Mengembangkan Pariwisata Bali dengan Filosofi Tri Hita Karana, Seperti Apa itu?

Mengembangkan Pariwisata Bali dengan Filosofi Tri Hita Karana, Seperti Apa itu?
info gambar utama

Filosofi Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu Bali menjadi modal utama dalam upaya menyukseskan pengembangan pariwisata regeneratif di Bali. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo.

Kehadiran pariwisata bukan hanya sebagai sumber ekonomi, melainkan juga pendorong kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Karena itu, konsep pariwisata regeneratif sangat penting untuk mengakomodir pembangunan berkelanjutan.

Menurut Angela, konsep pariwisata yang semacam itu senada dengan prinsip hidup yang dianut oleh masyarakat Bali. Mereka dikenal membangun hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.

Pameran budaya berbasis blockchain

Berangkat dari hal tersebut, sebuah pameran budaya berbasis blockchain bertajuk “Water Civilization” digelar di Pura Tirta Empul yang merupakan situs warisan UNESCO. Pameran ini merupakan kolaborasi Kemenparekraf, Quantum Temple, Wonderful Indonesia, dan otoritas setempat.

Pameran “Water Civilization” dibuka mulai April hingga September 2024. Pengunjung dapat menggali wawasan mengenai Pura Tirta Empul. Adapun instalasi seni yang dipamerkan adalah hasil karya 300 pemuda yang dipimpin oleh seniman Nyoman Surya Wigenem dan I Gusti Ngurah Dalem Rahmadi.

Pengunjung dapat mengenal lebih jauh esensi air dalam peradaban Bali hingga sejarah Tirta Empul. Mereka juga diberi kesempatan untuk berbincang langsung dengan para pelestari pura dari Desa Manukaya Let untuk mendapatkan pengetahuan tentang tradisi Melukat.

Baca juga Bali Sabet Penghargaan sebagai “The Best Island” Versi Majalah DestinAsian

Tingkatkan kualitas pariwisata

Di sisi lain, Gabungan Pengusaha Wisata Tirta (Gahawisri) Provinsi Bali berkolaborasi memajukan pariwisata di Pulau Dewata bersama pemerintah setempat dan pihak lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah konservasi dan keberlanjutan.

Ketua Gahawisri mengingatkan bahwa pariwisata di Bali bukan hanya soal jumlah kunjungan wisatawan, melainkan juga menjaga kualitas dan kenyamanan yang didapatkan wisatawan. Menurutnya, ketertiban bisa mendatangkan wisatawan yang berkualitas dan mendongkrak perekonomian.

Sejalan dengan itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, Bali menggunakan budaya sebagai potensi unggulan wisata. Karena itu, budaya juga perlu dijaga dan dirawat agar pariwisata Bali dapat berkelanjutan.

Baca juga Tata Kelola Sampah Berbasis Kearifan Lokal, Inspirasi Bali Menuju Indonesia Bersih

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini