Tradisi lama kini kembali, ngemurok Jerami di Desa Namang.

Tradisi lama kini kembali, ngemurok Jerami di Desa Namang.
info gambar utama

Pulau Bangka memang terkenal dengan pantainya yang indah. Serta hasil lautnya yang melimpah membuat siapapun menyangka kalau masyarakat Bangka sangat bergantung akan hasil lautnya, hal itu memang benar. Tapi siapa sangka, pulau Bangka yang selama ini terkenal dengan pantainya serta hasil lautnya yang melimpah, ternyata menyimpan sebuah tradisi yang unik.

Tradisi ini bisa dibilang tidak ada hubungannya dengan laut atau pantai, percaya atau tidak memang harus percaya. Salah satu desa di sini memiliki sawah yang sama halnya seperti sawah-sawah di Pulau Jawa, dan menjadi salah satu desa yang menghasilkan padi di tengah-tengah mayoritas penduduk Bangka yang berprofesi sebagai nelayan atau berkebun.

Masyarakat Bangka menyebut tradisi ini dengan sebutan “Murok Jerami”. Tradisi ini memang kebiasaan masyarakat Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ketika musim panen padi telah tiba. Masyarakat sangat antusias merayakannya.

Kegiatan Murok Jerami oleh masyarakat dengan menggunakan Dulang.

Murok Jerami ialah tradisi makan beramai-ramai satu desa yang merupakan wujud rasa syukur masyarakat dan permohonan kepada Allah atas hasil panen yang melimpah ruah. Biasanya diadakan di sebuah rumah atau di rumah-rumah yang dibangun di tengah-tengah persawahan. Masyarakat juga memohon untuk selalu diberikan perlindungan dan keselamatan dalam menjalani aktivitas, serta meminta hasil yang melimpah kembali pada panen berikutnya.

Pada saat ritual itu dilakukan, para warga desa, terutama para petani nantinya akan membawa hasil-hasil kebunnya, seperti buah-buahan, sayuran dan lain-lain untuk dapat dinikmati bersama-sama.

Kegiatan Murok Jerami di tengah-tengah persawahan.

Menurut sejarahnya masyarakat Bangka Belitung yang dahulu juga bertanam padi, membuat tradisi ini berkembang pada masa-masa itu. Ritual ini merupakan warisan budaya dari nenek moyang dahulu. Dan memang sudah ada sejak dulu kala, nenek moyang dulu memang rata-rata dominan berprofesi sebagai petani. Namun, seiring perubahan zaman pola pencaharian dan kebiasaan yang terpengaruh budaya modern membuat kebiasaan bertanam padi ditinggalkan oleh masyarakat Bangka Belitung.

Saat ini sebagian masyarakat Desa Namang banyak yang sudah bercocok tanam padi, maka kepala Desa Namang meminta agar tradisi ini dihidupkan kembali sampai saat ini, sehingga tradisi ini mengundang para wisatawan local maupun dari luar untuk menyaksikan langsung betapa serunya kegiatan ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RM
RG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini