Perjuangan RA Kartini dalam Membangun Kesetaraan Gender di Indonesia

Perjuangan RA Kartini dalam Membangun Kesetaraan Gender di Indonesia
info gambar utama

Pada tanggal 21 April tahun 1879, seorang perempuan bernama Raden Ajeng Kartini lahir. Beliau tumbuh di masa penjajahan Belanda. Perilaku diskriminasi menjadi makanan hariannya. Hal itu membuatnya tumbuh menjadi sosok yang kritis dan penuh perlawanan terhadap sistem yang menindas kesetaraan bagi perempuan.

Berbagai upaya perjuangan penuh lika liku RA Kartini lakukan untuk membangun kesetaraan di masyarakatnya. Kartini kerap menuangkan pemikirannya lewat surat surat untuk J.H Abendanon dan istrinya serta sahabat sahabat penanya di negeri Belanda. Surat surat tersebut lebih banyak menyinggung permasalahan sosial umum berupa perubahan kedudukan perempuan.

Sejarah Hari Ini (2 Mei 1964) - Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan Kartini Pahlawan Nasional

Pendidikan Bagi Perempuan

Pendidikan adalah pondasi utama dalam kemajuan sosial masyarakat. Namun, di zaman dahulu, pendidikan menjadi sesuatu yang mahal dan tidak semua orang dapat menjangkaunya. Terutama bagi kaum perempuan. Perempuan kerap dikecualikan dari akses pendidikan yang setara dengan laki laki. Karena masyarakat memandang perempuan sebagai sosok pasif yang menjalani alur kehidupan. Hanya berkutat pada urusan rumah tangga. Alhasil, banyak perempuan di zaman itu yang buta huruf dan tidak memiliki ketrampilan.

Dengan penuh keberaniannya, RA Kartini memperjuangkan akses pendidikan yang setara bagi kaum perempuan. Kartini membuktikan kepada masyarakat bahwasanya perempuan juga layak mendapatkan akses pendidikan. Kartini kerap memberi masukan kepada J.H. Abendanon selaku Direktur Departemen Pendidikan, Kerajinan, dan Agama pada kala itu untuk membuka pendidikan kejuruan bagi perempuan, sehingga mereka memiliki keterampilan.

Namun sayangnya, setelah diskusi panjang dengan para pejabat pemerintah. Sebagian besar bupati menolak berdirinya sekolah untuk perempuan di Jawa karena melanggar aturan adat bangsawan yang tidak mengizinkan anak perempuan dididik di luar lingkup keluarga.

Berbagai penolakan dan kegagalan kerap diterima oleh RA Kartini. Namun hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus membangun kesetaraan dan akses pendidikan bagi kaum perempuan Jawa.

Dikutip dari buku R.A Kartini Biografi Singkat 1879-1904 karya Imron Rosyadi. Kartini akhirnya berhasil mendirikan sekolah bagi perempuan di Jepara pada awal abad ke 20, tepatnya di tahun 1903. Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan Raden Adipati Djojo Adiningrat yang kala itu tengah melamar Kartini.

Kartini menerima lamaran tersebut dengan memberi persyaratan meliputi: 1) Bupati Rembang tersebut harus menyetujui dan mendukung gagasan serta cita cita RA Kartini, 2) Kartini diizinkan membuka sekolah dan mengajar putri putri bangsawan di Rembang. Berdirinya sekolah itu menjadi langkah awal perjuangannya dalam hak pendidikan perempuan.

Namun sayang, tak lama setelah berdirinya sekolah perempuan. RA Kartini meninggal dunia setelah melahirkan bayi laki lakinya. Mimpi mimpinya mengenai pendidikan dan emansipasi perempuan masih tetap terus hidup. Dilanjutkan oleh pasangan Abendanon melalui buku yang berisikan tulisan tulisan surat Kartini. Kini, cita-cita beliau pun masih terus dilanjutkan para generasi penerus bangsa.

Sejarah Hari Ini (16 Januari 1904) - Dewi Sartika Dirikan Sekolah Keutamaan Istri

Perubahan Pandangan Masyarakat terhadap Perempuan

Kartini prihatin akan pandangan masyarakat yang sangat berbeda terhadap perempuan dan laki laki. Dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar di tahun 1900. Kartini dengan tegas menyatakan keprihatinannya akan masalah perbedaan pandangan masyarakat. Beliau menyadari bahwa masyarakat kala itu kerap kali melebih lebihkan laki laki dibanding perempuan.

“Ingin hatiku hendak beranak, laki laki dan perempuan. Akan aku didik, ku bentuk menjadi manusia dengan kehendak hatiku. Pertama tama akan ku buangkan adat kebiasaan yang buruk, yang melebih lebihkan anak laki laki daripada anak perempuan.”

“Anakku, laki laki maupun perempuan, akan aku ajar, supaya menghargai dan memandang sama rata. Makhluk yang sama dan didikannya akan kusamakan benar. Tentu saja masing masing menurut kodrat kecakapannya.”

Kutipan dalam surat tersebut menyuarakan keinginan dan tekad kuat Kartini dalam memerangi diskriminasi gender di masyarakat. Kartini percaya bahwa dalam mengubah pandangan masyarakat perlu sebuah praktik nyata di lingkungan. Membangun lingkungan yang setara bagi sesama makhluk Tuhan (laki laki dan perempuan). Hal itu salah satunya dimulai dari lingkungan keluarga. Dari orang tua kepada anak sang generasi penerus. Anak perlu ditanamkan nilai nilai kesetaraan gender.

Kartini, Sosok yang Selalu Menginspirasi di Indonesia

Itulah sebagian dari upaya terus menerus RA Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan Indonesia terutama bagi perempuan Jawa,hingga akhir hayatnya. Kartini menjadi salah satu dari banyak sosok wanita yang gigih dalam menyuarakan kesetaraan di Indonesia. Masih banyak pahlawan perempuan lainnya seperti Cut Nyak Dien dan Dewi Sartika. Impian dan harapan mereka bagi perempuan Indonesia masih akan terus dilanjutkan oleh para generasi muda bangsa Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini