Kisah Para Loper Koran, Penyambung Informasi Terbaru untuk Masyarakat

Kisah Para Loper Koran, Penyambung Informasi Terbaru untuk Masyarakat
info gambar utama

Keberadaan loper sangat penting bagi para pembaca dan perusahaan media hingga medio tahun 2000-an awal. Umumnya loper menggunakan sepeda motor, tetapi sampai sekitar 1980 an masih ada yang menggowes sepeda hingga berjalan kaki.

Di jalan Gajah Mada, Jakarta Barat berjejer tukang koran, di sepanjang kaki lima, di setiap perempatan yang ramai atau di sela-sela mobil yang macet di kesibukan jalan. Para loper koran ini merupakan penyampai lisan berita-berita hangat di hari ke hari.

Hari Pers Nasional, Refleksi Jurnalistik di Indonesia

Tujuan utama para loper koran ini jelas, menarik keuntungan sekian rupiah dari setiap eksemplar koran untuk menyambung hidup. Para loper koran ini ada yang mengutamakan berita-berita headline, kriminal hingga masalah cerai para artis.

Seringkali mereka menyampaikan dengan gaya humor atau mengutak-atik naluri “rendah” masyarakat dengan meneriakkan kata-kata berbau porno. Harus diakui banyak loper koran berbakat untuk menarik perhatian.

“Janggo-janggo di Amerika pada demonstrasi. Kuda-kudanya kurus-kurus karena bulgur diekspor ke Indonesia,” ujar loper koran yang disambut tawa penumpang di bus kota dimuat Kompas.

Bertahan puluhan tahun

Pada catatan Kompas, Harjo Wirono masih setia menjadi seorang loper koran di usianya yang sudah mencapai 70 tahun. Pria bernama asli Liem Swan Bing ini pernah bekerja sebagai tukang kelontong, tetapi baru menemukan kecocokan sebagai loper koran.

Dirinya mulai bekerja pukul 08.00 WIB - 20.00 WIB untuk mengantar 50 koran dan 28 majalah kepada langganan. Dari pekerjaan ini, dia bisa menghidupi keluarganya. Salah satu anaknya bisa tamat SMA dan bekerja di perusahaan swasta.

Hari Pers Nasional, Refleksi Jurnalistik di Indonesia

Bekerja sebagai loper, membuatnya banyak kenalan baik pejabat maupun rakyat biasa yang menjadi langganan. Dia juga semakin mengenal daerah-daerah di Kota Jombang. Tetapi ada saja tantangan yang dihadapi.

“Tugas sebagai loper koran tidak mengenal hari libur. Waktunya sebagian besar habis di jalan. Untuk makan siang ia membeli nasi di warung. Bila badan terlalu payah, kadang-kadang minta izin kepada kenalannya untuk istirahat,” tulis Kompas dalam Si Tua, Loper Koran Kota Jombang pada 20 Desember 1983.

Mereka yang setia

Peringatan Hari Pers Nasional pada 9 Februari terkadang melupakan sosok para loper koran. Walau pada zaman digital ini, loper mulai kehilangan eksistensi. Pada masanya merekalah yang setia mengantarkan koran kesayangan.

Tasman Abdul Djalil misalnya yang tetap setia menjual koran Harian Republik. Tasman sudah bekerja di koran tertua di Semarang itu sejak 1927. Ketika itu, dirinya dites langsung oleh orang Belanda dan langsung diterima.

Liem Koen Hian dan Surat Kabar Tionghoa yang Menyuarakan Nasionalisme

Bagi Tasman, pasang surut Harian Republik yang pada zaman Belanda bernama De Locomotif tak menggoyahkan kesetiaan. Pada saat masa jaya atau dibredel, semua dilewatinya dengan satu tekad, mengabdi pada pekerjaannya.

Pekerjaan yang nampak sepele ini ternyata berhasil menghidupi istri dan dua anaknya. Dari pekerjaan ini pula kedua anaknya bisa sekolah hingga mendapat pekerjaan. Kesetiannya pernah dipuji sang Pemimpin Redaksi.

“Saya salut dengan ketekunannya, sulit mencari orang seperti itu,” kata Bambang Soembino, bekas pemimpin redaksinya pada Kompas berjudul Tasman, 61 Tahun Jadi Loper (9 Februari 1985).

Orang seperti Tasman dan Harjo adalah contoh para pengabdi pers yang selama ini tenggelam di tengah kebesaran berbagai organisasi dan perusahaan media. Mereka tak pernah merasakan hari apapun walau tetap menjalankan profesi dengan setia.

“Mereka melalap hari-harinya dengan ketekunan profesi, tanpa pernah tersentuh penghargaan,” tulis laman tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini