Tips bagi Orang Tua agar Anak Tidak "Fatherless", Apa Saja yang Perlu Dilakukan?

Tips bagi Orang Tua agar Anak Tidak "Fatherless", Apa Saja yang Perlu Dilakukan?
info gambar utama

Ayah harus berupaya agar anaknya tidak mengalami "Fatherless". Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

Kata fatherless banyak disebut akhir-akhir ini. Penyebabnya adalah adanya klaim yang menyebut Indonesia adalah negara paling fatherless ketiga di dunia. Fatherless adalah istilah yang merujuk kepada anak-anak yang dibesarkan tanpa kehadiran seorang ayah dalam keluarga mereka.

Klaim tersebut memang bisa diperdebatkan keshahihannya. Meski demikian, Indonesia tetap sangat mungkin termasuk dalam deretan negara dengan tingkat fatherless tinggi, utamanya karena ayah harus bekerja di tempat yang jauh dari tempat tinggalnya.

“Fatherless lebih banyak berkaitan dengan pekerjaan ayah yang jauh dari rumah sehingga hal utama yang perlu dilakukan oleh negara adalah membuka lebih banyak peluang untuk pekerjaan yang stabil dan layak bagi ayah, termasuk menggalakkan pelatihan dan pengembangan keterampilan serta akses yang lebih baik ke pekerjaan formal.” ujar psikolog dan staf pengajar di Laboratorium Life-span Development, Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Indonesia (UI), Dra. Ike Anggraika, M.Si.

Selain pekerjaan, seorang anak juga bisa mengalami fatherless karena memang tidak memiliki ayah, misalnya karena meninggal dunia atau dengan sengaja meninggalkan, menelantarkan, atau tidak mengakui anaknya. Bagi anak, kondisi ini tentu tidak menguntungkan karena keberadaan ayah secara stabil dalam kehidupan anak penting bagi perkembangan emosional anak karena dapat memberikan stabilitas, perlindungan, dan rasa aman.

Peran ayah memang vital. Ayah yang terlibat dalam tanggung jawab rumah tangga dan perawatan anak akan memberikan stimulus kognitif dalam hal pemecahan masalah, eksplorasi, pemikiran abstrak, pemahaman logika, dan penalaran matematika. Ayah juga berperan mengajarkan kepercayaan diri, pengelolaan emosi, dan norma sosial.

"Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ketidakstabilan emosi, kesulitan mengelola emosi, hingga mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku. Anak-anak mungkin mengalami perasaan kurangnya dukungan baik finansial maupun psikologis dengan tidak hadirnya ayah ditengah keluarga,” papar Ike.

Di atas, telah disinggung soal apa yang perlu dilakukan negara agar anak-anak Indonesia tidak mengalami fatherless. Lantas dari sisi sang ayah sendiri serta anggota keluarga, apa yang harus mereka lalukan?

Membangun Keluarga Bahagia, 6 Cara Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Anak

Hal yang Harus Dilakukan Ayah agar Anak Tidak Fatherless

Jika keberadaan ayah di keluarga memang benar-benar tidak ada karena meninggal dunia atau sebab lain, ada cara guna meminimalkan dampak hidup tanpa ayah. Cara yang dimaksud yakni intervensi dari orang dewasa lain yang ada di lingkungan anak.

Orang dewasa seperti ibu, bibi, paman, kakek, atau nenek bisa memberi dukungan emosional yang konsisten serta menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung dalam membantu anak mengatasi dampak
fatherless. Mereka dapat memastikan bahwa anak merasa didengar,dipahami, dan dicintai tanpa syarat.

Anak juga perlu diberi role model selain ayah yang tampil sebagai peran positif dalam hidup mereka. Role model ini bisa jadi anggota keluarga lain, mentor, guru, atau tokoh masyarakat yang
memberikan inspirasi dan dukungan.

“Pastikan bahwa anak memiliki hubungan yang kuat dengan figur lain dalam keluarga, seperti ibu, saudara kandung, atau kakek-nenek. Hal ini dapat membantu mengisi kekosongan yang mungkin dirasakan oleh anak akibat ketiadaan ayah. Anak juga perlu didorong terlibat dalam kegiatan sosial seperti klub atau organisasi, serta fokus pada pendidikan dan pengembangan diri mereka. Jika anak mengalami kesulitan yang signifikan dalam mengatasi dampak fatherless, bantuan psikologis profesional dapat menjadi pilihan yang baik. Terapis anak yang berpengalaman dapat membantu anak memproses emosi mereka, mengembangkan keterampilan yang diperlukan, dan mengatasi masalah psikologis yang dialami,” pungkas Ike.

Keragaman Pengasuhan Keluarga dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini