Kisah Inspiratif Gusti Hamdan Firmanta, Founder Urunan Kebaikan dan Penggerak Sosial

Kisah Inspiratif Gusti Hamdan Firmanta, Founder Urunan Kebaikan dan Penggerak Sosial
info gambar utama

Penggerak sosial adalah individu atau kelompok yang sadar akan permasalahan sosial dan bertindak untuk menciptakan perubahan positif. Mereka memiliki kepekaan terhadap keadilan, terlibat secara aktif, melakukan advokasi, dan berperan sebagai pendidik di tengah masyarakat. Orang yang bergerak di bidang ini berkontribusi dalam menyelesaikan masalah sosial dan membentuk masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

Jalan hidup menjadi penggerak sosial itulah yang dipilih oleh seorang pemuda yang memiliki nama lengkap Gusti Mohammad Hamdan Firmanta. Pria yang akrab disapa Gusti itu aktif di dunia sosial sejak masih duduk di bangku kuliah. Kecintaannya pada dunia sosial telah mengantarkannya mendirikan sebuah yayasan bernama Urunan Kebaikan. Lalu, seperti apa kisah inspiratifnya?

Baca juga: Mariana Yunita dan Upayanya Mengadakan Edukasi Kesehatan Seksualitas Komprehensif di NTT

Di Balik Berdirinya Yayasan Urunan Kebaikan

Gusti Hamdan Firmanta, Founder Yayasan Urunan Kebaikan
info gambar

Gusti aktif di dunia sosial sejak tahun 2007 saat masih menyandang status sebagai mahasiswa semester tiga. Mulanya, ia bersama beberapa teman mendirikan Pondok Belajar Aulia, sebuah wadah untuk bimbingan belajar dan mengaji bagi anak-anak.

Kegiatan ini mengantarkan pemuda asal Surabaya tersebut terpilih menjadi Mahasiswa Inspiratif ITS tahun 2010 dan mendapatkan penghargaan Pahlawan M-150 kategori Community Mindedness pada tahun 2011. Hingga saat ini aktivitas di Pondok Belajar Aulia masih berjalan.

Tak ingin berhenti di situ, pada tahun 2015, Gusti bersama beberapa murid lesnya mendirikan komunitas Urunan Kebaikan (UK) yang berfokus pada bidang sosial, pendidikan, dan disabilitas. Pada tahun berikutnya, komunitas tersebut dilegalkan menjadi yayasan dengan nama yang sama, yakni Yayasan Urunan Kebaikan.

Keputusan mengubah komunitas menjadi yayasan muncul karena Gusti ingin mewujudkan cita-citanya mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak kurang mampu dan putus sekolah. Sebab, syarat pendirian sekolah harus ada yayasan yang menaungi.

Namun, perjalanan tersebut terkendala persyaratan-persyaratan lain yang lebih berat. Akhirnya, ia dan tim memutuskan untuk membuat Homesantren, yakni perpaduan antara homeschooling dan pesantren.

Beragam Inovasi Program di Urunan Kebaikan

Saat ini, Yayasan Urunan Kebaikan memiliki tiga unit kegiatan utama, yaitu Homesantren Kebaikan, Kawan Netra, dan Yatim Design Academy. Berikut adalah rincian dari masing-masing program tersebut.

1. Homesantren Kebaikan

Diresmikan pada tahun 2017, Homesantren Kebaikan merupakan lembaga pendidikan non formal di bawah naungan Yayasan Urunan Kebaikan yang memiliki misi membantu anak-anak putus sekolah agar bisa melanjutkan pendidikannya. Saat ini, Homesantren berubah menjadi asrama pembinaan dan fokus memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak muda yatim, duafa, dan disabilitas.

Alhamdulillah, tahun 2024 ini banyak murid binaan Homesantren yang menorehkan prestasi, mulai dari tingkat lokal, nasional, hingga internasional,” ucap Gusti dengan penuh syukur.

2. Kawan Netra

Demi mewujudkan misi pendidikan yang inklusif, yayasan ini mendirikan Kawan Netra, sebuah lembaga pendamping tunanetra. Di unit kegiatan ini, terdapat banyak proyek sosial untuk pengembangan kemandirian, kepemudaan, akses pendidikan, pekerjaan, dan pembinaan agama Islam bagi penyandang disabilitas netra di Surabaya dan beberapa kota di Jawa Timur, serta di NTB.

Adapun program utama di Kawan Netra adalah Gerakan Tunanetra Mengaji yang memiliki misi memberantas buta huruf Al-Qur’an Braille di Indonesia yang besarannya mencapai 95%. Untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut, mereka mengadakan kegiatan Pelatihan Guru Quran Braille yang bertujuan mencetak guru-guru Al-Qur’an Braille yang nantinya disebar untuk mengajar ngaji tunanetra di seluruh Surabaya.

3. Yatim Design Academy

Yatim Design Academy merupakan inovasi terbaru dari Yayasan Urunan Kebaikan yang diresmikan pada awal tahun 2024. Program ini berisi pelatihan desain dan pembuatan konten media sosial secara intensif selama enam bulan bagi remaja yatim jenjang SMA, dalam rangka menyiapkan masa depan anak yatim yang mandiri.

Selain tiga program utama di atas, Urunan Kebaikan juga memiliki program sosial lainnya sebagai kegiatan pendukung, seperti donasi Baju Bekas, Outbound Anak Yatim dan Dhuafa, Pondok Belajar Aulia, Pesantren Sepuh, Achievement Motivation Training, dan Yatimpreneur.

Baca juga: Hidayatullah Sang Aktivis Anak Berkebutuhan Khusus dan Penggerak Aksi Sosial

Tantangan Menjadi Penggerak Sosial

Peresmian Yatim Design Academy
info gambar

Terjun di dunia sosial tidak selalu menemui jalan yang mulus, meskipun niat hati sudah tulus. Begitu pula yang dirasakan oleh Gusti. Ia mengaku kerap mendapatkan tanggapan yang kurang menyenangkan, seperti tuduhan sebagai teroris karena pembinaan yang diterapkan menggunakan pendekatan agama Islam dan menjual disabilitas.

“Padahal siapa pun pasti tahu bahwa kami selalu “menjual” program ke donatur, bukan “menjual” kesedihan anak yatim dan disabilitas. Saya tidak mau ambil pusing. Toh, para penerima manfaat sudah memahami kondisi ini. Justru merekalah yang selalu membela saya ketika ada ungkapan-ungkapan seperti itu. Merekalah yang menghadapi para pengumbar kebencian-kebencian itu,” ungkap pria yang juga berprofesi sebagai pengajar itu.

Selain persepsi buruk orang lain, tantangan lain yang dihadapi Gusti adalah perbedaan karakter setiap anak binaannya. Tak jarang ia menemui anak-anak yang sikap dan tata kramanya masih sangat rendah, serta tak bersemangat mengejar cita-cita.

Menurutnya, membangkinkan impian dan menyemangati mereka untuk mau berusaha maju diperlukan usaha keras. Terkadang satu pendekatan berhasil diterapkan ke satu anak,tetapi belum tentu cocok untuk anak lainnya.

“Ada beberapa anak binaan saya yang berhasil, ada pula yang tidak. Meskipun begitu, in syaa Allah benih-benih kebaikan sudah tertanam di hati mereka. Saya yakin suatu saat mereka akan menemukan titik balik, kemudian benih kebaikan tumbuh dengan baik di dalam jiwa mereka. Ini hanya tentang waktu saja,” tambahnya.

Baca juga: Eklin Amtor de Frentes: Penyampai Pesan Damai dan Toleransi Lewat Dongeng

Keaktifan Gusti menjadi penggerak sosial juga telah mengantarkannya menerima beberapa penghargaan lain, seperti juara 1 Bawa Ide, Award Leader of Duke of Edinburgh International Award, juara 1 Inovasia Scholarship, dan CNN Indonesia Heroes kategori Religion. Meskipun begitu, penghargaan yang lebih besar baginya adalah saat melihat murid binaannya bisa sukses dan tuna netra yang dulunya tidak bisa mengaji akhirnya bisa mengaji.

Sebagai penutup wawancara, Gusti memberikan pesan kepada pemuda di Indonesia agar tidak ragu berbuat baik. Menurutnya, bergerak di bidang sosial dengan membantu orang lain, adalah jalur cepat untuk sukses.

“Kalau kamu tak begitu pandai, bukan keturunan orang kaya, dan ingin sukses, banyakin berbuat baik. In syaa Allah kamu dijamin akan sukses dari ‘jalur cepat’nya Tuhan. Loh, kok bisa? Karena barang siapa yang menolong orang lain, maka Allah SWT akan menolong kita,” ungkapnya.

Sumber: Wawancara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini