Lima Kilo, “Shortcut” Konsumen dan Petani Bawang Era Digital

Lima Kilo, “Shortcut” Konsumen dan Petani Bawang Era Digital
info gambar utama

Mari sejenak kita berbincang tentang masalah dapur, bukankah dari dapur kita dapat bertahan hidup hingga saat ini? Ya! Untuk memasak makanan yang kita makan setiap hari dibuat di dapur.

Di dapur ada salah satu jenis rempah yang tidak asing kita dengar bahkan rempah tersebut ada cerita dongengnya dan pernah ditayangkan di tv sebagai sinetron.

Bawang..tak asing bukan?

Salah satu jenis rempah satu ini sangat mudah kita jumpai. Bawang memiliki bentuk dan aroma yang khas dan dipercaya sebagai salah satu kunci masakan agar makin terasa sedap (hmm ini ibu saya yang bilang, kalau masak jangan lupa tambahkan bawang putih biar makin sedap hehe).

Baiklah mari beralih kembali ke masalah bawang. Sekarang saya ingin membahas dari mana asal kita membeli bawang tersebut.

Ketika kita membeli bawang merah atau bawang putih, biasanya kita membelinya dimana? Tukang sayur, pasar atau minimarket bukan?

Pernahkah kita membelinya langsung di petani bawang? Setahu saya hal tersebut sangat jarang dilakukan.

Ada satu fakta menarik tentang bawang yaitu:

Demand bawang merupakan yang ketiga terbesar di Indonesia setelah beras dan gula sedangkan harga bawang di tanah air sering mengalami fluktuasi karena tidak adanya pemetaan rantai distribusi bawang yang panjang.

Ternyata hal tersebut ditanggapi oleh sekelompok mahasiswa di Bandung tepatnya di Universitas Telkom dengan memberi solusi membuat aplikasi marketplace untuk melakukan penjualan bawang secara paket kecil dan grosir.

Lima Kilo, hmm terdengar menarik ya, lalu selanjutnya marketplace tersebut ditujukan oleh siapa ya, apakah antara pembeli dengan supermarket yang menjual bawang atau bagaimana ya..

Aplikasi ini mempertemukan antara petani bawang langsung dengan calon pembeli. Jika sebelumnya petani menjual kepada tengkulak atau distributor lain dalam satuan ton, kini petani dapat menjualnya dengan pendekatan Lima Kilo mengingat kebutuhan rumah tangga yang tak sampai membeli hingga seberat satu ton.

Fungsi utama dari aplikasi ini adalah petani bisa menjual bawang merah ke konsumen secara langsung, sedangkan masyarakat yang membutuhkan bawang merah dalam partai besar bisa membuka sistem lelang kepada seluruh petani yang bersedia memberikan harga termurah untuk kebutuhan yang lebih banyak (misal restauran).

Dari sisi harga ternyata petani lah yang bebas memberi harga, ditambah ongkos kirim dan packaging, petani akan bersaing dengan petani lain untuk menjual bawang merah dengan kualitas baik, sehingga harga tetap kompetitif. Bukan lagi penentuan harga diakibatkan keterlambatan pengiriman oleh tengkulak.

Lalu apa manfaat utama dari aplikasi Lima Kilo?

Salah satunya adalah membantu petani untuk menjual bawang langsung ke semua orang dengan harga lebih kompetitif. Jika biasanya kita membeli di pasar, supermarket atau di tukang sayur yang sudah melalui beberapa kali tahapan transaksi, melalui aplikasi ini sistem transaksi terbuka antara petani dan konsumen sehingga menguntungkan kedua pihak dengan mendapatkan harga yang optimal, dibandingkan dengan menggunakan jalur distribusi yang panjang.

Manfaat lainnya adalah pemerintah yang bertindak sebagai pemantau dan pengontrol harga dari komoditi tersebut. Sehingga harga tetap terjaga dan tidak terjadi lagi fluktuasi.

Sangat menarik menurut saya seperti adanya transparansi harga ya. Tak ada lagi kita berandai-andai “Eh ini kok mahal sekali ya, kira-kira harga aslinya berapa ya?” Apalagi saat harga bawang sedang naik kita tinggal cek saja berapa kira-kira harga asli di petani melalui aplikasi Lima Kilo.

Ternyata aplikasi ini telah menjadi pemenang Hackathon perdana yang diselenggarakan oleh Code4Nation dan Kantor Staff Pemerintahan. Hackaton perdana diselenggarakan untuk penyelesaian masalah pangan di tanah air, mulai dari harga daging, beras, gula, dan lainnya.

Ada empat punggawa yang berada di balik layar Lima Kilo, mereka adalah:

Walesa Danto (Android Developer, DevOps Engineer)

Martin Luter (Android Developer)

Lisa Ayu Wulandari (Business Analyst, Marketing, Operation)

Arif Setiawan (Backend & API Developer, Frontend Web Developer)

Semoga dengan aplikasi ini harga bawang makin stabil dan berkurang tingkat fluktuasi harganya ya..

Sumber: blog.limakilo.id , www.code4nation.id , www.teknopedia.asia

Sumber Gambar: www.countryvitamins.com/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini