Kembalinya Penjualan Vinyl, Bukti Ketangguhan Rilisan Fisik

Kembalinya Penjualan Vinyl, Bukti Ketangguhan Rilisan Fisik
info gambar utama

Di tengah maraknya streaming musik digital, fenomena kebangkitan vinyl di Indonesia merefleksikan tren global yang menegaskan nostalgia bukanlah satu-satunya faktor yang menggerakkan pasar. Vinyl bukan sekadar tentang memutar musik dengan cara lama, tetapi telah berkembang menjadi sebuah ekspresi kultural yang unik, memberikan nilai tambah yang tidak bisa ditawarkan oleh format musik lainnya.

Pada tahun 2023, penjualan vinyl secara global mengalami pertumbuhan tercepat dekade ini, dengan lonjakan tahunan sebesar 11,7% menjadi 5,9 juta unit, menurut analisis data Official Charts oleh BPI.

Apa yang mendorong lonjakan tak terduga ini? Nah, bukan hanya rasa nostalgia. Rilisan baru dari artis seperti Ed Sheeran, Lana Del Rey, Lewis Capaldi, the Rolling Stones, dan Taylor Swift telah memimpin tren ini.

Bahkan, "1989 (Versi Taylor)" milik Taylor Swift muncul sebagai penjual vinyl terbesar tahun ini, dengan 78.767 unit terjual. Diikuti sangat erat oleh "Hackney Diamonds" dari Rolling Stones dengan 42.815 penjualan vinyl.

Penggemar musik di Indonesia, dari generasi Boomer hingga Alpha, telah memperlihatkan semangat yang tinggi terhadap koleksi vinyl. Ini adalah bukti bahwa vinyl tidak hanya berfungsi sebagai media pemutaran musik, tetapi juga sebagai simbol status, bentuk pemujaan idola, hingga investasi jangka panjang yang bisa diwariskan antargenerasi.

Manfaat di balik Hobi Mendengarkan Musik Populer Karya Anak Daerah yang Harus Kamu Tahu

Khususnya di Indonesia, penyebaran hobi mengoleksi vinyl tidak lagi terbatas di kota-kota besar seperti Jakarta atau Bandung, tetapi juga merambah ke kota-kota lain seperti Yogyakarta, Semarang, dan Bali.

Tak hanya dari sisi konsumen, kebangkitan vinyl juga merupakan angin segar bagi industri musik Indonesia. Artis dan label lokal sekarang lebih berani menginvestasikan waktu dan sumber daya mereka untuk merilis musik dalam format fisik.

Ini bukan hanya meningkatkan visibilitas mereka di pasar lokal, tetapi juga menciptakan peluang baru dalam menjalin hubungan yang lebih dekat dengan penggemar mereka.

Namun, pertanyaan tentang apakah hobi mengoleksi vinyl ini rasional atau tidak sering kali muncul. Kritikus mungkin berargumen bahwa vinyl adalah cara yang mahal dan kurang efisien untuk menikmati musik dibandingkan dengan streaming digital. Namun, bagi penggemar sejati, vinyl menawarkan sesuatu yang tak tergantikan: kualitas suara yang lebih autentik, kepuasan memiliki objek fisik, dan kesempatan untuk secara fisik 'merasakan' musik.

Dengan semakin banyaknya generasi muda yang tertarik pada vinyl, terlihat jelas bahwa ini bukan hanya sekedar tren sementara. Vinyl telah memainkan peran penting dalam mendefinisikan ulang bagaimana musik dikonsumsi dan diapresiasi di era digital. Hal ini menunjukkan bahwa ada ruang yang besar untuk pertumbuhan di sektor ini. Tidak hanya sebagai pasar niche, tetapi sebagai elemen penting dari industri musik secara keseluruhan.

Musik Kredit Avatar: The Legend of Aang Rupanya Terinspirasi dari Tari Asal Indonesia!

Secara keseluruhan, kebangkitan vinyl di Indonesia bukan hanya sebuah refleksi dari kecenderungan global, tetapi juga sebuah penegasan atas keberlanjutan dan evolusi berkelanjutan dalam cara kita mengalami musik. Vinyl tidak hanya bertahan dalam ujian waktu. Ia telah berevolusi menjadi simbol kebudayaan yang penting. Ini membuktikan bahwa dalam dunia yang serba cepat dan serba digital, masih ada tempat untuk format klasik yang memberikan kedalaman dan kekayaan pengalaman yang tidak terukur.

Permintaan yang tinggi terhadap vinyl, terlepas dari harganya yang tidak jarang mahal, menunjukkan adanya dinamika ekonomi yang unik dalam industri musik. Vinyl sering kali dirilis dalam edisi terbatas, yang menjadikannya lebih eksklusif dan diinginkan.

Ini adalah strategi pemasaran yang cerdik, tetapi juga membuktikan bahwa musik adalah lebih dari sekadar konsumsi audio. Ini tentang pengalaman, kolektibilitas, dan konektivitas personal dengan musik yang kita dengarkan.

Sumber:

https://pophariini.com/apa-yang-membuat-vinyl-mahal-dan-tetap-laris-manis/

academicworks.cuny.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2117&context=gc_pubs

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JG
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini