Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Bakal Saingi Bandara Changi Milik Singapura

Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Bakal Saingi Bandara Changi Milik Singapura
info gambar utama

Bandara tidak jarang dijadikan sebuah barometer ukur sebuah kemajuan negara. Sebab bandara merupakan salah satu pintu masuk masyakarat luar negara untuk masuk ke sebuah wilayah. Itu sebabnya tidak jarang, pembangunan bandara selalu dikerjakan dengan terencana dan dengan arsitektur yang mewah seperti terminal bandara Soekarno-Hatta, Terminal 3 Ultimate yang tidak lama lagi akan beroperasi.

Terminal yang ditargetkan akan mampu melayani 25 juta penumpang setiap tahunnya tersebut diproyeksikan sebagai gerbang pariwisata Indonesia. Gagasan tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya akhir bulan Juli yang lalu. Selain itu, Menpar juga berujar bahwa Terminal 3 Ultimate akan bisa menyaingi Bandara Changi di Singapura atau Terminal 2 Bandara Kuala Lumpur (KLIA2) di Malaysia.

Memang, tantangan pada Bandara Changi milik Singapura tersebut bukan dalam hal perdagangan, tetapi lebih pada sektor pariwisata. Menpar menyadari bahwa Terminal 3 Ultimate lebih mampu untuk mengungguli pesaingnya tersebut dalam mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara.

"Saya tentu tidak akan head to head dengan Singapura untuk trade, kita kalah dari Singapura. Tapi untuk tourism, destinasi Indonesia jauh lebih banyak dari Singapura. Hampir tidak mungkin Singapura mengalahkan Indonesia," ujar Arief seperti dikutip dari detikTravel.

Sebagai terminal yang berfungsi sebagai pintu masuk pertama untuk masuk ke Tanah Air. Berbagai fasilitas dan suasana di terminal tampak modern. Semua fasilitas tersebut diharapkan dapat membuat turis yang singgah untuk mendapat layanan yang nyaman.

"Ini gerbang baru pariwisata Indonesia. Ketika kita sepakat bahwa ini adalah tourism airport maka branding sesuai dengan kepariwisataan," ujar Arief.

Baca juga: Inilah Foto-Foto Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta

Arief menjelaskna bahwa terdapat tiga bagian dalam branding pariwisata yakni budaya, alam dan wisata buatan manusia (man-made attraction). Perannya sebagai bandara pariwisata, Terminal 3 Ultimate akan banyak dihiasi multimedia landmark khas Indonesia seperti Candi Borobudur, maupun keindahan alam lain seperti Raja Ampat dan Komodo. Kabarnya, juga akan ada pertunjukan seni seperti tarian hingga musisi tradisional maupun jazz akan dipertontonkan secara rutin di terminal itu.

Sehingga para wisatawan akan mampu mengenal tentang Indonesia dan tertarik untuk mengunjungi setiap jengkal destinasi pariwisata Nusantara.

"Kita kuat di culture, nature, karenanya sementara kita akan tonjolkan culture dan nature. Kesenian akan kita tampilkan dari seluruh Indonesia, dengan catatan kurator harus tingkat nasional," papar Arief.

Indonesia yang bermodalkan destinasi wisata yang sangat beragam seharusnya mampu untuk memaksimalkan peran Terminal 3 Ultimate untuk gerbang pariwisata. Namun menurut Menpar, masih banyak hal yang perlu ditingkatkan. Seperti dalam hal kapasitas masuk penerbangan.

"Kelemahan bandara ini belum menjadi hub. Saya bulatkan saja lah, Singapura itu lebih dari 100 flight masuk. Dia akan menjadi hub bagi international transportation. Seharusnya indonesia jadi international hub untuk tourism, tapi untuk jadi international hub tourism kita akses transportasinya harus bagus," ujar Arief.

Untuk menambah jumlah penerbangan yang bisa masuk ke bandara Soekarno-Hatta, pihak Angkasa Pura II akan menambah satu landasan pacu lagi di Terminal 3 Ultimate. Penambahan ini akan menambah landasan pacu yang sebelumnya sudah ada menjadi tiga landasan pacu.

Menpar Arief optimis bila terdapat tambahan landasan pacu, wisatawan internasional akan mulai bergeser dari Singapura ke Indonesia. Kita tunggu saja bagaimana kiprah terminal kebanggaan ini mampu menarik lebih banyak wisatawan dari mancanegara.

Sumber : detik Travel
Sumber Gambar Sampul : instagram.com/lesmana.fs

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini