Mimpi-mimpi SuperExpress

Mimpi-mimpi SuperExpress
info gambar utama
Akhyari Hananto Bagi kita yang pernah ke Jepang dan mencoba kereta peluru Shinkansen yang legendaris itu, kita pasti akan langsung berpikir bahwa Jepang telah jauuuh sekali di depan kita dalam banyak hal. Bukan hanya karena teknologinya, dan bukan hanya karena mampu melaju sangat cepat (kira-kira 300 km/jam), namun juga sangat tepat waktu. Shinkansen tak hanya mencerminkan budaya Jepang yang suka bekerja keras dan cepat, disiplin, dan penuh komitmen, namun juga telah menjadi bagian dari budaya modern Jepang yang selalu ingin berada di depan di bidang modernisasi dan teknologi. Namun tak banyak yang tahu, sesungguhnya Shinkansen juga adalah salah satu factor penting dalam mengubah lanskap upaya modernisasi Jepang setelah hancur lebur karena Perang Dunia II. Bagaimanapun hebatnya sebuah bangsa, ketika kota-kotanya porak-poranda, ketika banyak pemudanya mati di medan perang, uang kas Negara habis untuk perang, dan dua kota besarnya di bom atom, pasti akan mengalami masa-masa sulit penuh pesimisme juga. Even Japan. Dan Jepang memang membutuhkan harapan. Sesuatu yang bisa mengalihkan mindset orang Jepang untuk terus melihat ke masa depan. Dan harapan itu pun muncul dengan 'kecepatan tinggi.' Kurang dari 2 dekade sejak kekalahan yang memilukan dan menghancurkan sebagian besar negerinya, Jepang meluncurkan kereta api pertama yang berbeda dengan kereta api manapun di dunia. Shinkansen! Bentuknya yang ramping dan seperti pesawat terbang, meluncur hingga tempat-tempat jauh di Jepang di atas rel yang juga baru saja selesai di bangun sejak 1959. Proposal pembangunan Shinkansen pun sudah dimulai sejak 1955, 10 tahun sejak Perang Dunia berakhir, atau ketika masih banyak puing-puing perang belum dibersihkan. Tepat 50 tahun lalu, kereta Shinkansen pertama meluncur keluar dari Tokyo, menandai terpenuhinya salah satu janji nasional Jepang, yakni menjadi raksasa ekonomi dunia dengan teknologi transportasi yang membuat seluruh dunia ‘cemburu’. Benar saja, banyak orang Jepang yang mulai memiliki perasaan yang sama, bahwa era kesengsaraan akan segera berakhir, dan Jepang akan berubah menjadi jauh lebih baik. Shinkansen memang dirancang untuk menjadi kereta api tercepat (!) di dunia, sesuatu yang memberi harapan bagi bangsa Jepang, dan membuat negeri sakura ini selalu memandang kedepan dan menjadi yang terdepan. Shinkansen diberi nama julukan “Superexpress of Dreams”, sesuai dengan perannya yang mampu membuat bangsa tersebut berani bermimpi. Tentu kita tak perlu meragukan peran Shinkansen dalam membuat Jepang berlari lebih cepat, ekonominya lebih cepat tumbuh, dan tempat-tempat wisata manjadi lebih mudah dan cepat dijangkau. Jepang kini memang menjadi (salah satu) Negara paling maju dan memiliki berbagai keunggulan kompetitif dibandingkan Negara lain. Ini yang mereka ingin selalu jaga, di saat China dan Korea Selatan makin melaku cepat. Seolah tidak ingin disamai oleh China yang juga mulai mengoperasikan kereta cepat, Jepang kini sedang membangun kereta peluru yang jauh lebih cepat, dan lagi-lagi akan menjadi yang tercepat di dunia. Kereta ini nantinya akan mampu melaju dengan kecepatan 581 km/jam! Kita tunggu, apakah Jepang yang 25% rakyatnya berusia di atas 65 tahun, akan mampu mewujudkannya “superexpress of dreams” yang kedua pada tahun 2027. Jepang pun selalu membuat tagline-tagline baru seperti "Ambitious Japan" atau "Japan: Endless Discovery" dan didukung kerja keras nasional untuk mewujudkannya. Apakah Indonesia, yang jumlah orang usia produktifnya menyamai seluruh populasi Jepang, mampu membangun superexpress of dreams bagi bangsa ini agar bisa mengejar ketertinggalan?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini