Ternate dan Tidore dalam  Filosofi Hidup Rempah  

Artikel ini milik Kabar Pulau dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Ternate dan Tidore dalam  Filosofi Hidup Rempah  
info gambar utama

“Doka gosora se bualawa. Om doro fo mamote. Foma gogoru, foma dodara”

Kalimat di atas merupakan sebuah filosofi hidup yang dianut orang Ternate  dan daerah Moloku Kie Raha umumnya. Kalimat dalam Bahasa Ternate itu menggambarkan , kedekatan  serta jiwa kekeluargaan yang dianut orang orang yang berada di negeri para sultan tersebut. 

Ternate dan Tidore menjadi salah satu titik penting dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022. Salah satu rempah yang sampai hari ini menjadi primadona adalah cengkeh yang merupakan tanaman endemik Maluku Utara.

Berbagai penelitian, studi dan catatan sejarah menjelaskan pengaruh rempah-rempah, salah satunya cengkeh, dalam membentuk peradaban dunia.Karena cengkeh pula berbagai artefak sejarah dalam bentuk benteng benteng kaum colonial bertebaran di pulau Ternate dan Tidore.

Zainuddin Muhammad Arie, sejarawan dan budayawan Ternate, mengatakan bahwa pada masa lalu, cengkeh digunakan sebagai obat. “Daun cengkeh itu dulu obat herbal yang cukup ampuh bagi orang-orang Maluku yang saat ini sudah dilupakan. Jadi, daun cengkeh diambil dan dijadikan obat sehingga ada kemungkinan besar orang-orang Maluku mempertahankan dan melestarikannya karena dia menjadi obat yang sangat baik bagi masyarakat setempat pada saat itu,” jelasnya, di Ternate, (16/6) lalu.

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini