Mengenal Tradisi Kayon, Wujud Rasa Syukur Masyarakat Desa Bejagung Lor Tuban

Mengenal Tradisi Kayon, Wujud Rasa Syukur Masyarakat Desa Bejagung Lor Tuban
info gambar utama

Kota Bumi Wali, Tuban, Jawa Timur memiliki pesona wisata yang menakjubkan, mulai dari keindahan alam, kebudayaan, hingga tempat ziarah keagamaan.

Makam Sunan Bejagung menjadi salah satu destinasi wisata religi yang tersohor di wilayah Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Makam ini menjadi situs peninggalan sejarah islam yang dikembangkan menjadi wisata religi oleh Pemerintah Desa Bejagung. Dengan demikian, pemugaran dan penataan fasilitas peziarah di area makam Sunan Bejagung dilakukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung.

Renovasi sarana dan prasarana area makam Sunan Bejagung dilakukan oleh Pemdes bersama Pokdarwis. Ritual adat Kayon juga akan dilakukan setelah selesai perbaikan.

“Pawai Budaya Kayon. sebagai media konsolidasi antar peserta dan masyarakat Desa Bejagung untuk membangun kembali kearifan lokal dengan semangat kebersamaan,” ujar Aang Sutan MRS, Kepala Desa Bejagung seperti yang dikutip dari kanal ayoningtuban.tubankab.go.id.

Mengenal Tradisi Kayon

Desa Bejagung Lor, terakhir melaksanakan tradisi Kayon pada 8 Oktober 2023 lalu. Ritual adat Kayon dilakukan dengan kirab gunungan hasil bumi dan pawai budaya. Acara ini dilaksanakan lebih meriah dari tahun sebelumnya, sebagai perayaan pasca pandemi Covid-19.

Krisis Regenerasi Penenun Kain Batik Gedog Tuban, Ancaman atau Tantangan?

Tradisi Kayon diawali dengan pawai budaya sebelum pelaksanaan acara inti. Pawai beserta kirab gunungan dimulai dari halaman parkir depan Pondok Pesantren Sunan Bejagung yang dibawa mengelilingi desa, menuju pemakaman Sunan Bejagung atau Sunan Syekh Asy'ari. Arak-arakan berangkat selepas pemukulan gong sembilan kali oleh KH. Abdul Matin Djawahir, Ulama sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Bejagung.

Ketika seluruh peserta dan kirab hasil bumi sampai di pemakaman Sunan Bejagung, dilakukan pembacaan doa oleh Mbah Mudri, selaku juru kunci Makam Sunan Bejagung Lor. Lalu, Grebeg gunungan yang menjadi acara puncak pun dilakukan. Secara serentak gunungan diserbu oleh peserta dan penonton, setelah mendengar komando dari kepala desa.

Kayon yang dirayakan secara meriah, mampu menyedot antusias masyarakat dari berbagai golongan umur. Selain itu, piala dan sejumlah uang tunai yang diberikan sebagai apresiasi kepada peserta, menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk turut bergabung dan berpartisipasi dalam perayaan tradisi ini.

Sejarah Adanya Tradisi Kayon

Tradisi Kayon pertama kali dilaksanakan pada tahun 1964 pasca direnovasinya cungkup Sunan Bejagung Lor, kemudian dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Bejagung.

Konon, pada tahun 1960-an, atap makam utama Sunan bejagung Lor yang hanya terbuat dari tumpukan jerami dan alang-alang terbakar dengan sendirinya. Setelah insiden kebakaran inilah, cungkup (rumah-rumahan) dibuat dari tembok dan atap asbes, sebagai upaya pembangunan dan penataan kembali dilakukan untuk menjaga situs sejarah yang ada agar tetap lestari.

Artinya, tradisi Kayon tidak dilaksanakan setiap tahun, tetapi hanya dilaksanakan setelah adanya restorasi bangunan area pemakaman Sunan Bejagung Lor, Sunan Bejagung Kidul, dan Masjid Sunan Bejagung.

Gelar Festival Tuban Batik Fashion and Street Carnival

Makna Tradisi Kayon

Kayon memiliki banyak makna dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Jawa misalnya, kata Kayun atau Kayon atau Kajoon merupakan sebuah gunungan khas pagelaran wayang kulit. Kayon digunakan sebagai lambang pergantian lakon atau lanjutan cerita tentang perjuangan manusia untuk mengubah jalan hidupnya.

Gunungan ini juga menjadi simbol alam semesta, bentuknya yang mengerucut ke atas memiliki makna bahwa segala daya dan usaha yang dilakukan manusia perlu diserahkan kembali kepada Yang Maha Kuasa.

Elinor Clark Horne (1974) dikutip dalam websiteayoningtuban.tubankab.go.id mengartikan Kayon atau Kayun atau Kajun sebagai keinginan, harapan, cita-cita, serta hidup atau kehidupan.

Pelaksanaan tradisi Kayon merupakan bentuk rasa syukur atas keamanan dan ketentraman dalam kehidupan dan selesainya pembangunan area pemakaman Sunan Bejagung.

Acara ini turut menjadi ajang menyalurkan kreativitas masyarakat melalui hasil gunungan yang dihias dan sebagai media silaturahmi antarmasyarakat, serta upaya konsolidasi untuk membangun kembali kearifan lokal dengan semangat kebersamaan.

Keindahan Batik Gedog Tuban yang Lahir dari Penderitaan Tanam Paksa

Referensi:

  • https://ayoningtuban.tubankab.go.id/blog/kayon-media-konsolidasi-dan-budaya-kearifan-lokal
  • https://www.bangsaonline.com/berita/57550/bancakaan-kayon-ritual-50-tahunan-warga-Bejagung-tuban
  • https://ayoningtuban.tubankab.go.id/blog/wisata-religi-makam-sunan-Bejagung
  • https://kumparan.com/bloktuban/lestarikan-bancakan-kayon-warga-bejagung-gelar-kirab-tumpeng-1r0A2RPY2Vg/full
  • https://jatman.or.id/menelusuri-jejak-sunan-bejagung-tuban

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WO
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini