Indonesia Raya Bergaung Di Aconcagua

Indonesia Raya Bergaung Di Aconcagua
info gambar utama

Pencapaian pendakian Internasional kembali diraih oleh pendaki dari Indonesia. Kali ini Tim Ekspedisi Indonesia Raya yang melakukan misi pendakian gunung Aqoncagua (6.962 mdpl), Argentina berhasil menyelesaikan misi pada Minggu pukul 19.15 waktu setempat atau Senin (07/03/2016), 05.15 WIB. Pencapaian tersebut menandakan berakhirnya seluruh rangkaian pendakian yang dimulai sejak 21 Februari lalu.


Tim Ekspedisi Indonesia Raya menjadi rombongan pendakian tera­khir yang turun gunung pada musim pendakian Aqoncagua yang dibuka September-Februari 2016.

"Sekalipun pendakian ini begitu dra­matis dan menguras tenaga, kami ber­syukur seluruh tim sehat walafiat dan selamat menyelesaikan misinya," kata promotor Tim Ekspedisi Indonesia Raya Teguh Santosa yang menjemput di Jembatan Horcones pada ketinggian 2.950 mdpl di Gunung Aconcaqua, Minggu petang waktu setempat seperti dikutip dari RMOL.

 

Pendakian ini banyak menghadapi tantangan alam, Tim Ekspedisi Indonesia Raya dikabarkan harus menerjang cuaca dingin dan badai El Viento Blanco yang berbahaya di negeri tango tersebut. Sehingga misi harus berakhir di ketinggian  6.600 mdpl atau terpaut 300 mdpl dari summit di ketinggian 6.962 mdpl.

 

Gunung Aconcaqua memang dikenal sebagai gunung tertinggi kedua di dunia dan memiliki kondisi cuaca yang tidak kalah ekstrimnya dengan Himalaya. Pada musim pendakian September-Februari 2016 yang ditutup pada 15 Maret 2016 ini, banyak rombongan dari manca negara yang mendaki, dimana tercatat satu pendaki meninggal dunia.

 

"Sebenarnya tim sudah meng­kaji optimal seluruh opsi melakukan pendakian ulangan dengan summit attack setelah turun di titik aman 4.300 Mdpl. Namun, tidak memperoleh ijin pihak otoritas Aconcaqua Park, karena cuaca gelap di atas puncak Aconcagua yang tak berkesudahan," imbuh Teguh.

Sebelumnya, tim pendakian militer dari Belanda pun yang menjadi rom­bongan kedua terakhir yang sampai di titik ketinggian 5.900 Mdpl pun terpaksa harus turun gunung.

 

Tim Ekspedisi Indonesia Raya kali ini beranggotakan pendaki tunadaksa Sabar Gorky, lima anggota Korps Marinir, dua pecinta alam Asep Sumantri dan Syatiri Achmad Aswani,  dan seorang wartawati Kantor Berita Politik RMOL, Widya Victoria. Mereka mampu bertahan beberapa hari dalam cuaca sangat dingin dan terpaan badai El Viento Blanco.

 

Baca juga: Sabar Gorky, tunadaksa tangguh asal Solo penakluk puncak Cartenz Pyramid


Ketika menuruni gunung, Tim Ekspedisi Indonesia Raya melakukan prosesi kecil berdoa dan menyanyi­kan lagu Indonesia Raya di jembatan Horcones, Aconcaqua. Kesembilan pendaki secara umum dilaporkan dalam keadaan baik.

Teguh menyampaikan salam dari pendiri Yayasan Artha Graha Peduli (AGP) Tomy Winata yang secara intensif mengikuti perkembangan pendakian dari hari pertama.

Yayasan AGP adalah pendukung utama ekspedisi ini. Pendukung lain adalah Kementerian Pariwisata, MatahariMall.com, PT Telkom, dan Kosgoro 1957.

Komandan Pendakian Letkol Marinir Rivelson Saragih menga­takan, para pendaki telah berupaya sekuat mungkin mencapai puncak Aconcagua, di tengah tantangan alam berupa badai dan perubahan suhu yang sangat ekstrem.

Di awal pendakian cuaca cukup bersahabat. Namun memasuki keting­gian 5.000 mdpl para pendaki mulai menghadapi kondisi alam yang keras. "Kawan-kawan kembali dengan se­lamat. Ini sesuai dengan harapan kita semua," terangnya.

 

Dalam kesempatan yang sama Manajer Pendakian, Dar Edi Yoga mengaku bangga atas perjuangan semua pendaki. "Ini adalah kemenan­gan kita semua. Kita siap menghadapi tantangan dan misi pendakian berikut­nya," kata Yoga.

Yoga berharap selanjutnya seluruh pendaki dapat menyelesaikan ekspe­disinya untuk tujuh gunung tertinggi di dunia. 


Sebelumnya, Sabar Gorky telah menyelesaikan tiga pendakian gu­nung tertinggi dunia yaitu, Gunung Elbrus yang merupakan bagian dari pegunungan Kaukasus Barat di Kabardibo-Balkaria dan Karachay-Cherkessia Rusia dekat dengan per­batasan Georgia.

Gunung ini merupakan gunung tertinggi di daratan Eropa dengan ketinggian puncaknya 5.642 mdpl. Summit kedua yang sudah didaki ada­lah gunung Kilimanjaro di Tanzania benua Afrika yang memiliki keting­gian 5.895 mdpl.

Gunung ketiga yang didaki Sabar Gorky dan tim Marinir adalah pun­cak Cartenz Pyramid yang terletak di Provinsi Papua. Puncak Cartenz memi­liki tinggi 4.884 mdpl. Sementara itu, gunung keempat yang sudah didaki adalah gunung Aqoncagua setinggi 6.962 mdpl. Dengan begitu masih ada tiga gu­nung lagi yang akan didaki, yaitu, Vinson Massif yang merupakan gu­nung tertinggi benua Antartika dengan ketinggian 4.892 mdpl.

 

Gunung Denali dengan ketinggian 6.168 mdpl yang termasuk dalam kawasan Taman Denali di Amerika Serikat. Gunung ini menjadi ke­tiga tertinggi di dunia setelah Mount Everest dan Aconcagua.

 

"Kedua gunung dijadwalkan akan didaki bertepatan 17 Agustus 2016 dan bulan November 2016," jelas Yoga.

 

Sementara itu, gunung terakhir yang akan didaki adalah gunung ever­est yang menjadi gunung tertinggi di dunia. Everest terletak di bagian Mahalangur pegunungan Himalaya, dimana seluruh pendakian itu diharap­kan selesai pada 2017.

 

Pancapaian Sabar Gorky cs. sedikit berbeda dengan tim ekspedisi lainnya yang juga dari Indonesia. Sebelumnya, tim dari Universitas Parahyangan Bandung, berhasil memuncaki Aconcagua pada akhir Januari yang lalu.

Sumber : RMOL
Sumber Gambar Utama : mapalaptm.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini