Tradisi Unik Nikah 'Malem Songo' Masyarakat Tuban, Jawa Timur

Tradisi Unik Nikah 'Malem Songo' Masyarakat Tuban, Jawa Timur
info gambar utama

Sistem perhitungan Jawa atau biasa disebut dengan petung sudah menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari kebiasaan dan kepercayaan masyarakat Jawa, terutama dalam hal menentukan keputusan yang dianggap sakral.

Namun, kebiasaan ini tidak berlaku oleh sebagian besar masyarakat Tuban, Jawa Timur, yang sudah banyak yang meninggalkan sistem perhitungan Jawa terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pernikahan.

Di Kabupaten Tuban, terdapat tradisi pernikahan yang unik karena praktiknya tidak berdasarkan petung Jawa, serta pelaksanaannya dilaksanakan pada malam ke-29 di bulan suci Ramadan. Tradisi ini dikenal dengan nama tradisi nikah malem songo. Selain Kabupaten Tuban, beberapa daerah seperti Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan juga menganut tradisi nikah malem songo.

Penyebutan nikah malem songo ini terkait dengan kebiasaan masyarakat Jawa yang menyebut malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, dimulai dari malam ke-21 dengan sebutan malam siji, malam ke-23 dengan sebutan malem telu, malam ke-25 dengan sebutan malem limo, hingga malam ke-29 disebut dengan malem songo.

Mitos Pengantin Dikutuk Jadi Batu hingga Larangan Nikah Antar Dua Desa

Pelaksanaan Tradisi Nikah Malem Songo

Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 28 Ramadan atau malam ke-29 bulan Ramadan. Pelaksanaan akad nikah biasanya dilaksanakan di rumah mempelai pengantin atau di Kantor Urusan Agama (KUA). Para penghulu mulai menyelenggarakan acara akad pada pukul 13.00 hingga selesai, tergantung jumlah mempelai yang menikah pada hari itu.

Setelah melangsungkan akad nikah, kedua mempelai melakukan adat khusus yang dikenal dengan nogo tahun. Tradisi ini mengharuskan kedua mempelai untuk dibawa ke rumah mempelai pria pada malam akad.

Pelaksanaan tradisi nikah malem songo ini, tidak jauh berbeda dengan tradisi pernikahan Muslim-Jawa pada umumnya, hanya saja yang membedakan waktu pelaksanaannya. Meskipun dilaksanakan menurut adat, namun syarat dan rukunnya harus memenuhi fiqh Islam.

Alasan Dilaksanakan Tradisi Nikah Malem Songo

Adapun alasan masyarakat Tuban melaksanakan tradisi nikah malem songo:

  1. Untuk melestarikan tradisi yang sudah ada selama bertahun-tahun. Masyarakat Tuban meyakini bahwa malem songo menjadi tradisi yang diwariskan oleh para ulama secara turun-temurun hingga saat ini.
  2. Tradisi nikah malem songo menjadi pembuktian untuk mematahkan kepercayaan terhadap kitab Primbon Betaljemur Adammakna yang menganggap bahwa pernikahan yang diadakan di bulan Ramadan akan mendatangkan hal-hal buruk bagi kedua mempelai. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mengganggap bahwa bulan Ramadan akan membawa keberkahan bagi kedua mempelai.
  3. Pelaksanaan tradisi ini sebagai solusi tatkala sistem perhitungan Jawa terlalu rumit dan menghasilkan perhitungan yang buruk, sehingga tradisi nikah malem songo hadir sebagai solusi untuk mencegah konflik antara kedua calon mempelai.
Mengenal Tradisi Kayon, Wujud Rasa Syukur Masyarakat Desa Bejagung Lor Tuban

Makna Tradisi Nikah Malem Songo

Pelaksanaan tradisi nikah malem songo ini memiliki makna bahwa pernikahan yang dilaksanakan pada bulan Ramadan, khususnya pada malam ke-29. Yang mana menjadi salah satu turunnya lailatul qadar yang melekat dengan sebutan "malam penuh berkah".

Masyarakat Tuban meyakini dengan melaksanakan pernikahan pada malam ke-29 atau malem songo akan mendapatkan keberkahan, serta dilimpahkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.

Tradisi nikah malem Songo bisa menjadi hal yang dilarang untuk dilaksanakan, apabila pelaksanaannya bersamaan dengan geblake mbah (waktu meninggalnya sesepuh). Masyarakat Tuban meyakini bahwa pernikahan yang dilaksanakan pada saat berduka, dianggap tidak menghormati orang tua dan akan mendatangkan banyak cobaan dalam rumah tangganya. Sehingga kedua mempelai dianjurkan untuk menunda pelaksanaan pernikahannya.

Krisis Regenerasi Penenun Kain Batik Gedog Tuban, Ancaman atau Tantangan?
Masih Ada, Begini Ragam Ritual Pemakaman Adat sebagai Budaya Unik nan Sakral di Indonesia

Referensi:

  • Fauziah, Khofifah. (2022). Eksistensi Budaya Nikah di Malem Songo bagi Warga Desa Montongsekar Kecamatan Montong Kabupaten Tuban. (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)
  • Prafita, E. D. I. M, dkk. (2023). Tradisi Nikah Malem Songo di Tuban Jawa Timur: Studi Living Hadis. Jurnal Studi Teks Agama dan Sosial, 1(1), 57-70

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini