Mengenal Tradisi Jawa Mapati untuk Ibu Hamil

Mengenal Tradisi Jawa Mapati untuk Ibu Hamil
info gambar utama

Indonesia memiliki keragaman suku dan budaya unik dan khas yang menjadi pembeda di antara negara lain. Salah satu tradisi suku yang unik dari Indonesia adalah tradisi Jawa upacara adat mapati.

Tradisi Mapati Tradisi Masyarakat Jawa

Tradisi mapati adalah tradisi dilakukan oleh masyarakat suku Jawa dalam merayakan kehamilan seorang perempuan berusia 4 bulan. Pelaksanaan upacara adat mapati sangat menjunjung nilai-nilai Jawa. Selain nilai-nilai Jawa, ada juga ajaran agama Islam yang masih menyertai pelaksanaan upacara adat mapati tersebut. Sebagian masyarakat muslim berpendapat tradisi mapati tersebut bersifat sunnah.

Bamandi-Mandi Manujuh Bulanan: Tradisi Wanita Hamil di Masyarakat Banjar

Tujuan Upacara Adat Mapati

Dilakukan upacara adat mapati ini dengan tujuan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bayi yang dikandung ibu hamil bisa selamat dan ibu yang melahirkan sehat panjang umur.

Alasan Empat Bulan Upacara Adat Mapati

Upacara adat mapati dilakukan agar bayi yang dilahirkan ke dunia selamat. Alasan empat bulan dipilih dikarenakan masyarakat Jawa memiliki keyakinan bahwa empat bulan adalah momen ketika Tuhan Yang Maha Esa meniupkan ruh dan menugaskan malaikat untuk mulai mencatat empat perkara, yaitu rezeki, maut, amal, dan jalan hidup sang bayi.

Momen yang baik tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa untuk berdoa agar roh yang dimasukkan mempunyai sifat baik dan malaikat mencatatkan hal yang baik untuk calon bayi yang akan dilahirkan. Selain itu, pada usia empat bulan bayi mempunyai anggota badan yang sangat lengkap adalah hal yang harus disyukuri oleh masyarakat Jawa.

Hidangan Pada Saat Mapati

Pada upacara adat mapati ini banyak sekali hidangan makanan yang harus disediakan, Kawan GNFI. Sajian makanan ini masing-masing mengandung makna tentunya baik untuk bayi yang dilahirkan nantinya.

Nasi Megono

Hidangan masyarakat Jawa ini ditempatkan di dalam besek, nasi megono terdiri dari nasi putih, nangka muda (gori), dan urap cecek. Hidangan ini memiliki makna atas ucapan syukur kebaikan yang diperoleh.

Bubur Merah Putih

Hidangan bubur merah putih atau bubur sengkolo. Hidangan ini bermakna sebagai lambang yang baik agar calon bayi tidak mendapat kesialan, hidupnya selalu beruntung.

Kupat Sumpel

Makanan kupat sumpel ini sebagai lambang hubungan yang dimiliki manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan manusia.

Wajik

Kawan GNFI ada yang pernah memakan wajik? Nah, wajik ini terbuat dari beras ketan, gula Jawa, dan santan. Wajik ini dalam upacara adat mapati memiliki makna agar kedua pasangan yang menikah selalu bersama setia sampai maut memisahkan.

Wajik Ketan: Si Manis Legit Sajian Adat Pernikahan Masyarakat Jawa

Arem-arem

Makanan arem-arem dibungkus memakai daun pisang, dengan bahan yang digunakan adalah beras. Arem-arem ini memiliki tekstur lengket dan biasanya berisi daging ayam yang dicincang.

Klepon

Jajanan klepon ini adalah jajanan yang umum disediakan pada upacara adat mapati.

Kue Mendut

Kue tradisional ini juga disediakan pada upacara adat mapati. Kue mendut memiliki rasa yang manis, selain itu mempunyai tekstur kenyal dan lengket pada saat dipegang. Kue mendut ini sama seperti arem-arem yang dibungkus memakai daun pisang.

Kue Cenil

Kue cenil juga hidangan umum yang terdapat pada upacara adat mapati. Kue cenil selain rasanya manis dan warnanya berbeda-beda tentu sangat menggugah selera, Kawan GNFI.

Itulah informasi yang berhubungan dengan upacara adat mapati masyarakat Jawa. Upacara adat mapati sangat kental dengan makna-makna baik yang terkandung untuk bayi, dan juga ibu yang melahirkan. Sangat beragam kebudayaan yang dimiliki Indonesia, Kawan GNFI.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini