Sungkem Tlompak , Tradisi Lebaran Lereng Gunung Merbabu

Sungkem Tlompak , Tradisi Lebaran Lereng Gunung Merbabu
info gambar utama

Lereng sisi barat Gunung Merbabu tetapnya di Dusun Gejayan Desa Banyusidi Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang selalu ramai di hadiri oleh kerabat mereka yang jauhnya sekitar 7 kilometer , yaitu masayarakat Desa Pongalan Pakis .Mereka datang tepat di hari kelima lebaran , atau lebih di kenal sebagai hari syawalan dalam tradisi masayarakat jawa. Hari Kelima lebaran merupakan hari Tradisi Sungkem Tlompak , tradisi yang di jaga dan di lestarikan sejak puluhan tahun silam oleh masyarakat Pongalan dan Banyusidi Pakis Magelang.

bersilahturahmi dan menyampaikan maksut bersma masyarakat dan sesepuh desa
info gambar

Menurut sejarahnya Masyarakat Desa pongalan yang kala itu selalu di landa Pagebluk ( penyakit ) dan kekeringan lalu berusaha mencari jalan keluar dan singkat sejarahnya mereka kemudian mendatangi Sumber mata air Tlompak yang berada di Desa Banyusidi sebagai sarana untuk keluar dari musibah yang melanda desa mereka.Sementara Warga Desa Banyusidi sudah lebih dahulu mempercayai bahwa sumber air Tlompak adalah sarana dan jalan keluar mereka ketika menghadapi musim paceklik dan musim kering berkepanjangan yang selalu melanda Warga setempat juga mempercayai bahwa aliran air dari sumber air Tomplak merupakan jalan mereka mendapatkan berkah dari Tuhan bagi pertumbuhan pertanian setempat Alhasil ketika semua musibah telah di lalui maka setiap hari kelima lebaran masyarakat Desa Pongalan akan mendatangi Masyarakat Desa Banyusidi untuk bersama sama melakukan Tradisi Sungkem Tlompak, sekaligus bersilahturahmi dan berkhalal bihalal atar seluruh warga desa.

Bersama menuju sumber air Tlompak
info gambar

Tepat jam sebelas siang warga Pongalan yang datang lengkap dengan pakaian dan kesenian seperti topengan, barongan, kuda kepang berikut perangkat gamelan lengkap perbekalan dan gunungan untuk melaksanakan Sungkem Tlompak mendatangi Juru Kunci sekaligus sesepuh Desa Gejayan untuk menyampaikan maksut dan bersilahturahmi sekaligus berkhalal bihalal antara sesepuh dan warga ke dua desa. Masyarakat Desa Banyusidi akan menyambut dengan tarian tradisional seperti Topeng Ireng, Geculan Bocah, dan Gupolo Gunung, kemudian mereka bersama para sesepuh ke dua desa akan berjalan sekitar 700 meter menuju Sumber Air Tlompak untuk berdoa bersama dan memohon berkah bersama sama.

Berdoa di sumber air Tlompak
info gambar

Sumber air Tlompak berada di bawah lereng curam dengan alam yang masih lestari karena di jaga keberadaanya dengan pohon pohon besar dan aneka tanaman lain yang masih rindang, masyarakat percaya bahwa di tempat itu di adalah Punden Pangeran Singobarong dan nyai Silemdalem yang akan selalu menjaga 5 buah pancuran sumber air Tlompak. Lima Sumber air berupa pancuran kecil itu juga di percaya memiliki perbedaan khasiat berkah kehidupan, seperti Pancuran dengan Gentong Putih berkhasiat untuk Derajat Pangkat, Hitam Untuk Kesehatan Merah Untuk Kesejahteraan, Kuning untuk Pertaniandan perdagangan, Biru untuk Harapan dan Perjodohan.

Bergiliran mengambil berkah sumber air Tlompak
info gambar

Setelah doa di panjatkan oleh para sesepuh desa di sumber mata air Tlompak dilanjutkan untuk berebut gunungan , memakan bersama perbekalan yang telah di bawa maka masyarakat sebelum meninggalkan Sumber Air Tlompak akan secara bergantian mengambil air pancuran untuk berbasuh meminum ataupun memasukan ke dalam botol botol air mineral yang sebelumnya sudah mereka siapkan untuk selanjut mereka bawa pulang sebagai berkah Sungkem Tlompak. Boleh saja mereka mngambil satu atau mengabungkan berbagai berkah ke lima pancuran sesuai keinginan dan pengharapan di satu tahun yang akan datang untuk kemudin mereka akan kembali mengambil air tahun depan dengan pengharapan baru dan keinginan yang lain. Sungkem Tlompak, Tradisi yang menggabungkan Lebaran dan Budaya warisan Leluhur. (fadkus)



Sumber : fadkus
Sumber Gambar Sampul : fadkus

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini