Mengenal Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Kosmologi 3 Tingkatan Candi Borobudur

Mengenal Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Kosmologi 3 Tingkatan Candi Borobudur
info gambar utama

Borobudur merupakan warisan dunia yang dimiliki Indonesia, keberadaanya masuk dalam kategori 7 keajaiban dunia. Tentu, selain Candi Buddha mempunyai kompleks paling megah dan besar, terdapat nilai historis dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Ini semua mengambil pelajaran untuk falsafah hidup dari Candi Borobudur.

Candi Borobudur didirikan oleh para penganut Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra dengan dasar makna dan filosofi yang melampaui zaman. Eyang-eyang kita ini rupanya terlampau visioner. Konsep rancang bangun dari Candi Borobudur bahkan hingga sekarang belum ada yang bisa menandingi.

Bangunan ini sebuah bukti nyata puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha, khususnya di pulau Jawa.

Relief Tumbuh-tumbuhan Asli Indonesia di Candi Borobudur

Memahami Konsep Rancang Bangun Candi Borobudur

Borobudur merupakan sebuah stupa, jika dilihat dari atas membentuk pola Mandala besar. Mandala ini merupakan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam semesta. Borobudur juga wujud gambaran kosmologi konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha.

Tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah sebagai berikut:

Kamadhatu

Bagian paling rendah atau ‘kaki’ pada candi Borobudur. Pada bagian ini seolah-olah sebagai perlambang dunia yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu rendah.

Pada bagian kaki asli ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang tersembunyi. Sebagian kecil dari bagian ini tertutup oleh tumpukan batu yang diduga untuk memperkuat konstruksi candi. Sementara, sebagian kecil struktur tambahan yang berada di sudut tenggara disisihkan, sehingga para pengunjung masih dapat melihat beberapa relief.

Rupadhatu

Bagian tengah candi yang melambangkan dunia sudah dapat membebaskan diri dari ikatan nafsu. Namun, masih terikat oleh rupa dan bentuk, merupakan alam antara yang memisahkan ‘alam bawah’ (kamadhatu) dengan ‘alam atas’ (arupadhatu).

Bagian tengah ini memiliki empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang dihiasi galeri relief dan lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri atas empat lorong dengan 1300 gambar relief.

Pada bagian Rupadhatu patung Buddha, terdapat di ceruk atau relung dinding di atas pagar langkan atau selasar. Terdapat 432 arca Buddha yang jika pada aslinya, tersebar di dalam relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar selasar.

Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang merupakan perlambang peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu. Pada pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan di atasnya dimahkotai stupa kecil.

Arupadhatu

Bagian paling atas candi, yaitu ‘alam atas’ atau nirwana, pada bagian ini letak para Buddha bersemayam, di mana kebebasan mutlak telah tercapai, bebas dari keinginan, dan bebas dari ikatan bentuk serta rupa. Arupadhatu sendiri berarti tidak berupa atau tidak berwujud.

Denah lantainya berbentuk lingkaran. Kemudian, terdapat 72 stupa stupa kecil berterawang yang tersusun pada tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar yang merupakan stupa induk.

Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup lubang seperti dalam kurungan. Dari luar, patung tersebut masih tampak samar-samar. Rancang bangun pada Arupadhatu menjelaskan konsep menuju keadaan tanpa wujud, di mana arca Buddha itu ada, tetapi tak terlihat.

Bagian pada tingkatan ini polos tanpa adanya relief-relief. Stupa utama dibiarkan kosong, maknanya adalah kebijaksanaan tertinggi berada pada kesunyian, kasunyatan, dan ketiadaan sempurna ketika jiwa manusia sudah tidak terikat hasrat, keinginan, dan bentuk serta terbebas dari lingkaran samsara.

Jejak Arkeologis Candi Borobudur, Bisakah Bertahan 1.000 Tahun?

Konsep ranah spiritual dan kosmologi tersebut, filosofinya kini banyak disadur oleh para seniman dalam berkarya. Salah satunya Heri Dono, dalam pamerannya Phantasmagoria of Science and Myth, salah satu karyanya berjudul "The Kamadhatu Life" juga mengambil konsep kosmologi Buddha yang tercantum pada Candi Borobudur.

Sumber:

  • https://magelangkab.go.id/home/detail/kecamatan-borobudur-tempat-warisan-mahakarya-candi-borobudur/607
  • https://www.gramedia.com/literasi/asal-usul-dan-arsitektur-pembangunan-candi-borobudur/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini