Harga Beras Naik Terus, Ini Penyebabnya Menurut Pemerintah

Harga Beras Naik Terus, Ini Penyebabnya Menurut Pemerintah
info gambar utama

Harga beras di Indonesia terus naik. Merujuk data Badan Pangan Nasional (Bapanas), per 24 Februari 2024, satu kilogram (kg) beras medium nasional rata-rata harganya Rp14.280, sedangkan beras premium Rp16.350 per kg. Pemerintah mengeklaim, gejolak harga beras dan pangan tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi seluruh dunia.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis, indeks harga beras dunia mencapai 142,8 poin pada Januari 2024, meningkat 1,2 persen. Angka itu lebih besar 13 persen daripada nilai tahun lalu dan paling tinggi sejak Agustus 2008.

Sejumlah pihak mengutarakan analisis dan pendapat mereka tentang penyebab kenaikan harga beras nasional. Berikut rangkumannya.

Impor Beras, Kebijakan yang Kerap Dikritik namun Dibutuhkan

Konsumsi dan produksi defisit 8 bulan

Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, lonjakan harga beras di Indonesia terjadi karena produksi mengalami depresiasi atau penurunan nilai. Perbedaan jumlah produksi dengan konsumsi beras nasional defisit dalam 8 bulan terakhir.

Meski tahun lalu, kuota beras nasional surplus 340 ribu ton, tapi pada Januari dan Februari 2024, produksi versus konsumsi minus 2,8 juta ton.

"Harga beras itu ikut harga gabah, misalnya rata-rata Rp8,000-8.500 memang harga berasnya akan Rp16 ribu. Kenapa demikian? Memang ini terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia,” kata Arief di Gudang Perum Bulog Paceda, Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (23/2/2024).

Hikayat Masyarakat Dayak yang Jadikan Beras Perantara ke Dunia Roh

Musim panen mundur

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pernah menyatakan bahwa kenaikan harga beras di Indonesia terjadi karena perubahan iklim dan fenomena El Nino. Kondisi ini menyebabkan musim panen mengalami kemunduran.

“Ada perubahan iklim, ada super El Nino. Kemudian, 22 negara setop tidak mengekspor berasnya, sehingga terjadi keguncangan harga beras, harga pangan di dunia. Semua negara mengalami, tetapi negara kita kenaikannya tidak sedrastis negara-negara lain,” ucap Jokowi di Pasar Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).

Kementerian Pertanian RI melaporkan, dalam dua hari terakhir, beberapa daerah sudah memasuki masa panen raya, di antaranya: Banten, Kabupaten Maros, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

India Resmi Setop Ekspor Beras, RI Tak Kena Imbasnya?

Luas tanam berkurang

Selain kemunduran panen, kekeringan ekstrem yang diciptakan El Nino juga menyebabkan penurunan luas tanam di seluruh Indonesia. Menteri Pertanian RI Amran memproyeksikan, luas tanam nasional pada Februari 2024 meningkat sampai 2 juta hektare, namun kenyataannya justru anjlok dari 1.753.000 hektare per Januari, menjadi 800.000 hektare.

"Ada peningkatan pemanasan global, yang kelaparan di dunia saat ini kurang lebih mendekati satu miliiar penduduk dan ada 44 negara di dunia yang terancam kelaparan saat ini," ungkap Amran dalam acara Dialog Kebangsaan di Universitas Hassanudin, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (20/2/2024).

Meski harga tak kunjung turun, pemerintah setidaknya menjamin stok beras nasional aman untuk Ramadan dan Idul Fitri. Stok beras di gudang Bulog saat ini mencapai 1,2 juta ton. Sebanyak 500 ribu ton sedang dalam perjalanan.

Untuk mengantisipasi lonjakan harga dan kelangkaan stok beras di pasaran, Bulog menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebesar 220 ribu ton dari awal 2024 dan hari ini akan menyalurkannya lagi sebanyak 250 ribu ton.

“Masih ada kuota penugasan pengadaan impor dari pemerintah, maka jumlahnya akan makin kuat untuk kebutuhan penyaluran guna mempertahankan stabilitas harga beras di masyarakat” ujar Menteri BUMN RI Erick Thohir saat mengecek ketersediaan beras SPHP di Robinson Klender, Jakarta, Senin (12/2/2024).

ATM Beras, Inovasi Ciamik dari Depok untuk Bantu Warga Kurang Mampu

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini