Film Baru Gina S Noer, "Dua Hati Biru" Menyoroti Isu Life After Marriage Keluarga Muda

Film Baru Gina S Noer, "Dua Hati Biru" Menyoroti Isu Life After Marriage Keluarga Muda
info gambar utama

Gina S Noer kembali hadir dengan membawakan karya sekuelnya dari Film “Dua Garis Biru” yang berjudul “Dua Hati Biru.” Film ini masih sama-sama menyoroti isu-isu kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi kali ini fokusnya lebih dalam pada life after marriage bagi pasangan muda.

Film “Dua Hati Biru” mengeksplorasi dinamika keluarga dan hubungan suami istri antara Bima dan Dara. Berbeda dengan film pertamanya yang mengangkat isu kenakalan remaja dengan sentuhan romansa remaja. Film kali ini membawa penonton masuk ke dalam dunia orang dewasa, sebuah kehidupan rumah tangga yang penuh tantangan, pertumbuhan, dan perubahan.

Film ini melanjutkan kisah keluarga Bima dan Dara yang berhenti di film sebelumnya. Di mana setelah melahirkan anaknya, Dara memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Korea Selatan. Selama 4 tahun lamanya, Bima menjalani peran sebagai ayah tunggal bagi anak mereka.

Namun, dalam film “Dua Hati Biru” ini, diceritakan Dara kembali dari masa studinya di Korea Selatan dan mulai menjalani perannya sebagai istri bagi Bima, sekaligus ibu bagi anak mereka, Adam. Kembalinya Dara ternyata malah memunculkan konflik konflik baru dalam pernikahan mereka yang selama ini tidak pernah terjadi.

Aura Kehangatan Keluarga dalam Film 'Dua Hati Biru' yang Seru

Gina S Noer berhasil menyajikan konflik konflik keluarga yang rumit dan penuh ketegangan ke dalam sinematografi yang epik. Mulai dari konflik perbedaan visi dan cara pandang antara Bima-Dara, perbedaan cara pola asuh anak, konflik hubungan menantu dan mertua, perbedaan latar belakang, hingga permasalahan ekonomi serta makna sejati dari keluarga dan persahabatan.

Konflik batin dalam diri tiap karakter Bima dan Dara juga turut menambah keruwetan kisah. Masing-masing karakter harus berjuang untuk melawan ego pribadi, bertarung dengan rasa insecure, beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan orang orang sekitar.

Masalah ini menjadi bagian representasi pertumbuhan emosional dan perubahan sikap yang dialami karakter Bima dan Dara yang memasuki pergeseran usia ke masa dewasa.

Dilansir dari Kumparan.com, Gina S Noer mengatakan bahwa sinema tersebut digarap untuk memberikan pesan kepada masyarakat bahwa keluarga tumbuh tidak cukup hanya dengan cinta. Namun, komunikasi yang baik dari semua belah pihak dan sikap menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan masing-masing.

“Banyak sekali pesan yang kita hadirkan. Cerita sehari-hari banget, tidak terlalu emosional. Tapi juga sedih, ketawa, yang terpenting kita ingin menyampaikan pentingnya komunikasi,” ujar Gina S Noer dalam Movie Talk di CGV Pakuwon Mall Jogja pada Sabtu (20/4/2024) kemarin.

Menurut Gina, komunikasi adalah kunci dalam menjalin hubungan. Hubungan yang kurang keterbukaan komunikasi cenderung rentan terhadap konflik berkepanjangan dan ketegangan antarindividu. Dalam film ini pun diperlihatkan perbandingan kondisi keluarga dengan masing masing cara berkomunikasinya. Gina berharap, "Dua Hati Biru" mampu menjadi gambaran dan pembelajaran bagi generasi muda untuk melangkah ke tahap selanjutnya.

Dalam film ini juga menghadirkan bagian parentingknowledge. Adegan-adegan parenting bisa menjadi bahan pembelajaran dan bekal hidup bagi para anak muda dan orang tua baru. Membuka mata dan kesadaran bersama bahwa dalam memiliki anak bukan hanya sekedar memberi makan maupun fasilitas hidup. Namun, juga cinta kasih dan didikan orang tua yang baik.

Dalam mewujudukan hal itu diperlukan kerja sama orang tua untuk saling mendukung satu sama lain secara emosional dan psikologis. Tanpa ada tuntutan dan kompetisi untuk menjadi yang paling terbaik maupun superior dari yang lain.

Secara keseluruhan, film Dua Hati Biru ingin memberikan pemahaman bahwa menikah dan membangun keluarga bukanlah perkara yang mudah. Dalam membangun keluarga akan ada masa pasang surut. Ada masa masa sebagai orang tua untuk berani belajar dari kesalahan saat ini atau kesalahan orang lain.

Ada saatnya pula sebuah keluarga penuh dengan ujian yang beragam. Namun, kunci penyelesaiannya adalah hadapi masalah dengan berkomunikasi terbuka. Tidak lari dari permasalahan yang ada, hanya untuk pengakhiran konflik yang sesaat. Karena pada dasarnya, semua keluarga memiliki luka dan bekas jahitannya masing-masing. Tidak ada keluarga yang sempurna.

Meskipun Dua Hati Biru mengangkat beragam pesan yang mendalam, tetapi film ini mampu menyajikannya dengan ringan dan menyenangkan. Kisahnya yang dibalut dengan kehangatan hubungan keluarga antarpara pemain, terutama chemistry keluarga muda, yaitu antara Bima (Angga Yunanda), Dara (Aisha Nurra Datau), dan Farrela Rafisqy (Adam). Kehadiran Keanu AGL, memberikan warna ceria dan humor di setiap adegan adegannya yang kaya akan celetukan khas, mengundang gelak tawa para penonton.

Mengenal Nurra Datau, Putra Bangsa Berprestasi Pengganti Zara Adhisty di Film ‘Dua Hati Biru’

Sudahkah Kawan GNFI menonton film Dua Hati Biru?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini