Warisan Soekarno dalam Kitab Kuliner Indonesia

Warisan Soekarno dalam Kitab Kuliner Indonesia
info gambar utama

Kekayaan kuliner Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari dulu hingga sekarang seolah tidak ada habisnya. Beragamnya olahan yang dipadu dengan bumbu dan rempah-rempah khas daerah membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang patut dijuluki sebagai surganya para penikmat kuliner.

Karena begitu melimpahnya ragam kuliner tradisional Indonesia, tak salah apabila kemudian didokumentasikan pada buku. Seperti buku-buku resep masakan kekinian yang dapat dengan mudah kita jumpai di toko buku.

Tahukah kamu? Ternyata pendokumentasian soal kuliner sempat dilakukan pada zaman pemerintahan presiden pertama kita, lho. Rangkuman yang berisi soal kuliner Nusantara ini dilakukan lewat buku. Bahkan buku ini disebut-sebut sebagai warisannya Presiden Soekarno saat itu kepada bangsa Indonesia.

Berjudul Mustika Rasa, buku yang berisi rangkuman kreasi makanan khas Indonesia ini diterbitkan pada 1967. Di dalam buku resep ini mengulas banyak hal, ada resep-resep makanan, gizi, hingga menu makanan unik yang tak umum di masa sekarang, yakni kelada.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

"Tugas Soekarno setelah merdeka adalah mengampanyekan kesatuan dalam kebhinekaan. Salah satunya dengan makanan. Kita punya banyak kekayaan makanan tetapi tak pernah didokumentasikan secara nasional," ujar JJ Rizal, seorang praktisi sejarah, seperti dilansir dalam kompas.com.

Terbitnya Mustika Rasa

Buku Mustika Rasa mungkin pantas disebut kitab kuliner Nusantara, karena memiliki tebal 1.123 halaman. Buku yang memuat sekitar 1.600 resep masakan Nusantara itu ternyata membutuhkan waktu sekitar 7 tahun untuk menyusunnya.

Proyek penyusunan buku Mustika Rasa menjadi proyek yang tidak main-main. Pasalnya, dibutuhkan penelitian di laboratorium dan melacak berbagai resep masakan di berbagai pelosok kota dan desa untuk menyajikan data ke publik akan warisan tradisional seni masakan Indonesia.

Kala itu Presiden Soekarno mengutus istrinya, Hartini, untuk merangkum buku Mustika Rasa. Soekarno juga mengumpulkan ahli kuliner, ahli gizi, dan pamong praja desa untuk membantu merangkum buku Mustika Rasa. Namun sayangnya terjadi Gerakan 30 September pada 1965, yang membuat buku kuliner tersebut kemudian diterbitkan terburu-buru setahun kemudian.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Hal yang menjadi unik dalam buku kuliner ini selain berisi tata dapur yang baik, cara melipat ketupat, tentang gizi, makanan atau jajanan, juga membahas hal yang saat ini kita anggap tabu yang dijelaskan secara gamblang dalam buku ini, seperti darah dan penggunaan makanan babi.

Seiring berjalannya waktu, buku kuliner ini akhirnya menjadi buku antik. JJ Rizal saat itu menemukan pertama kali di pasar buku loak. Ketika mulai membacanya, dia mengaku cukup bingung sekaligus terpesona. Baginya, buku yang ia baca merupakan warisan Soekarno yang orang lain harus tahu.

Oleh karena itu, JJ Rizal memutuskan untuk merilis kembali buku kuliner tersebut. Pada 2016, bersama dengan penerbit Komunitas Bambu, buku Mustika Rasa ini terbit untuk memperkenalkan kekayaan ragam kuliner zaman Soekarno.

Kuliner Sebagai Jati Diri Bangsa

Teryata tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Soekarno memiliki buku Mustika Rasa. Salah satu bentuk warisan Soekarno menjelang kemerdekaan tersebut menjadi penting untuk Indonesia, bahkan hingga hari ini.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

"Soekarno menginginkan Indonesia punya jati diri dan budaya yang kuat lewat makanan. Soekarno menganggap makanan ini adalah hal yang serius." kata JJ Rizal, seperti dilansir dalam CNN.

Buku sederhana yang merupakan hasil pemikiran dan penelitian para ahli selama bertahun-tahun ini benar-benar mencerminkan kuliner Indonesia. Dimana dalam buku tersebut mampu merestorasi gambaran resep masa lalu yang menjadi gambaran dan identitas tentang seni masakan bangsa Indonesia.

Buku Mustika Rasa yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu sekarang ini hanya memproduksi 800 buku rilisan ulangnya. Dengan harga Rp 400.000, buku kuliner ini sudah dapat dibeli dalam ejaan Bahasa Indonesia.

Buku ini tidak hanya sekedar berbicara tentang makanan Indonesia, namun terdapat nilai-nilai yang terkandung lebih di dalamnya. Semoga pusaka warisan tradisional seni masakan di Indonesia semakin berkembang ya!


Sumber : diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini