Kisah Dusun di Ciamis yang Larang Warganya Bangun Rumah Bertingkat, Ini Alasannya

Kisah Dusun di Ciamis yang Larang Warganya Bangun Rumah Bertingkat, Ini Alasannya
info gambar utama

Masyarakat di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat memiliki mitos yang dipercaya hingga kini. Masyarakat di desa tersebut melarang warganya untuk memiliki rumah dua tingkat.

Kepala Desa Karangkamulyan Uus Uswandi mengatakan mitos larangan rumah tingkat dua itu sudah ada sejak zaman dahulu. Mitos ini dipercaya secara turun temurun karena dianggap akan membawa malapetaka.

“Iya, jadi konon katanya kalau yang membangun rumah bertingkat itu nanti akan mendapatkan kesialan baik dari kesehatan maupun dari urusan rezeki,” ujarnya yang dimuat dari Harapan Rakyat.

Asal Usul Bebegig Sukamantri

Dikatakan oleh Uus, mitos itu kembali kepada kepercayaan dari masyarakat itu sendiri. Kalau yang percaya dan sudah mendengar cerita-cerita rakyat, tadinya ingin membangun namun tidak jadi membangun.kkk

“Tapi kebanyakan warga di dusun Karangkamulyan itu rumahnya tidak bertingkat dua. Jadi mitos tersebut kembali lagi dari keyakinan dan kepercayaan masing-masing warga tersebut,” pungkasnya.

Dari Kerajaan Galuh

Juru Pelihara Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Agus Abdul Haris menjelaskan mitos dilarangnya warga membangun rumah dua tingkat sudah ada sejak zaman dahulu. Mitos tersebut tidak lepas dari sejarah Kerajaan Galuh Ciung Wanara pada abad ke 7 M.

Dikatakan olehnya Galuh memiliki arti keagungan atau paling atas. Galuh juga memiliki arti permata atau dalam pribadi manusia berarti hati nurani. Sehingga Galuh itu posisinya diyakini paling atas, melambangkan kejujuran, jangan sombong dan tak angkuh.

Legenda Lutung Kasarung yang Terabadikan dari Tumpukan Batu di Ciamis

“Jadi kalau rumah warga dibangun dua lantai atau di tingkat berarti melebihi posisi Galuh. Karena disini ada petilasan Kerajaan Galuh yang posisinya paling tinggi. Warga di sini sudah mengetahui dan takut kalau membangun rumah dua tingkat,” ujar Agus yang dimuat Detik.

Agus menjelaskan Karangkamulyan merupakan satu tempat kemuliaan sehingga warganya dilarang untuk sombong. Rumah tingkat, lanjutnya dapat dikaitkan dengan simbol kesombongan meski membangunnya tanpa bermaksud seperti itu.

Sering terkena musibah

Kepala Dusun Karangkamulyan Entin mencatat dari sekitar 300 tempat tinggal yang dihuni 400 kepala keluarga di wilayahnya, ada empat warga yang mencoba mematahkan mitos tersebut dengan membangun rumah bertingkat.

Dijelaskannya ada sekitar 296 rumah berlantai satu dan empat rumah bertingkat. Tetapi entah kebetulan atau takdir, sambungnya, nyatanya bangunan tingkat itu malah kosong dan pemiliknya terkena musibah.

“Bahkan baru-baru ini ada seorang warga yang mencoba membangun rumah tingkat. Bangunan selesai, pemiliknya mengalami kecelakaan. Jadi persepsi masyarakat di sini seperti itu (melanggar larangan), kata Etin.

Ronggeng Gunung, Tarian yang Lahir dari Kepedihan dan Dendam

Kepala Desa Karangkamulyan, M Abdul Haris menjelaskan mitos larangan membangun rumah tingkat ini memang melekat di masyarakat. Tetapi dia menyebut ada makna di balik mitos tersebut.

“Filosofinya agar masyarakat Karangkamulyan itu tidak sombong, tapi harus rendah hati. Karena kalau membangun rumah tingkat dikhawatirkan orang menjadi sombong,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini