Ketika Rhoma Irama Siap Mati untuk Melawan Lotre Porkas Zaman Orba

Ketika Rhoma Irama Siap Mati untuk Melawan Lotre Porkas Zaman Orba
info gambar utama

Musisi dangdut legendaris Tanah Air Rhoma Irama memiliki kisah tersendiri mengenai Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah atau SDSB. SDSB adalah sebuah judi lotre yang digandrungi masyarakat Indonesia di era 90-an.

Ketika itu, SDSB sangat digandrungi oleh masyarakat baik di kampung atau di kota. Baik tua maupun muda, semuanya tergila-gila oleh kupon lotre. Masyarakat seolah-olah menemukan jalan pintas untuk menjadi seorang hartawan.

Cerita Teror Gang Buntu dari Kebayoran Lama, Jejak Kelam Orde Baru?

Dinukil dari Detik, Rhoma Irama ketika itu melawan kebijakan dari Rezim Orde Baru tersebut dengan membuat lagu berjudul Sumbangan dan Judi. Di dalam bait-bait lagunya, Bang Haji mengkritik soal SDSB yang menggunakan sumbangan sebagai kedok perjudian.

Dirinya mengkritik fenomena di mana orang berbondong-bondong memberikan sumbangan, tetapi malah membuat perhitungan angka demi mendapatkan sejumlah Rupiah. Padahal sejatinya, dalam lirik lagu tersebut para penyumbang hanya mengharap ridho Tuhan.

Siap mati

Sikap Rhoma ini ternyata membuat telinga pemerintah marah. Dalam buku Rhoma Irama: Politik Dakwah Dalam Nada, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin sempat menegur pria kelahiran Tasikmalaya 11 Desember 1946.

“Hai Rhoma, memang kamu sudah memiliki lumbung apa sampai berani melawan pemerintah,” kata Ali.

Saat itu, Rhoma Irama menyatakan tidak memiliki logistik apapun untuk melawan pemerintah. Saat itu, Ali Sadikin sempat menanyakan apakah Rhoma Irama siap mati. Raja Dangdut itu menyatakan siap mati.

“Saya tidak punya uang,” jawab Rhoma.

Desas-Desus Petrus, Saat Orang Hapus Tato Agar Tak Ditembak

“Apa kamu siap mati?” tanya Gubernur Ali Sadikin.

“Saya siap mati,” kata Rhoma dengan suara tenang.

Dihentikan

Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto pernah melegalkan SDSB. Soeharto melegalkan SDSB dengan dalih untuk mengembalikan dana olahraga di Indonesia. Namun sistem sumbangan itu malah menjadi judi yang sudah ada sebelumnya di Indonesia.

Karena itulah muncul demonstrasi SDS di berbagai daerah Indonesia. Demo mahasiswa dalam jumlah besar terjadi di Makassar, Jember, Surabaya, Solo, Pekalongan, Yogyakarta, dan juga Jakarta.

Mengulik Asal Usul Pembangunan Gedung MPR/DPR

“Kami turun ke jalan mendemo kebijakan itu,” kata Hasyim Asy’ari yang sekarang jadi Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) dimuat Detik.

Karena banyaknya protes, sejumlah kios penjualan kupon SDSB dibakar di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya. Karena itu dalam rapat DPR, Menteri Sosial Endang Kusuma Inten Soeweno mengumumkan penghapusan kupon SDSB pada tahun 1994.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini