Jembatan Peninggalan Belanda di Kota Kudus Akan Dipugar, Kenapa?

Jembatan Peninggalan Belanda di Kota Kudus Akan Dipugar, Kenapa?
info gambar utama

Kota Kudus masih memiliki jejak peninggalan masa lalu dari Belanda. Peninggalan tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh bahkan masih digunakan masyarakat. Akan tetapi, situs bersejarah yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda di Kota Kudus itu rencananya akan dilakukan pemugaran.

Peninggalan Belanda di Kota Kudus yang hingga saat ini masih dimanfaatkan masyarakat ialah jembatan Karangsambung. Jembatan Karangsambung merupakan jembatan yang menghubungkan dua kecamatan di Kabupaten Kudus, yakni Kecamatan Bae dan Kecamatan Gebog.

Jembatan ini cukup unik karena memiliki panjang sekitar 80 meter, tinggi 50 meter, dan lebar yang hanya mencapai 2,5 meter. Jembatan tersebut hanya dapat dilalui satu kendaraan roda empat sehingga kendaraan harus melintas secara bergantian. Sementara itu, jika menggunakan roda dua, jembatan Karangbener dapat dilintasi hingga tiga motor.

Jembatan Karangsambung berdiri di atas aliran Kali Gelis – sungai terpanjang yang membelah Kota Kudus – tepatnya di RT 3 RW 4 Dukuh Karangsambung, Desa Bae, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus.

Salah seorang warga, Mbah Mijan yang telah berusia lebih dari 90 tahun menyaksikan peranan jembatan Karangsambung ini menjadi lalu lintas sejak era penjajahan Hindia Belanda.

“Ketika kemerdekaan, usia saya sudah 17 tahun. Saat itu jembatan ini sudah ada digunakan untuk melintas kereta pengangkut tebu,” jelasnya dikutip dari ISK News.

Sudah Ada Sejak Zaman VOC, Ini Jembatan Tertua yang Ada di Jakarta

Rencana Pemugaran yang Jadi Wacana Belasan Tahun

Meski masih digunakan dan dilintasi oleh masyarakat, kondisi jembatan Karangsambung sebenarnya cukup memprihatinkan. Rangka jembatan yang seluruhnya terbuat dari besi tampak sudah berkarat, menunjukkan usianya yang sudah terlampau tua.

Selain itu, jembatan yang sempit dan cukup menikung itu tidak jarang menyebabkan kecelakaan karena keberadaan kendaraan dari lawan arah kerap kali tidak terlihat.

"Kecelakaan sering dari barat, jembatan agak melengkung mobil dari timur tidak kelihatan motor dari sini kencang, sampai tengah rem dadak ketakutan terus tabrakan beruntun dari belakang," ujar Puji Widodo, salah seorang warga Karangsambung, dikutip dari Detik.com.

Penjabat (Pj) Bupati Kudus, M Hasan Chabibie pun mengamini jika kondisi jembatan Karangsambung cukup banyak dikeluhkan oleh warga masyarakat selama ini. Jembatan ini seringkali menyebabkan kemacetan saat pagi hari disebabkan banyaknya antrean kendaraan yang hendak melintas.

"Dari jam 6 sampai 8 biasanya macet dari barat dan timur, karena soalnya jam kerja dan sekolah, itu bisa sampai 50 sampai 100 meter," kata Puji.

Sebenarnya, persoalan jembatan peninggalan Belanda di Karangsambung telah menjadi perhatian pemerintah dan terus diusulkan selama 16 tahun terakhir ini, tepatnya sejak tahun 2008. Akan tetapi, besarnya anggaran yang dibutuhkan membuat pemugaran dan pelebaran jembatan itu belum dapat direalisasikan.

Jembatan Tukad Bangkung, Jembatan Tertinggi se-Asia Tenggara yang Ternyata Ada di Bali

Jembatan Peninggalan Belanda di Kudus Akan Dipugar

Kabar baiknya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR) berencana akan melakukan pemugaran terhadap jembatan bersejarah di desa Karangsambung itu. Hal ini diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Bupati Kudus, M Hasan Chabibie.

“Saat saya ketemu dengan pak Basuki Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Saya utarakan keluhan itu hasilnya dikatakan akan ditangani di tahun 2024 ini,” jelasnya.

Jembatan Karangsambung nantinya akan memiliki dilebarkan menjadi tujuh meter dengan panjang yang mencapai 80 meter.

“Meski begitu untuk pembebasan lahan dalam proyek itu bakal diminimalisir,” tambah Chasan Chabibie.

Pembongkaran dan pelebaran jembatan Karangsambung diperkirakan akan menghabiskan sekitar Rp40 miliar.

Mengenal Jembatan Callender Hamilton yang Tersebar di Pulau Jawa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini