Tak Perlu Beranjak dulu ke Timur Tengah, Indonesia juga Punya Bukit Pasir Ala Gurun Arab

Tak Perlu Beranjak dulu ke Timur Tengah, Indonesia juga Punya Bukit Pasir Ala Gurun Arab
info gambar utama

Saat melewati Desa Busung di jalan Tanjungpinang-Bintan, Kepulauan Riau, kita akan melihat pemandangan menarik disana. Keindahan Timur Tengah dapat kita jumpai di Bukit Pasir Busung. Tempat ini dapat ditempuh dalam waktu 15 menit menggunakan mobil yang diakses dari dermaga Tanjung Uban, Pulau Bintan. Lokasinya juga tidak terlalu sulit untuk dicari karena tepat berada di pinggir jalan.

Awalnya bukit pasir Busung ini hanyalah gundukan pasir biasa, dan belum ada namanya hingga ada seorang pelancong yang mengunggah foto di Instagram. Sejak saat itulah banyak yang mulai mengunggah foto dengan latar belakang bukit pasir Busung, sehingga tempat ini menjadi terkenal. Gundukan pasir menyerupai pola yang meliuk-liuk ini berhasil menghipnotis wisatawan yang penasaran ingin melihat keunikannya. Karena itulah orang-orang disekitar memberikan nama bukit pasir Busung sesuai dengan nama lokasinya.

Bukit pasir Busung ini dulunya adalah bekas penambangan bauksit yang berhenti beroperasi pada 2013 lalu namun dibiarkan begitu saja. Hasil tambang yang dihasilkan saat itu selain digunakan di dalam negeri juga di ekspor hingga ke Singapura untuk memenuhi kebutuhan pasir dalam proyek reklamasinya kala itu. Aktivitas penambangan terpaksa diberhentikan karena adanya beberapa masalah seperti tidak adanya pengawasan saat produksi, hingga pelanggaran pengangkutan dan penjualan yang melebihi kapasitas produksi dan berakibat pada rusaknya ratusan hektar areal hutan lindung di kawasan Tanjungpinang. Setelah tidak ada lagi kegiatan penambangan, lokasi luas ini dibiarkan bertahun-tahun tanpa lagi ada aktivitas hingga terbentuklah gundukan-gundukan pasir yang mengeras.

Panorama bukit pasir Busung
Panorama bukit pasir Busung

Meskipun bekas hasil tambang, tapi bukit pasir ini masih tampak sangat alami karena sama sekali belum dilakukan pengolahan dan pembangunan sebagai tempat wisata secara resmi oleh pemerintah. Nah, karena lokasinya bisa terlihat dari tepi jalan, bukit pasir Busung ini jadi banyak dikunjungi orang-orang untuk berfoto dan menikmati pemandangan. Selain itu, dari kejauhan juga tampak vegetasi tumbuhan hijau tinggi yang menjadikannya terlihat lebih asri dari bukit pasir yang sesungguhnya. Di beberapa area juga ditumbuhi oleh perdu dan ilalang khas tanaman sabana. Banyak yang merasa betah untuk sekedar duduk-duduk disini karena suasana yang hangat berpadu dengan kesejukan semilir angin menjadikan tempat ini terasa sangat nyaman.

Gundukan pasir yang telah mengeras berwarna mirip gurun ini jadi mirip pemandangan indah ala Timur Tengah. Kalau difoto, berasa di gurun pasir. Kalau sudah tiba disini kita akan takjub saat melihat warna kuning pasir yang begitu merona terpancar dari sinar matahari. Disini gundukan pasir telah mengeras dengan permukaan kontur yang kasar sehingga aman untuk dipijaki tanpa takut terperosok ke dalam pasir. Tapi berhati-hatilah saat musim hujan datang, karena tanah bisa menjadi lebih lunak hingga menyerupai lumpur yang melekat dan menyusahkan langkah kaki untuk bergerak.

Hati-hati ketika habis hujan bila menapak bukit pasir ini karena licin (foto: kesiniaja.com)
info gambar

Jika ingin berkunjung ke bukit pasir Busung sebaiknya datang pada saat pagi atau sore hari, karena pada saat siang akan terasa sangat terik dan menyengat. Apalagi disini kita akan cukup sulit untuk mencari air minum, hal ini dikarenakan tempat ini belum dijadikan sebagai tempat wisata resmi. Sehingga fasilitasnya juga belum memadai, bahkan untuk menemukan warung kecil yang menjual makanan dan minuman juga cukup sulit. Semua area bukit pasir Busung sepenuhnya masih dikelola oleh penduduk sekitar untuk memberdayakan aktivitas masyarakat setempat.


Sumber : diambil dari banyak sumber.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini