Januari 2014. Sebagian besar karirnya dihabiskan sebagai asisten pelatih, termasuk menjadi asisten pelatih tim nasional Jepang dari tahun 2006 sampai 2010 di bawah asuhan Takeshi Okada dan Ivica Osim. Selain itu, Ogura juga memiliki pengalaman sebagai asisten pelatih di klub-klub seperti JEF United Chiba, Ventforet Kofu, dan musim lalu, Tokyo Verdy. Dari tahun 2018 hingga 2022, Ogura juga menjabat sebagai direktur olahraga Yokohama Marinos.

Jepang Lagi?

Bisa jadi, salah satu faktor di balik ini adalah Nota Kesepahaman antara FAS dan JFA. Nota Kesepahaman ini pertama kali ditandatangani pada bulan April 2011 dan telah diperbaharui dua kali - pada tahun 2015 dan sekali lagi pada tahun 2022 untuk tiga tahun ke depan. Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk bekerja sama dan mengembangkan sepak bola di kedua negara.

Kedua pelatih sebelumnya, Yoshida maupun Nishigaya ditunjuk atas rekomendasi dari JFA. Namun, penunjukan Ogura di Singapura berbeda karena badan pemerintahan Jepang tidak terlibat dalam penunjukannya.

Terkait hal ini, Presiden FAS, Bernard Tan, menentang pandangan ini dengan menyatakan bahwa tidak ada motif apapun di balik pemilihan pelatih asal Jepang tersebut. Berbicara dalam konferensi pers untuk memperkenalkan pelatih kepala baru the Lions, Ogura, presiden FAS mengatakan bahwa Jepang memiliki ekosistem sepak bola yang paling maju di Asia.

Tan juga menekankan bahwa tidak ada agenda untuk mengecualikan atau mendukung kewarganegaraan tertentu. Mereka mewawancarai orang-orang dari berbagai negara. Hal ini menunjukkan upaya mereka untuk mempertimbangkan sebanyak mungkin pilihan, meskipun masih ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi.

Sementara banyak yang mempertanyakan apakah keputusan FAS untuk memilih pelatih asal Jepang kali ini adalah keputusan yang tepat, mantan kiper dan pelatih muda Singapura Yakob Hashim memiliki pendapat yang berbeda, seperti yang dilansir dari Straits Times. Hashim berpendapat bahwa Ogura harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

"Saya rasa dia sepertinya memiliki kualitas yang lebih baik dari dua pelatih sebelumnya dan kita harus memberinya kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya," ujar Hashim.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini