Menjejak Pulau Sebatik, Pengikat Perbatasan Indonesia-Malaysia

Menjejak Pulau Sebatik, Pengikat Perbatasan Indonesia-Malaysia
info gambar utama

Wilayah perbatasan memiliki peran sentral dalam upaya pembangunan dan perlindungan kedaulatan negara. Perbatasan bukan hanya batas fisik, melainkan juga arena interaksi antara globalisasi dan lokalitas yang berlangsung setiap harinya.

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menduduki posisi strategis dalam aspek ekonomi dan geopolitik. Dengan 92 pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Australia, Indonesia memiliki potensi wilayah perbatasan yang beragam.

Gambar Pulau Sebatik Pada Peta
info gambar

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 78 Tahun 2005, pulau-pulau ini memiliki peran penting dalam memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Khusus pada kesempatan kali ini, GNFI akan membahas Pulau Sebatik di Provinsi Kalimantan Utara, yang berbatasan langsung dengan Malaysia, sebagai contoh konkret perubahan wilayah seiring berjalannya waktu.

Pada tahun 1996, wilayah Sebatik diubah menjadi kecamatan. Kemudian, setelah pemekaran kecamatan pada tahun 2006, pulau ini berkembang menjadi lima kecamatan pada tahun 2011.

Baca Juga: 250 Bibit Mangrove, Lestarikan Pesisir Desa Tanjung Aru-Sebatik

Pulau Sebatik terletak di Selat Makassar dan menjadi bagian dari perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Pulau ini berada di Provinsi Kalimantan Utara dan wilayah Nunukan, serta memiliki luas sekitar 1.425 km persegi. Pulau Sebatik terdiri dari dua wilayah, yakni Sebatik Barat dan Sebatik Timur, dipisahkan oleh perbatasan sungai Sebatik. Sebatik Barat menjadi bagian dari Kabupaten Nunukan, sedangkan Sebatik Timur berada di Malaysia.

Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik menawarkan potensi ekonomi dan wisata yang luar biasa. Kondisi alam yang asri dan belum terjamah pembangunan menciptakan hamparan bukit hijau, jalan yang meliuk, dan pemandangan yang menyenangkan. Suara kicau burung dan hembusan angin pantai memberikan kesan yang begitu istimewa. Membangkitkan suasana yang tenang, menyenangkan dan cocok untuk menyegarkan pikiran siapapun yang mengunjunginya.

Ketika kalian menginjakkan kaki di sini, Pelabuhan Tarakan menjadi pintu gerbang utama menuju Pulau Sebatik. Di sinilah Kawan GNFI akan menemukan masyarakat setempat yang memperkenalkan wisatawan pada keramahan penduduk sekaligus adat dan budaya Bugis yang kental.

Mayoritas penduduk Pulau Sebatik bersuku Bugis. Adapun orang pertama yang datang ke Pulau Sebatik adalah Ambo Emmang dari Suku Bugis. Ia berasal dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis dengan logat Pinrang, Bone, Maros, Bulukumba, dan Sinjai terdengar di mana-mana, menciptakan atmosfer yang istimewa.

Pulau Sebatik memiliki destinasi menarik seperti Pos Bambangan, kawasan dengan tebing curam dan hamparan pohon indah. Selain itu, terdapat juga Pantai Batu Lamampu yang area sekelilingnya bisa dibilang cukup sepi dan nyaris tak terjamah banyak wisatawan, sangat menawarkan ketenangan dan cocok untuk healing.

Tak hanya itu, terdapat juga Pantai Kayu Angin yang notabenenya lebih ramai karena dekat dengan pemukiman nelayan. Di sana, Kawan GNFI dapat bersantai sekaligus menikmati hasil tangkapan nelayan lokal.

Jika beralih ke Kabupaten Nunukan, Kawan GNFI dapat menemukan tempat-tempat bersejarah, seperti Tugu Dwikora di alun-alun, yang menjadi daya tarik untuk berswafoto. Untuk wisata religi, Masjid Hidayatur Rahma di Islamic Centre menawarkan megahnya bangunan dengan taman hijau di bibir pantai.

Sebatik bukan hanya pulau yang memukau dengan keindahan alamnya, tetapi juga kawasan kaya budaya dan keragaman etnis. Dengan suasana Bugis yang kuat dan keramahan penduduknya, Sebatik adalah destinasi unik dan menarik untuk dijelajahi. Selamat menjelajahi pesona Pulau Sebatik, Kampung Bugis yang istimewa.

Referensi:

  • https://nova.grid.id/amp/05662488/menapaki-pulau-sebatik-yang-indah-nan-eksotis

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini