Makan Siang Gratis di Sekolah, Cara Ampuh Cegah Stunting di Negara-Negara Ini

Makan Siang Gratis di Sekolah, Cara Ampuh Cegah Stunting di Negara-Negara Ini
info gambar utama

Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah ganguan tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tubuh pendek disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tidak memadai.

Sedangkan menurut United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF), stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus dua, yaitu (stunting sedang dan berat), serta minus 3 (stunting kronis). Hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan World Health Organization (WHO).

Salah satu penyebab stunting adalah masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga memenuhi makanan bergizi. Dalam mengatasi keluarga yang kurang gizi, beberapa negara membuat program makan siang gratis bagi siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menegah. Bahkan, program tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Kawan GNFI, penasaran negara apa saja yang membuat program makan siang gratis? Perlukah negara Indonesia meniru program tersebut? Simak ulasan berikut!

Finlandia

Finlandia merupakan negara pertama di dunia yang melayani makan siang gratis bagi murid sekolah. Program ini berlangsung sejak 1948 yang diatur di Akta Pendidikan Dasar. Lebih dari 900.000 siswa masih mendapatkan manfaat dari makan siang sekolah gratis setiap hari di tingkat sekolah dasar maupun menengah di Finlandia.

Pedoman gizi untuk makanan sekolah, yang direvisi oleh Dewan Gizi Nasional Finlandia pada tahun 2008, didasarkan pada pedoman gizi Finlandia dan Rekomendasi Gizi Nordik. Pendidikan gizi terintegrasi ke dalam kurikulum inti nasional, dengan makan siang sekolah dipandang sebagai alat holistik untuk memberikan pendidikan tentang budaya makanan, gizi, dan keberlanjutan.

Pendekatan holistik ini tidak hanya memberikan nutrisi bagi siswa tetapi juga mendidik mereka tentang kebiasaan makan sehat dan menciptakan kesejahteraan siswa.

India

Sejak tahun 1995, inisiatif makan siang di India telah menyediakan makanan untuk 125 juta anak usia 6—14 tahun. Dengan dukungan dana sebesar US$ 2,8 miliar dari pemerintah, program ini memastikan bahwa setiap anak dapat menikmati makan siang tanpa hambatan.

Selain itu, program ini telah meningkatkan status gizi, hasil pendidikan, dan bahkan membuktikan dampak positif antar generasi. Terlihat bahwa jumlah anak yang mengalami kekurangan gizi menurun, memberikan manfaat pada generasi selanjutnya. Ini juga mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan anak-anak yang lahir dari ibu yang menerima manfaat dari program makanan sekolah ini.

Stunting Dapat Menurunkan Kualitas SDM Indonesia Di Masa Depan

Negara-Negara di Afrika

Negara-negara di Afrika, seperti Benin dan Kenya, sedang aktif berusaha mencapai tujuan serupa dengan berkomitmen untuk memberikan makanan sekolah secara universal dalam jangka panjang.

Sementara itu, Rwanda telah meningkatkan cakupan penyediaan makanan sekolah dari 660.000 menjadi 3,8 juta di tingkat sekolah dasar dan menengah. Dana untuk memperluas program makanan sekolah sebagian besar berasal dari sumber dalam negeri.

Brazil

Sejak tahun 1940-an, Brasil telah memberikan makanan sekolah gratis kepada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Pada tahun 2009, mereka memperluas program ini untuk memenuhi kebutuhan semua anak, mencakup sekitar 40 juta anak.

Saat ini, program tersebut melibatkan jaringan nasional dengan 8000 ahli gizi yang bertanggung jawab merancang makanan sekolah. Program itu mensyaratkan bahwa setidaknya 30% bahan makanan yang disajikan berasal dari peternakan keluarga lokal di wilayah sekolah. Sebagai langkah lebih lanjut, pemerintah kota El Salvador juga menyediakan makanan nabati untuk 170.000 siswanya.

Estonia

Di negara ini, semua anak sekolah dasar dan menengah telah menerima makanan sekolah gratis sejak tahun 2002, memastikan setiap anak di sekolah negeri menerima satu makanan hangat sehari. Estonia juga menjalankan program buah, sayur, dan susu gratis di sekolah.

Swedia

Swedia, bersama negara-negara tetangganya di Skandinavia, menyediakan sekitar 260 juta makanan hangat setiap tahun untuk siswa berusia 7—16 tahun, serta sebagian besar siswa berusia 16–19 tahun. Program ini khususnya memberikan manfaat bagi anak-anak dari keluarga dengan pendapatan terendah yang menerima makanan sekolah gratis selama sembilan tahun, yang dapat meningkatkan pendapatan seumur hidup mereka hingga 6%.

Studi di Swedia menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan ini tidak hanya mencapai prestasi pendidikan yang lebih baik, tetapi juga menunjukkan peningkatan kesehatan selama pertumbuhan mereka.

China

Di China, keluarga membayar biaya bulanan sekitar 70 sen per hari agar anak-anak mereka mendapatkan kotak makan siang berisi nasi, daging, dan sayuran.

Jepang

Sementara di Jepang, siswa tidak hanya menikmati makanan sehat di sekolah, tetapi juga diajarkan untuk memasak makanan sehat. Mereka bergiliran membantu dalam proses memasak, penyajian, dan membersihkan peralatan. Menu makan siang sekolah di Jepang umumnya terdiri dari nasi, sayuran, dan ikan.

Membangun Kesadaran Stunting: Tantangan dan Peluang Media Sosial

Perlukah Negara Indonesia Menerapkan Program Makan Siang Gratis?

Bagaimana angka kejadian stunting di Indonesia? Prevalensi stunting Indonesia berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mencapai 21,6 % dari tahun sebelumnya, yakni 24,4%.

Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila Prevalensi stunting lebih dari 20%. Artinya, secara nasional, di Indonesia tergolong kronis. Terlebih lagi, di 14 provinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional.

Presiden Joko Widodo mengatakan di masa normal tahun ini penurunan kasus stunting diharapkan lebih tajam lagi sehingga target penurunan stunting di angka 14% di 2024 dapat dicapai.

Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah yang bisa diterapkan yaitu memenuhi asupan nutrisi pada 1000 hari pertama anak (sejak janin sampai anak berusia 2 tahun). Indonesia juga bisa meniru negara-negara yang sudah mengimplemantasikan program makan siang gratis untuk siswa di sekolah.

Dikutip dari Antara News, Dian Yunita, peneliti Indonesia Food Scurity Review (IFSR), mengatakan bahwa dari hasil penelitian bersama tim mengenai penerapan program makan siang gratis di berbagai negara menunjukkan dampak positifnya. Program ini tidak hanya meningkatkan asupan gizi, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang signifikan.

Ia juga mengatakan, jika diterapkan di Indonesia, program ini dapat membantu mengatasi stunting dengan memastikan gizi dan nutrisi yang cukup untuk siswa dan santri. Selain itu, program ini berpotensi memberikan dampak positif pada perekonomian, melibatkan pelaku usaha di sekitar sekolah atau pesantren.

Sementara World Food Programme, sebuah badan di bawah United Nations/Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), mengungkapkan program makan siang di sekolah semestinya menjadi investasi yang paling berharga untuk dilakukan pemerintah.

Meskipun setiap negara memiliki konteks uniknya, melihat keberhasilan program serupa di negara lain dan menyesuaikannya dengan kebutuhan serta kondisi lokal dapat menjadi langkah proaktif dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak Indonesia.

Mengurai Dampak Kesehatan Akibat Open Defecation, Ancaman Stunting pada Anak

Sumber:

  • CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/research/20230911114648-128-471313/prabowo-janjikan-makan-gratis-bisa-tiru-deretan-negara-ini
  • Food and Agriculture Organization: https://www.fao.org/platforms/school-food/around-the-world/europe-and-central-asia/finland/en
  • Antara News: https://www.antaranews.com/berita/3946401/ahli-nilai-program-makan-siang-prabowo-gibran-perlu-diwujudka

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini