Dampak Pramuka menjadi Kegiatan Tak Wajib Ekstrakurikuler Sekolah

Dampak Pramuka menjadi Kegiatan Tak Wajib Ekstrakurikuler Sekolah
info gambar utama

Sejak didirikan pada tahun 196͏1,͏ Pramuka telah menjad͏i salah satu alat utama yang mempen͏garuhi kepribadian bangsa Indones͏ia. Org͏anisasi ini mulai giat ber͏upaya me͏ngembangkan mental,͏ moral, spiritual, jasmani, da͏n sosi͏a͏l generasi muda yang berprinsip Pancasi͏l͏a.

Meski menghadapi berbagai kend͏a͏la,͏ Pramuka telah memb͏uktikan dirinya sebagai pl͏atform pengembangan karakter yang ef͏ektif mempengaru͏hi generasi dari waktu ke waktu.

Salah͏ satu aspek kunci dal͏am k͏egiatan Pr͏amu͏ka melibatkan peningkatan kemampuan p͏raktis. Dalam kegiatan seperti berkemah, navigasi ͏darat atau pertolongan͏ pertama, mereka mempelajari keterampilan dan nilai-nilai ͏t͏eknis͏ seperti disiplin, keberanian, ketahanan dan tanggung jawab. B͏elajar bertahan hidup di luar ruangan m͏engajarkan kita͏ p͏entingnya kemandirian͏ dan ͏ketahanan d͏alam menghadapi tantangan.

Lebih dari itu, Pramuka bukan hanya menanamkan keterampilan praktis, tetapi juga nilai. Disiplin adalah nilai yang ditekankan kuat di Pramuka. Anggota diajari untuk mengikuti peraturan dan peraturan yang ketat, menghargai waktu, menjaga kebersihan, dan hormat satu sama lain. Bagi saya sendiri, Pramuka mengajari bagaimana cara berakal dan disiplin dalam segala hal yang dilakukan.

Kerja sama juga menjadi poin penting dalam kegiatan Pramuka. Dalam setiap kegiatan, baik itu pengabdian masyarakat, perkemahan, atau kegiatan lainnya, anggota Pramuka diajarkan untuk bekerja sama sebagai satu tim. Kita belajar bahwa dengan bekerja bersama, kita bisa mencapai tujuan yang lebih besar dan lebih bermakna.

Peran Pramuka Membangun Desa di Indonesia dalam Program Kemah Wirakarya

Dalam prosesnya, kita juga belajar menghargai perbedaan, menghormati pendapat orang lain, dan membangun hubungan yang kuat di antara sesama anggota.

Selain itu, Pramuka juga memupuk cinta tanah air dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Melalui kegiatan seperti penanaman pohon, pembersihan lingkungan, atau partisipasi dalam acara-acara kebangsaan, para anggota Pramuka belajar untuk mencintai dan merawat tanah air mereka. Mereka juga diajarkan untuk menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat, dengan memegang tanggung jawab mereka sebagai warga negara dengan baik.

Pramuka selama ini menjadi program wajib di banyak sekolah. Namun, keputusan Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) untuk tidak mewajibkan Pramuka di sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, memicu perdebatan. Pendukung kebijakan ini melihatnya sebagai ruang kebebasan bagi siswa untuk memilih kegiatan sesuai minat mereka.

Di bawah Kurikulum Merdeka, sekolah memiliki otonomi untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di daerahnya. Hal ini memungkinkan sekolah untuk menyediakan berbagai pilihan ekstrakurikuler, termasuk Pramuka, yang sesuai dengan minat dan bakat siswa.

Pihak yang kontra khawatir akan hilangnya nilai-nilai positif yang selama ini ditanamkan Pramuka, seperti nasionalisme, disiplin, kemandirian, dan kerja sama. Mereka berargumen bahwa Pramuka memiliki peran penting dalam pembentukan karakter generasi muda bangsa.

Landasan Kebijakan Pramuka Tak Wajib

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah, telah resmi mencabut status Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Adapun beberapa landasan yang meguatkan kebijakan tersebut meliputi:

Prinsip Sukarela dalam Gerakan Pramuka

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menegaskan bahwa keikutsertaan dalam kegiatan Pramuka bersifat sukarela. Memaksa siswa untuk mengikuti Pramuka bisa melanggar prinsip ini.

Kurikulum Merdeka memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di daerahnya. Ini memungkinkan sekolah untuk menyediakan berbagai pilihan ekstrakurikuler, termasuk Pramuka, yang sesuai dengan minat dan bakat siswa.

Resmi Ditetapkan! Nadiem Makarim Hapus Pramuka dari Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah

Evaluasi Implementasi Pramuka Wajib

Evaluasi menunjukkan adanya beberapa kekurangan dalam implementasi Pramuka wajib, seperti ketidakseragaman kualitas program Pramuka di berbagai sekolah, kurangnya sumber daya dan tenaga pembina Pramuka yang kompeten, serta beban belajar siswa yang berlebihan.

Keberagaman Minat dan Bakat Siswa

Siswa di era digital memiliki minat dan bakat yang beragam. Memberikan pilihan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat siswa diharapkan dapat membantu mereka mengembangkan potensi diri secara optimal.

Pramuka Di Era Zaman Sekarang

Di era digital yang serba cepat ini, generasi muda akrab dengan gawai dan dunia maya. Gaya hidup individualistis serta banjir informasi instan berpotensi mengikis nilai-nilai karakter yang selama ini menjadi pondasi pramuka. Keasyikan berselancar di dunia maya dapat mengurangi interaksi sosial di dunia nyata, dan parahnya, memicu kecanduan yang berdampak negatif pada perkembangan mental dan fisik anak.

Namun, era digital juga menawarkan peluang bagi pramuka untuk berinovasi dan beradaptasi. Konten kreatif dan teknologi terkini dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan Pramuka. Misalnya, penggunaan teknologi untuk kegiatan kepramukaan, seperti e-learning, media sosial, dan aplikasi scouting, atau diskusi kepramukaan.

Kasus yang terjadi di Pramuka, seperti perundungan, pelecehan seksual, dan kekerasan fisik, dan kecelakaan telah menimbulkan keresahan di kalangan orang tua. Kepercayaan mereka terhadap organisasi Pramuka sebagai wadah pembinaan karakter dan kepemimpinan anak-anak mulai terkikis.

Hilangnya pramuka bukanlah hal yang sepele. Dampak yang ditimbulkannya dapat meluas dan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan generasi muda dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kelestarian Pramuka dan memastikan keberlangsungan organisasi ini dalam membina generasi muda bangsa.

Dwi Darma dan Dwi Satya Pramuka, Isi, Hakikat, dan Pengamalannya

Dampak Positif dan Negatif Tidak Wajib Pramuka

  • Dampak Positif:
  1. Meningkatkan Minat dan Motivasi Siswa: Dengan dihapusnya kewajiban, siswa yang memilih Pramuka diharapkan memiliki minat dan motivasi intrinsik yang lebih tinggi. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi aktif dan efektivitas pembelajaran.
  2. Mengembangkan Keanekaragaman Ekstrakurikuler: Sekolah dapat memfasilitasi berbagai pilihan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat siswa, seperti sains, teknologi, seni, dan budaya. Ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi potensi dengan lebih optimal.
  3. Mengurangi Beban Siswa: Bagi siswa yang memiliki banyak kegiatan atau kesibukan lain, dihapusnya kewajiban Pramuka dapat membantu mereka mengatur waktu dan fokus pada prioritas.
  • Dampak Negatif:
  1. Penurunan Nilai-Nilai Karakter: Tanpa kewajiban, dikhawatirkan akan terjadi penurunan pemupukan nilai-nilai karakter seperti disiplin, mandiri, kerjasama, dan cinta tanah air. Di era digital yang penuh dengan individualisme, peran Pramuka sebagai wadah penanaman nilai-nilai ini menjadi semakin penting.
  2. Berkurangnya Kesempatan Belajar Keterampilan Praktis: Pramuka menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar berbagai keterampilan praktis yang bermanfaat di luar sekolah. Kehilangan kesempatan ini dapat menghambat pengembangan kemampuan non-akademis siswa.
  3. Mempersempit Wawasan Kebangsaan: Kegiatan Pramuka sering kali menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme. Tanpa program Pramuka yang wajib, dikhawatirkan wawasan kebangsaan siswa akan semakin sempit dan rasa nasionalisme mereka akan berkurang.

Pramuka adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan budaya Indonesia. Keberadaannya sebagai kegiatan wajib di sekolah bukanlah hanya formalitas, melainkan investasi jangka panjang dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsa.

Oleh karena itu, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan memastikan keberlangsungannya sebagai wadah pembinaan karakter dan kepemimpinan anak-anak Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini