Bangsring, Desa Wisata Pinggir Pantai yang Dikelola Warga

Bangsring, Desa Wisata Pinggir Pantai yang Dikelola Warga
info gambar utama

Pernah mengunjungi Desa Bangsring di Banyuwangi? Desa yang menawarkan pantai dengan hamparan pasir hitam ini telah sukses bertransformasi menjadi tujuan wisata yang cukup “seksi” untuk dikunjungi. Pantai yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Banyuwangi itu kini menjadi idola baru wisata ujung timur Pulau Jawa. Menamakan diri dengan “Bangsring Underwater”, wisatawan bisa melakukan banyak hal menarik di pantai tersebut. Selain menikmati pemandangan Selat Bali secara gratis, pengunjung bisa juga menikmati fasilitas jasa selam di permukaan air (snorkeling) dengan membayar sedikit uang sewa. Wisatawan juga dapat menikmati permainan air dengan perahu karet berbentuk pisang besar (banana boat), menyebrang singkat ke Rumah Apung, menceburkan diri ke keramba dan berswafoto dengan ikan-ikan di dalamnya. Bangsring Underwater sekarang juga menjadi daerah konservasi dan edukasi pelestarian terumbu karang. Menarik bukan?

diambil dari www.banyuwangibagus.com
info gambar

Bangsring Underwater, dengan segala pesona dan atraksinya, tidak serta merta menjadi indah dengan singkat seperti sekarang ini. Dahulu daerah Bangsring dikenal dengan pantai yang kotor dan rusak. Masyarakatnya biasa mencari ikan di wilayah ini dengan menggunakan bom ikan atau menggunakan apotas, bahkan mereka juga mencungkil dan merusak karang. Menurut kriteria Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), terumbu karang dan ekosistem lautan di pantai ini termasuk dalam kriteria rusak berat, karena lebih dari 80 persen telah rusak. Lantas, bagaimana daerah ini bisa berubah menjadi kawasan wisata dan percontohan konservasi? Hal ini tak lepas dari peran serta masyarakat sekitar sendiri yang telah”bertaubat” dari perilaku buruknya.

Kesadaran masyarakat untuk memperbaiki lingkungan pantai memang tumbuh dengan pesat di desa ini. Berawal dari keluhan nelayan yang menyadari bahwa jumlah ikan semakin sedikit dan laut mulai tercemar. Mereka bertekad untuk memperbaiki kawasan pantai Bangsring untuk mengundang ikan-ikan agar kembali. Dipelopori oleh pemuda bernama Ikhwan Arief, para nelayan bahu membahu membentuk superteam untuk memberbaiki ekosistem pantai Bangsring. Terdapat dua kegiatan utama yang dilakukan tim yang menamakan diri sebagai Kelompok Nelayan Rumah Apung Desa Bangsring ini, yaitu pengawasan dan konservasi. Tim ini rajin melakukan pengawasan laut dan terumbu karang, sehingga tidak lagi ada aktifitas illegal fishing di kawasan ini. Dahulu nelayan mencari ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan. Kini mereka mencari ikan dengan cara yang aman, bahkan para nelayan tak segan untuk mebersihkan kalau laut dan pantainya kotor. Selain itu mereka juga melakukan konservasi terumbu karang, konservasi pesisirnya dengan menanam mangrove dan banyak yang dilakukan untuk melindungi kawasan ini.

Memang tidak pernah ada hasil yang mengkhianati kerja keras, apalagi kerja keras yang dilakukan oleh tim. Dahulu, kawasan ini tidak diperhitungkan sebagai pengembangan wisata di kabupaten berjuluk Sunrise of Java. Bangsring dahulu bukanlah pesisir yang bisa dinikmati pantai dan bawah lautnya. Kini ditangan sekitar 100 nelayan yang mendeklarasikan Bangsring sebagai Zona Lindung Bersama (ZLB), kawasan ini berubah menjadi berseri dan menjadi magnet pariwisata tersendiri. Kerja keras super yang benar-benar terbayarkan. Awalnya niat konservasi masyarakat hanya bertujuan untuk mengembalikan ekosistem saja. Tapi siapa sangka Bangsring kini berubah lebih dari itu, yaitu menjadi daerah percontohan konservasi dan pariwisata berbasis swadaya masyarakat. Bangsring kini menjadi keren, banyak wisatawan yang berdatangan,bahkan mencapai ribuan pengunjung di setiap akhir pekan. Lebih dari itu, Bangsring telah berhasil menjadikan Indonesia menjadi lebih keren, dengan dimasukkannya kawasan ini dalam sebuah nominasi bergengsi oleh UNWTO. United Nation World Tourism Organization, sebuah lembaga yang fokus pada perkembangan pariwisata dunia tersebut tahun lalu mengadakan UNWTO Awards. Dan Bangsring masuk dalam nominasi dalam kategori Innovation in Non-Govermental Organization dengan tema Fisherman and The Act for Biodiversity Program. Keren!

Tentu saja hal keren ini bukan hasil pekerjaan satu orang yang berperan sebagai Superman. Tapi ini adalah Mahakarya hasil kerjasama luar biasa oleh para nelayan, yang telah dengan apik menjelma menjadi superteam. Meminjam kata-kata Pak Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), bahwa kita tidak butuh Superman untuk memperbaiki Banyuwangi, tapi kita butuh Superteam!

Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Menulis Kabar Baik GNFI #2

Sumber:

www.nationalgeographic.co.id "Bangsring, Godaan Destinasi Pertobatan Laut"

www.trave.detik.com "Pesona Bangsring di Banyuwangi yang Wakili Indonesia di Penghargaan UNWTO"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini