Menilik Rokok Elektrik, Bom Waktu Kesehatan Masyarakat Indonesia

Menilik Rokok Elektrik, Bom Waktu Kesehatan Masyarakat Indonesia
info gambar utama

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mendesak pemerintah agar segera menerbitkan aturan yang membatasi penggunaan rokok elektrik. Karena jika tidak, rokok elektrik akan menjadi "bom waktu masalah kesehatan" dalam 10 atau 15 tahun mendatang.

Dulu, rokok elektrik atau yang dikenal dengan sebutan vape dianggap sebagai opsi lebih sehat dan beberapa orang mencobanya untuk berhenti merokok.

Bagi sebagian orang, rokok elektrik bukan hanya alat pengganti, tapi juga bagian gaya hidup. Penggunaannya yang lebih praktis dianggap sebagai tren, baik untuk berinteraksi dengan orang lain maupun sebagai bentuk ekspresi diri.

Lalu, bagaimana eksistensi rokok elektrik di Indonesia?

Sejarah Rokok Elektrik di Indonesia

Sejarah rokok elektrik atau vape pertama kali datang di Indonesia pada tahun 2010. Namun perkembangan rokok elektrik pada awal kedatangannya tersebut tidak langsung terkenal. Sebab, pada saat itu masih banyak masyarakat Indonesia belum mengetahui apa itu rokok elektrik atau vape dan baru di sekitar tahun 2013—2014.

perkembangan vape di Indonesia mulai meningkat. Banyak masyarakat di Indonesia pada saat itu beramai-ramai membeli dan menggunakan rokok elektrik atau vape untuk mengganti pola merokok tembakau mereka.

Rokok elektrik semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Menjamurnya para penjual rokok elektrik menjadi indikasi bahwa pemakai rokok elektrik semakin banyak.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan tegas menyuarakan larangan terhadap penggunaan rokok elektrik, mengingat ancaman bahayanya yang dianggap setara dengan rokok konvensional.

Sejumlah penelitian mendalam juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara rokok elektrik dan berbagai masalah kesehatan serius.

Melihat urgensi situasi ini, IDI tidak hanya memberikan peringatan, tetapi juga mengeluarkan rekomendasi kuat kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tegas dalam melarang peredaran rokok elektrik.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan aturan yang membatasi konsumsi rokok elektrik sedang dalam harmonisasi antar-kementerian dan akan dituangkan dalam turunan UU nomor 17 Tahun 2023.

Jika dibandingkan vape asap rokok memang memiliki lebih dari 7.000 bahan kimia, yang mana banyak di antaranya beracun, dan sekitar 70 bahan kimia lainnya dapat menyebabkan kanker.

Cairan rokok elektrik mengandung zat seperti nikotin, bahan karsinogenik, dan toksik, yang telah terbukti memiliki dampak merugikan pada kesehatan. Komponen-komponen lainnya seperti glikol, gliserol, alkanal, formaldehida, dan logam yang terdapat dalam rokok elektrik dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, sistem ekskresi, dan bahkan sel-sel tubuh.

Oleh karena itu, langkah-langkah preventif yang komprehensif perlu diambil untuk melindungi masyarakat dari risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan rokok elektrik di Indonesia.

Baca Juga: Ragam Olahan Daun Tembakau Yang Perlu Kamu Ketahui

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melaksanakan penelitian terkait rokok elektrik pada tahun 2015 dan 2017.

Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa rokok elektrik menimbulkan dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan potensi manfaatnya terhadap kesehatan masyarakat. Kandungan nikotin dan uap dari rokok elektrik dapat berdampak negatif pada kesehatan.

Meskipun BPOM sendiri belum memiliki kewenangan dalam mengatur peredaran rokok elektrik, diperlukan regulasi yang lebih jelas terkait penggunaan rokok elektrik, sejalan dengan pengaturan rokok konvensional.

Berikut adalah beberapa aspek bahaya yang perlu diwaspadai dalam penggunaan rokok elektrik:

1. Popcorn Lung

Bronchiolitis obliterans, juga dikenal sebagai popcorn lung, adalah kondisi langka yang timbul akibat kerusakan pada paru-paru, menyebabkan penyempitan saluran udara. Diacetyl, suatu senyawa yang umumnya ditambahkan ke dalam e-liquid untuk meningkatkan rasa, merupakan pemicu utama.

Menghirup diacetyl dapat menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut permanen pada bronkiolus, yang berakibat pada kesulitan bernapas, batuk, suara tinggi saat bernafas, nyeri dada, dan sesak napas.

Baca Juga: Ketahui Bagaimana Penularan, Gejala, dan Pencegahan dari Penyakit TBC Paru

2. Pneumonia Lipoid

Pneumonia lipoid dapat terjadi ketika asam lemak memasuki paru-paru melalui inhalasi e-liquid vape yang mengandung zat berminyak. Hal ini tentunya memicu reaksi inflamasi.

Batuk kronis, sesak napas, dan batuk darah atau lendir bercampur darah adalah gejala yang dihasilkan oleh kondisi pneumonia lipoid ini. Kasus baru-baru ini di Indiana, AS, menunjukkan bahwa penggunaan vape yang berlebihan dapat menyebabkan pneumonia lipoid.

3. Pneumotoraks Spontan Primer (paru-Paru Runtuh)

Kondisi paru-paru yang runtuh atau pneumotoraks spontan primer terjadi ketika terdapat lubang di paru-paru yang menyebabkan kebocoran oksigen. Merokok dan vaping menjadi pemicu utama yang dapat meningkatkan risiko kolapsnya paru-paru.

Tanda-tanda paru-paru kolaps melibatkan nyeri dada atau bahu, sesak napas, dan kesulitan bernapas.

4. Memengaruhi Perilaku dan Kesehatan Mental

Rokok elektrik jelas mengandung nikotin yang mana merupakan zat adiktif. Ketika seseorang kecanduan pada nikotin dan mencoba berhenti menggunakannya, tubuh dan otak mereka harus terbiasa untuk tidak memiliki nikotin.

Zat ini (nikotin) bisa berefek kurang baik bagi kesehatan mental dan perilaku seseorang. Pengidam nikotin mungkin akan sering merasakan mudah gelisah, cemas, marah, sulit berkonsentrasi hingga gangguan tidur.

Tak hanya itu saja, untuk remaja sendiri, kecanduan nikotin yang ada dalam vape akan membuat golongan usia ini mudah stres.

5. Memengaruhi Kesehatan Gigi dan Gusi

Meskipun risiko utama vaping terkait dengan penyakit paru-paru, dampak negatif juga dirasakan pada kesehatan gigi dan gusi. Paparan aerosol dari vape dapat membuat gigi lebih rentan terhadap perkembangan bakteri, sementara vaping dapat memicu iritasi pada gusi, mulut, dan tenggorokan.

Itulah beberapa dampak negatif kecanduan vape bagi kesehatan tubuh. Untuk kesehatan masyarakat, pendekatan pencegahan akan selalu lebih baik daripada mengobati. Menghindari atau berhenti dari melakukan vaping adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan jangka panjang.

Konsultasikan dengan bantuan profesional kesehatan untuk mendapatkan cara yang lebih aman dan terkontrol untuk yang ingin berhenti merokok.

Baca Juga: Inilah Bahaya Rokok Elektrik, Bagaimana Caranya Agar Berhenti Kecanduan?

Sumber:

  • https://www.halodoc.com/artikel/berbahaya-seperti-rokok-ini-5-dampak-kecanduan-vape
  • https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/28/salah-kaprah-keamanan-rokok-elektrik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini