Karena Jatuh Cinta, Warga Belanda ini Kembangkan Batik dengan Pewarna Alami di Yogyakarta

Karena Jatuh Cinta, Warga Belanda ini Kembangkan Batik dengan Pewarna Alami di Yogyakarta
info gambar utama

Pesona batik memang sanggup membuat siapa pun terkagum – kagum. Tidak terkecuali Philip Boas, warga negara Belanda yang terpesona dengan keindahan batik Indonesia. Berawal dari kiriman buku tentang batik oleh seorang teman, Philip yang juga seorang seniman ini langsung jatuh cinta dengan batik. Sejak 1980, ia mulai menekuni dunia batik. Ia mencoba belajar membatik di negaranya, namun dikarenakan keterbatasan dalam sumber daya membuat ia tidak bisa memelajari batik secara lebih dalam. Berawal dari beasiswa yang ia terima pada 1988 untuk belajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. sejak saat itu, ia berusaha untuk terus mendalami batik dan akhirnya Philip tinggal di Indonesia dan menekuni dunia batik dalam pekerjaannya.

Semakin banyak memelajari beragam referensi tentang batik, Philip pun mulai mengembangkan berbagai metode membatik. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah teknik membatik simbut dari Jawa Barat yang juga dikenal dengan batik bubur ini. Referensinya mengenai batik simbut ini tidak hanya berkisar tentang motif, bentuk dan pola batik simbut, namun hingga ke nilai – nilai budaya dan historis dari batik simbut. Atas dasar ini pula Philip akhirnya mengembangkan teknik batik simbut dengan menggunakan model pewarnaan alami.

teknik membatik dengan pewarnaan alami ditularkan Philip kepada warga sekitar (sumber : cendananews.com)
info gambar

Philip mengembangkan tanaman yang bisa digunakan untuk menghasilkan warna pada batik simbut, misalnya tanaman nila yang dikenal sebagai tanaman indigo atau tarum. Pohon tersebut merupakan sejenis tanaman perdu yang bentuk daunnya bulat dan lebat. Tanaman ini menghasilkan warna biru lewat daunnya, kemudian diproses sedemikian rupa sehingga menjadi pasta warna biru. “Waktu pertama mencari pohon itu sekitar tahun 1977, sangat jarang orang yang tahu pohon itu. Tapi, dari seorang petani di desa Ngemplak, saya diberi tahu kalau ternyata pohon ini tumbuh di pinggir – pinggir jalan dusun tertentu,” ujar Philip.

Di studionya yang terletak di Dusun Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, Philip membudidayakan tanaman tersebut sekaligus mengajak warga sekitar untuk ikut menanam tanaman indigo. Ia menanam bibit tanaman indigo melalui media tanam di dalam pot, lalu dalam dua bulan kemudia tanaman tersebut bisa dipindahkan ke pekarangan. Dalam usia tiga hingga empat bulan kemudian, daun tanaman indigo sudah bisa dipanen untuk digunakan dalam pewarnaan.

Philip membudidayakan bibit tanaman indigo melalui cara bertanam di dalam pot (sumber : cendananews.com)
info gambar

Dengan hal tersebut, Philip berusaha menularkan metode pewarnaan batik alami kepada warga setempat. Hal itu disambut baik oleh warga sekitar, yang merasa senang karena seorang warga negara asing yang sangat tertarik dengan batik membagikan ilmunya untuk membantu warga – warga sekitar. Philip sendiri berharap agar sekembalinya dia ke negerinya, akan ada warga dusun Ndalem yang meneruskan kegiatan membatik dengan metode pewarnaan alami ini.




Sumber : antaranews.com, cendananews.com
Sumber Gambar Sampul : cendananews.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini