7 Fakta Tjilik Riwut, Sosok Besar di Balik Bergabungnya Kalimantan dengan Indonesia

7 Fakta Tjilik Riwut, Sosok Besar di Balik Bergabungnya Kalimantan dengan Indonesia
info gambar utama

Jika anda berkunjung ke Palangkaraya menggunakan pesawat terbang, maka anda akan tiba pada sebuah Bandara bernama Tjilik Riwut. Bandara ini menjadi salah satu Bandara besar yang ada di Kalimantan. Penamaan Tjilik Riwut sendiri diambil dari nama seorang Tokoh Dayak yang juga Pahlawan Nasional.

Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Tjilik Riwut lahir di Kasongan, 2 Februari 1918, adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia dan Gubernur Kalimantan Tengah.

Tidak hanya aktif di bidang militer, ia juga menjadi sosok berjasa di balik bersatunya Kalimantan dengan Indonesia. Berikut ini beberapa fakta tentang kehidupan seorang Tjilik Riwut :

1.Pria Tangguh yang Mengelilingi Kalimantan Hanya dengan Jalan Kaki

Tjilik Riwut adalah orang asli Kalimantan yang berasal dari suku Dayak Ngaju. Dengan bangga ia menyebut dirinya sebagai orang hutan karena terbiasa hidup di alam liar Kalimantan. Bahkan semasa hidupnya, ia sudah 3 kali mengelilingi pulau Borneo tersebut hanya dengan jalan kaki serta menggunakan sampan.

Sejak kecil ia memang merupakan sosok yang sangat dekat dengan alam. Tanpa ragu ia akan memasuki hutan tanpa baju dan alas kaki serta hanya mengenakan celana panjang. Mungkin hal itu pula yang membuatnya begitu lincah bertempur di medan perang meski harus berada di dalam hutan.

2.Pernah Menjadi Jurnalis Menyuarakan Perjuangan Nasional

Ketertarikannya dalam dunia tulis menulis membuatnya memutuskan untuk menjadi wartawan. Tahun 1940, ia sudah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pakat. Bersama dengan Sanusi Pane (Salah satu sastrawan Indonesia) ia juga menjadi jurnalis di Harian Pembangunan.

Dalam bidang jurnalisme itulah Tjilik Riwut turut menyumbangkan tenaga dan pikiran dengan menyebarkan berita seputar pergerakan nasional di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

3.Pernah Bekerja Pada Intelijen Jepang

Ketika Jepang menguasai Indonesia, Tjilik Riwut beralih profesi menjadi intelijen militer Jepang. Tugasnya adalah untuk mengumpulkan data-data tentang keadaan di Kalimantan, tapi bukan berarti dia sedang berkhianat. Dia melakukan tugas penting demi Indonesia.

Ia mendapatkan jabatan dari pemerintah pendudukan Jepang yang membuatnya punya akses ke seluruh daerah di Kalimantan. Hal inilah yang ia manfaatkan untuk menjalin komunikasi dan koordinasi dengan beragam suku di Kalimantan. Tjilik Riwut meyakinkan mereka agar tetap setia dan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

4.Komando Penerjun Payung Pertama AURI

Tjilik Riwut kemudian terjun ke dunia militer dan menjadi Komandan Pasukan MN 101 Mobiele Brigade MBT/TNI Kalimantan. Ia juga mencatatkan prestasi di bidang militer karena kesuksesannya sebagai komando Penerjun Payung Pertama AURI pada 17 Oktober 1947. Sejak saat itu 17 Oktober diperingati sebagai hari Pasukan Khas TNI-AU.

Sebagai tentara, ia memiliki pengalaman perang di sebagian besar pulau Kalimantan dan Jawa. Pangkat terakhirnya di bidang militer adalah Marsekal Pertama Kehormatan TNI-AU.

(Tjilik Riwut Bersama Keluarga/alifanandatarina.files.wordpress.com)
info gambar

5.Memegang Teguh dan Melestarikan Kebudayaan Kalimantan

Bukan saja nasionalis, ia juga sangat menjunjung tinggi kebudayaan dan leluhurnya. Ia selalu menekankan pentingnya untuk tetap mengingat asal-usul kita sebagai manusia. Baginya, kebudayaan adalah sebuah identitas yang harus dipelihara.

Ideologinya ini tertuang dalam beberapa karyanya berupa buku yaitu :Makanan Dayak (1948), Sejarah Kalimantan (1952), , Kalimantan Memanggil (1958),Maneser Panatau Tatu Hiang (Menyelami Kekayaan Leluhur ) (1965,stensilan, dalam bahasa Dayak Ngaju), dan Kalimantan Membangun (1979). Lewat tulisannya, ia banyak mengenalkan dan mengabadikan kebudayaan suku Dayak yang perlahan mulai luntur. Buku-buku tersebut juga ditulis kembali oleh Nila Riwut, salah satu putrinya.

6.Wakil Kalimantan Setelah Indonesia Merdeka

Indonesia akhirnya merdeka dan Tjilik Riwut dipercaya menjadi Perwakilan Dewan Pimpinan Penyelenggaraan Ekspedisi ke Borneo di Yogyakarta. Tahun berikutnya, ia mewakil 185 ribu rakyat Dayak di pedalaman Kalimantan yang terdiri dari 142 suku, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 4 kepala suku, 3 panglima, 10 patih, 2 tumenggung, dan 2 kepala burung untuk menyatakan sumpah setia kepada Republik Indonesia.

Sumpah ini berarti Kalimantan telah menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para anggota suku ini juga bersumpah akan mempertahankan daerahnya masing-masing dari serangan tentara NICA yang berusaha merebut kembali Indonesia.

(Tjilik Riwut/boombastis.com)
info gambar

7.Tekad Besarnya Demi Membangun Kalimantan

Salah satu jasa Tjilik Riwut yang masih dikenang di bidang pembangunan adalah membuka hutan serta membangun daerah di sekitar Desa Pahandut (yang kini menjadi kota Palangkaraya), Ibukota Kalimantan Tengah. Pembangunan kota Palangkaraya ini adalah salah satu visi besar Tjilik Riwut yang berhasil tercapai. Selain itu ia juga berkeinginan membangun 2 bandara internasional, meski saat ini yang terwujud baru satu bandara.

Itulah Tjilik Riwut, sosok besar dengan jiwa nasionalis yang tinggi dan turut berperan dalam persatuan Republik Indonesia. Ia memiliki komitmen tinggi untuk kemajuan daerahnya tanpa meninggalkan kebudayaan dan kekayaan leluhurnya sebagai orang Kalimantan.


Sumber : berbagai sumber
Sumber Gambar Sampul : didimeka

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini