Menikmati Sate Susu, Kuliner Khas Denpasar yang Muncul Hanya saat Ramadan

Menikmati Sate Susu, Kuliner Khas Denpasar yang Muncul Hanya saat Ramadan
info gambar utama

Masyarakat Muslim di Kampung Jawa yang ada di Pulau Dewata, Bali memiliki kuliner khusus Ramadan, yaitu sate susu. Makanan unik yang satu ini memang hanya muncul ketika bulan Puasa.

Dimuat dari Kompas, sate susu sesuai dengan namanya merupakan sajian sate yang bahan bakunya menggunakan puting susu sapi. Biasanya sate susu ini dijadikan menu takjil untuk berbuka dan akan sulit ditemukan setelah Ramadan.

Melihat Sejarah Masa Kejayaan, Ekspansi, dan Kemunduran Kerajaan Demak

“Dia (sate susu sapi) dibuat dari daging di daerah puting susu sapi. Nanti dipotong-potong dan diolah pakai bumbu khasnya,” kata Kepala Dinas Pariwisata Denpasar Dezire Mulyani.

Dezire menjelaskan mengapa sate tersebut dikatakan sebagai hidangan Ramadan khas Kampung Jawa. Selain karena lokasi penjualan di area tersebut, kampung itu juga penduduknya mayoritas adalah umat Islam.

“Itu daerahnya yang jual sate susu sapi orang Muslim. Jualnya pas bulan Ramadan juga, jadi pasarnya pasar orang Muslim. Tapi ini (sate susu sapi) bisa dinikmati juga oleh umat beragama lain (yang berkunjung saat buka puasa),” tutur Dezire.

Asal usul

Kuliner yang cukup populer ketika bulan Ramadan ini belum diketahui secara persis kapan ditemukan. Namun konon, sate susu ini mulai populer sejak 1970-an. Ketika itu kantong susu sapi sering dibuang percuma.

Karena itulah ada pedagang yang berinisiatif untuk memanfaatkan bagian dari kantong susu sapi. Sehingga munculah ide menjadikan kantong susu sapi tersebut sebagai kudapan lezat berupa sate.

Mengenal Bedug Pendowo, Bedug Terbesar di Dunia yang Berasal dari Purworejo

Rahmat, salah satu pedagang sate susu mengaku sudah sejak 6 tahun lalu berjualan di Kampung Jawa. Dia menyatakan mendapatkan resep sate susu warisan turun temurun dari orang tuanya.

“Sudah setiap tahun. Turun temurun dari orang tua. Kalau dari orang tua dulu, mbahnya, mungkin dari tahun 1970-an. Sesudah pindah dari Karangasem dan menetap di Kampung Jawa,” jelasnya yang dimuat Kumparan.

Cara membuat

Rahmat menjelaskan butuh waktu lama untuk mengolah payudara sapi untuk menjadi kuliner yang lezat. Payudara sapi harus direbus sekitar 4 hingga 5 jam, sebelum dipotong kecil-kecil, selanjutnya prosesnya nyaris sama dengan pembuatan sate pada umumnya.

“Susu(nya) sapi, nyonyoknya (payudara) itu diiris tipis-tipis. Bumbunya bawang putih dan merah, ada juga bumbu pedas,” paparnya.

81.000 Petugas PLN Siap Antisipasi Lonjakan Listrik Selama Ramadan

Penjualan sate susu meningkat secara drastis saat Ramadan, apalagi saat akhir pekan tiba. Dirinya mulai berjualan pukul 15.00 hingga 18.00 WITA, tak kurang 500 tusuk per hari ludes dibeli konsumen. Harga sate susu dipatok Rp1.500 hingga Rp2.000 per tusuk.

“Kalau sabtu dan Minggu rame, kira-kira 500 tusuk per hari untuk satu susu. Kalau sate lain beda lagi. Tapi yang paling banyak ya sate susu,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini