Kurikulum Merdeka, Sudahkah Membuat Guru Merdeka?

Kurikulum Merdeka, Sudahkah Membuat Guru Merdeka?
info gambar utama

Kurikulum Merdeka - Kurikulum yang diluncurkan awal tahun 2022 merupakan jawaban dari hilangnya pembiasaan kegiatan belajar di sekolah dikarenakan pandemi Covid-19. Pembelajaran tatap muka berganti dengan pembelajaran daring, sehingga sense of belonging and respect mengalami kemunduran. Gadget menjadi sarana belajar di kota besar, tetapi di pelosok daerah, gawai masih menjadi kebutuhan tersier.

Kesenjangan yang terjadi bukan hanya dari segi sarana kegiatan belajar saja, tetapi juga dari kesiapan sumber daya guru yang belum sepenuhnya memadai. Kemampuan menggunakan Information Technology (IT) masih belum dimiliki oleh semua guru walaupun di kota besar.

Hal ini berdampak kesenjangan antara guru yang menguasai IT dengan yang baru belajar menggunakannya terlihat sangat mencolok.

Kisah Pak Ahmad, Eks Guru Honorer yang Bangun Sekolah Gratis dari Jual Sapu Ijuk

Kurikulum Merdeka menjadi solusi yang diberikan pemerintah melalui Kemendikbudristek. Satuan pendidikan dapat memilih salah satu dari tiga pilihan fokus pembelajaran, yaitu:

1. Kurikulum Merdeka

Kurikulum ini mengedepankan proses kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik dan pembentukan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Target yang dicapai sudah ditentukan dengan merujuk pada Capaian Pembelajaran. Hal ini dapat dituntaskan dalam satu fase dengan dua tahun pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai pembiasaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dibuat.

2. Kurikulum Darurat

Fokus kurikulum ini hanya pada materi esensial yang sudah disederhanakan dari Kurikulum 2013. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang diberikan dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik, kondisi satuan pendidikan, dan potensi daerah. Satuan pendidikan dengan kondisi khusus tidak diwajibkan menuntaskan seluruh capaian untuk menentukan kenaikan kelas maupun kelulusan.

3. Kurikulum 2013

Poin ini memiliki dua dimensi kurikulum, yaitu rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kompetensi yang harus dituntaskan sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal terdiri dari: KI-1 Sikap spiritual, KI-2 Sikap sosial, KI-3 Pengetahuan, dan KI-4 Keterampilan.

Dalam perkembangannya, Kurikulum Merdeka menjadi pilihan kurikulum yang digunakan pada Sekolah Penggerak. Selain itu, Program Guru Penggerak juga menjadi bagian pelaksanaan kurikulum ini. Jika diambil benang merah antara ketiga kurikulum yang berikan, maka fokus pembiasaan ada pada karakter peserta didik atau sikap, menjadi tujuan utama pengembangan kurikulum.

Cara Kerja Sistem Pengelolaan Kinerja Guru-Kepsek via Platform Merdeka Belajar

Karakter yang berdasarkan Profil Pelajar Pancasila kini menjadi dimensi karakter yang harus dimiliki peserta didik dan berkembang sebagai sikap dasar peserta didik. Ada enam sikap yang harus dikembangkan, yaitu:

  1. Beriman, Bertakwa Pada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
  2. Berkebhinekaan Global
  3. Gotong Royong
  4. Mandiri
  5. Kreatif
  6. Bernalar Kritis

Keenam sikap ini harus dikembangkan pada peserta didik untuk menghasilkan karakter-karakter yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Namun saat ini pendidik juga memiliki kewajiban lain berupa administrasi pembelajaran yang harus diupload dengan kriteria yang sudah ditentukan bersama Kepala Satuan Pendidikan.

Sudahkah Membuat Guru Merdeka?

Dengan tugas administrasi yang saat ini wajib dituntaskan, guru mengalami kesulitan untuk memilih manakah yang harus didahulukan. Membimbing peserta didik dengan memberikan perhatian penuh dalam kegiatan belajar atau menyelesaikan tugas administrasi sebagai dasar pencapaian jenjang karier guru. Harapan terbesar yang diinginkan adalah guru dapat mengutamakan tugasnya untuk membimbing peserta didik.

Pada kenyataannya, kemudahan yang ada dalam kurikulum merdeka belum sepenuhnya membuat guru merdeka. Bagaimanapun kegiatan pembelajaran harus dipersiapkan dengan membuat rencana pembelajaran. Dalam hal ini guru membuat administrasi berupa modul ajar. Kegiatan refleksi juga dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sudah dilakukan.

Selain itu tuntutan untuk memenuhi kewajiban guru dalam mengikuti pengembangan diri dengan mengikuti pelatihan pada sebuah platform juga menjadi hal yang membuat kinerja guru terganggu. Kawan GNFI, apakah hal ini sudah membuat guru merdeka? Jawabannya akan penulis kembalikan sesuai karakter dari guru itu sendiri.

Kisah Couple Goals Dosen UGM: Dikukuhkan Bareng Jadi Guru Besar

Saat guru telah menjalankan dengan target pencapaian yang sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya, maka tugas dan tanggung jawab lain bukan menjadi beban yang dapat mengganggu rutinitas kegiatan guru. Berbeda dengan guru yang tidak membuat target pekerjaan dengan baik.

Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa ada baiknya guru melakukan refleksi dengan rekan sejawat untuk menemukan cara yang tepat. Dengan demikian Kurikulum Merdeka tidak akan memberatkan apalagi mengintimidasi pekerjaan guru.

Sumber Referensi: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan-kurikulum

#WritingCamp

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini