Hilirisasi di Indonesia, Pengertian, Contoh, dan Manfaatnya untuk Kemajuan Ekonomi Negara

Hilirisasi di Indonesia, Pengertian, Contoh, dan Manfaatnya untuk Kemajuan Ekonomi Negara
info gambar utama

Hilirisasi menjadi fokus utama pemerintahan Presiden Jokowi dalam periode kedua. Jokowi menegaskan berulang kali bahwa hilirisasi memiliki potensi nilai tambah yang signifikan bagi negara.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, bahkan menyatakan bahwa kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6-7% terletak pada hilirisasi. Program hilirisasi industri salah satu yang digadang-gadang menjadi langkah penting menyonsong momentum Indonesia emas 2045. Kawan GNFI, apa sebenarnya hilirisasi?

Pengetian Hilirisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hilirasi merujuk pada pengembangan atau transformasi nilai tambah suatu produk atau komoditas dari bahan mentah di hulu produksi atau upstream menjadi produk setengah jadi atau produk jadi di hilir atau downstream. Dengan kata lain melalui program hilirisasi Indonesia berpeluang meningkatkan pendapatan dengan mengelola proses produksi dari hulu hingga ke hilir.

Lewat kebijakan hilirisasi, Indonesia telah mengubah statusnya dari negara pengekspor komoditas mentah menjadi pengirim barang turunan dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Meskipun menghadapi gugatan dari Uni Eropa di World Trade Organization/WTO terkait larangan ekspor bijih nikel dan kebijakan hilirisasi, keputusan tersebut ternyata berhasil meningkatkan nilai ekspor hasil olahan nikel secara signifikan. Namun, Indonesia harus menghadapi tantangan dalam sengketa perdagangan tersebut.

Gugatan Uni Eropa terkait larangan ekspor bijih nikel mencapai puncaknya pada 2021, ketika Indonesia menerima kecaman melalui WTO. Meskipun Indonesia kalah dalam gugatan tersebut, kebijakan hilirisasi telah membuktikan diri dengan meningkatkan lebih dari 200 persen ekspor hasil olahan nikel pada tahun 2022.

Ini tidak hanya membuat Uni Eropa kesulitan memperoleh bijih nikel dari Indonesia, tetapi juga menimbulkan ketidaksetujuan dari International Monetary Fund/IMF, yang menganjurkan penghapusan kebijakan hilirisasi secara bertahap.

Dalam mendukung kebijakan hilirisasi, pemerintah Indonesia, termasuk Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, terus mendorong pembangunan ekosistem industri di Tanah Air. Meskipun IMF dan Uni Eropa menyarankan penghapusan kebijakan tersebut, pemerintah tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan nilai tambah komoditas, seperti nikel, dengan melarang ekspor bijih mentah dan mendorong produksi produk turunan dengan nilai tambah tinggi.

Berdasarkan data Kementeriaan Ekonomi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia merupakan negara dengan produksi biji nikel tertinggi di dunia. Realisasi produksi bijih nikel Indonesia hampir mencapai 200 juta ton, persisnya sebesar 193,5 juta ton sepanjang tahun 2023. Cadangan nikel Indonesia terbesar berada di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Apa Saja Contoh dari Hilirisasi?

Sebagai contoh, larangan ekspor bijih nikel mentah sejak 1 Januari 2020 merupakan langkah strategis dalam mendukung hilirisasi nikel. Dikutip dari Detikfinance, Menteri BKPM, Bahlil, menyoroti bahwa Indonesia memiliki cadangan Nikel terbesar di dunia, sekitar 23,7%, dan melalui hilirisasi, nilai jual komoditas ini dapat meningkat hingga 68 kali lipat. Sebagai upaya konkrit, industri pengolahan nikel menghasilkan produk turunan seperti sel baterai untuk mobil listrik, menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi ekonomi Indonesia.

Proses charger mobil listrik | Foto: Andreas160578/pixabay.com
info gambar

Selain nikel, ekspor bijih bauksit juga dilarang pada 10 Juni 2023 lewat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Pemerintah terus mendorong perluasan hilirisasi untuk komoditas lainnya. Dilansir dari Pusat Data Republika, pemerintah juga melarang ekspor Sumber Daya Alam seperti batu bara pada 1 Januari 2022, crude palm oil (CPO) pada 28 April 2022. Namun, kebijakan itu kemudian dicabut pada 23 Mei 2022. Terakhir ada tembaga, sehubungan progres pembangunan smelter PT Freeport, Presiden Jokowi menyetop ekspor tembaga mentah pada Desember 2023.

Kawan GNFI juga harus tahu, tidak hanya Mineral dan Batubara saja yang akan diperluas hilirisasinya, tetapi rumput laut juga memiliki banyak turunan yang dapat dimanfaatkan.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyebutkan turunan dari rumput laut bisa dikembangkan menjadi pupuk, pakan, makanan-makanan, farmasi, biofuel, dan lainnya.

Manfaat Hilirisasi untuk Indonesia

Pemerintah mengklaim program hilirisasi berhasil memberi nilai tambah bagi negara. Dikutip dari Detikfinance Presiden Jokowi menyebutkan pendapatan ekspor nikel mentah sebelum tahun 2020, negara hanya mendapat kira-kira US$ 2,1 miliar setara dengan Rp 32 triliun. Setelah hilirisasi dilakukan, industrilialisasi menjadi US$ 33,8 miliar, melonjak dari Rp 33 triliun menjadi Rp 510 triliun.

Investasi dalam hilirisasi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian investasi selama periode Januari-September 2023, mencapai Rp 266 triliun dari total realisasi investasi sebesar Rp 1.053 triliun pada periode tersebut. Realisasi investasi hilirisasi pada periode tersebut mencakup 5 sektor.

Pertama, investasi hilirisasi dalam sektor mineral mencapai Rp 151,7 triliun, yaitu nikel sebesar Rp 97 triliun, bauksit sebesar Rp 7,1 triliun, dan tembaga sebesar Rp 47,6 triliun. Selanjutnya, investasi sektor pertanian berasal dari industri minyak kelapa sawit dan oleochemical dengan nilai Rp 39,5 triliun. Sektor kehutanan juga turut berkontribusi dengan investasi hilirisasi dari industri pulp dan kertas senilai Rp 34,8 triliun.

Sementara itu, investasi hilirisasi dalam sektor minyak dan gas, melalui industri petrokimia, mencapai Rp 31,6 triliun. Terakhir, hilirisasi ekosistem kendaraan listrik, khususnya industri pembuatan baterai kendaraan listrik, menyumbangkan investasi sebesar Rp 8,4 triliun.

Bukan hanya itu, manfaat hilirisasi antara lain:

  • Meningkatkan rantai pasok industri. Hilirisasi memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas selama proses produksi suatu industri.
  • Menyelamatkan komoditas dari gejolak harga. Ketika komoditas, terutama yang diimpor, mengalami fluktuasi harga yang signifikan, hilirisasi dapat menjadi stabilisator nilai. Produsen dapat mengurangi risiko fluktuasi harga bahan mentah dengan menjual produk bernilai tambah, menciptakan margin keuntungan yang lebih tinggi. Prinsip nilai tambah tidak hanya terkait dengan perbandingan harga produk dan bahan baku, tetapi juga melibatkan manfaat yang diberikan kepada masyarakat.
  • Mencapai puncak pohon industri. Konsep hilirisasi tidak berakhir saat komoditas mentah diolah menjadi benda niaga setengah jadi. Hilirisasi seharusnya terus dikembangkan hingga mencapai tahap produk paling akhir dalam rantai industri.
  • Mendukung kekuatan industri dalam negeri. Hilirisasi mendukung keberlanjutan kekuatan industri dalam negeri, memperkuat daya saing negara di pasar internasional melalui kemandirian dan kesiapan dalam produksi barang jadi.

Sumber:

  • https://finance.detik.com/kamus/hilirisasi-d-6999281

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini