Leonard Hutabarat Berbicara Mengenai Masa Depan Indonesia

Leonard Hutabarat Berbicara Mengenai Masa Depan Indonesia
info gambar utama

Masa depan Indonesia terletak akan keyakinan warganya dan apa yang dilakukan penduduknya. Mungkin kita sering mendengar kata-kata seperti ini ditelinga kita, namun banyak pula yang menganggap kata-kata ini hanyalah kata-kata kiasan dan penyemangat saja. Padahal sebetulnya kata-kata tersebut ada benarnya, hal ini yang membuat seorang pejabat penting di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia berbicara banyak tentang generasi Indonesia dan masa depan bangsa ketika diwawancarai GNFI selepas acara Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Leonard F Hutabarat adalah seorang abdi negara yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa yang paham betul mengenai kebijakan luar negeri Indonesia, khususnya pada kawasan Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan hidupnya yang luar biasa, Leonard pernah bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB. Sebagai seorang negarawan, beliau memiliki keyakinan akan masa depan Indonesia juga keyakinan atas anak muda Indonesia yang saat ini merupakan generasi ‘millennial’.

Masa Depan Indonesia

Indonesia saat ini sedang mengembangkan sayapnya ke negara-negara mitra dagang baru selain mitra dagang tradisional yang sudah ada seperti Amerika, Inggris, Eropa dan Asia Pasifik. Nantinya mitra dagang baru ini akan menjadi lahan bagi warna negara Indonesia untuk melakukan ekspor impor seperti mitra dagang di Afrika dan negara lainnya. Diharapkan nantinya Indonesia memiliki banyak opsi kerja sama ekonomi sehingga tidak goyah ketika ada krisis melanda.

Hal ini yang menjadi pertimbangan Presiden Joko Widodo yang sedang menjabat sebagai kepala negara saat ini untuk itu presiden melakukan lawatan kenegaraan atau biasa dikenal dengan kunjungan kenegaraan di beberapa negara. Banyak yang masyarakat tidak tahu bahwa lawatan presiden ke suatu negara bukan semerta-merta hanya kunjungan biasa saja, namun di balik itu ada kepentingan negara yang sedang diperjuangkan. Indonesia sendiri juga tetap memperhatikan mitra kerja sama di berbagai bidang dan level, seperti di Asia Tenggara.

Leonard F. Hutabarat (Sumber : The Global Review)
info gambar

Leonard percaya nantinya pada 100 tahun Indonesia merdeka, yakni pada 2045, setiap negara Indonesia akan memiliki pendapatan sebanyak 36.000 – 40.000 Dollar per tahun karena Indonesia diproyeksikan akan mendekati negara maju. Banyak yang mengira bahwa proyeksi ini mustahil dilakukan, namun melihat potensi Indonesia dan pergerakan Indonesia saat ini, proyeksi ini agaknya sangat mungkin dilakukan dalam 28 tahun kedepan. “Targetnya di 2045 kita memiliki pendapatan perkapita dari 36.000 – 40.000 Dollar per tahun, mungkin ini menjadi angka yang fantastis sekarang. Namun di 2045, kita akan punya sumber daya sebanyak 900 juta orang yang 60 hingga 70 persennya adalah usia produktif. Nah, 70 persen dari 900 juta orang tersebut yang merupakan generasi millennial memiliki pendidikan yang bagus, kapasitas yang memadai untuk bersaing serta penguasaan teknologi, maka 36.000 Dollar per tahun adalah hal yang sangat mungkin dilakukan," tutur Leonard.

Hal ini pun memiliki faktor penting di dalamnya, yakni sumber daya manusia (SDM) sebagai penggeraknya. Hal paling penting menurut beliau adalah kita sebagai warga negara sendiri yang mampu mewujudkan hal itu, bukan bergantung dengan negara lain.

Yang Sedang Dilakukan Indonesia Saat Ini

Indonesia saat ini sedang berproses untuk mengembalikan jati diri Indonesia sesuai dengan Nawa Cita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Dari segi maritim misalnya, Indonesia saat ini aktif menggaungkan jati diri Indonesia sebagai negara maritim, untuk itu saat ini Indonesia sedang mengembangkan kerja sama maritim. Untuk hal ini ada 3 aspek penting yakni Kedaulatan (Sovereignty), adalah bagaimana kita menanggulangi dan menghadapi illegal fishing. Untuk kasus ini Illegal Fishing merupakan Transnational Crime namun banyak yang tidak mendukung, karena ada kepentingan yang bermain disana,“Illegal fishing itu sebenarnya transnational crime namun banyak orang yang tidak mendukung, karena politis sifatnya. Tapi karena kita mempunyai kepentingan, maka kita meng-goalkan di national policy bahwa illegal fishing itu bagian dari transnational crime," ungkapnya.

Leonard F. Hutabarat pada saat di Universitas Kristen Indonesia (sumber : reporter UKI)
info gambar

Aspek ini juga berkaitan dengan penguatan kedaulatan Indonesia di borderline (perbatasan) yang saat ini diperkuat dengan adanya presence dari Indonesia di perbatasan juga perundingan negara yang berbatasan laut maupn darat dengan Indonesia. Untuk masalah perbatasan laut perundingan ZEE (Zona Economy Exclusive) kini sedang dijalankan, proses untuk perundingan ini membutuhkan waktu yang cukup menyita juga perundingan yang dilakukan berkali-kali dengan negara lain seperti Vietnam dan Malaysia, setelah mencapai kesepakatan perjanjian dari perundingan ini kemudian diratifikasi.

Aspek yang kedua adalah Keamanan (Security), adalah bagaimana kita mengatasi masalah human trafficking (perdagangan manusia juga masalah imigran, makannya saat ini kita aktif dalam beberapa convention seperti UN convention untuk masalah ini.

Aspek terakhir dan yang tidak kalah penting adalah prosperity (kesejahteraan) adalah bagaimana mengembangkan kekayaan laut Indonesia ini untuk kesejahteraan rakyat.

“Aspek kesejahteraan ini penting karena menyangkut ekonomi Indonesia, bagaimana kita memberdayakan sumber daya laut kita ini untuk kemakmuran rakyat secara umum, ataupun yang berada di pesisir-pesisir untuk itu jika kita harus punya armada kelautan yang kuat, maka bagaimana kita bisa punya. Hal lain adalah infrastruktur yang harus dibangun untuk mendukung hal ini seperti pelabuhan. Namun banyak hal lain yang harus dipertimbangkan selain pembangunan fisik agar sumber daya kelautan kita menjanjikan," ujar Leonard.

Yang tak banyak orang ketahui adalah Indonesia saat ini sedang sangat aktif di berbagai forum, baik regional, bilateral, maupun internasional. Contoh kongkritnya adalah Indonesia berinisiatif untuk menjadi ketua IORA (Indian Ocean Rim Association) untuk tahun 2015-2017 yang biasanya di dominasi oleh India. Dengan aktifnya Indonesia sebagai ketua IORA, Indonesia akan memasukkan program-program yang bernuansa ekonomi agar Indonesia dapat menggunakannya. Pada 7 Maret Indonesia akan ada KTT IORA yang kini menjadi pertemuan setingkat kepala negara, dalam KTT IORA ini nantinya akan ditanda tangani IORA Concord. Dalam IORA Concord ini akan dibahas visi negara-negara yang terlibat didalamnya, termasuk Indonesia.

Pekerjaan Indonesia Tidak Instan

Presiden Joko WIdodo (Sumber : Nasional Kompas)
info gambar

Berbicara mengenai pekerjaan Indonesia dalam mengembalikan dan mengembangkan jati diri Indonesia sebagai negara maritim, bapak Leonard mengatakan bahwa hal ini bukan pekerjaan yang memiliki jangka waktu yang pendek, namun merupakan pekerjaan jangka panjang yang harus dilakukan oleh setiap kepala negara terlepas siapa yang nantinya menjabat. Beliau juga mengatakan bahwa pengembalian jati diri Indonesia seharusnya memang sudah dilakukan dari puluhan tahun yang lalu. “Pandangan negara barat seperti Amerika dan Eropa mengatakan bahwa jati diri Indonesia sebagai negara maritime seharusnya memang sudah dilakukan sejak lama,” ungkapnya.

Hal ini pun tidak bisa hanya dikerjakan secara terputus-putus, karena pekerjaan ini bukan hanya pada jangka waktu 5 -10 tahun saja, namun bisa hingga 25 tahun untuk mewujudkan hal ini.

Bukan hanya itu, jati diri Indonesia juga harus menguatkan sektor pertanian karena kita juga negara agraris, sektor ekonomi kreatif yang kini sedang digalakkan, dan yang terakhir adalah sektor pariwisata. Faktor penting untuk menguatkan sektor-sektor ini adalah SDM (Sumber Daya Manusia) dari Indonesia sendiri, bagaimana Indonesia mampu mengembangkan dan berinovasi pada sektor-sektor ini sehingga produk-produk kita mampu bersaing, memiliki value edit yang baik dan memiliki nilai tambah yang menarik konsumen asing untuk membeli barang kita.

Kekuatan Generasi Millennial

Generasi Penerus Bangsa (Sumber :Zelously Blog)
info gambar

Berbicara mengenai SDM, kita pastinya akan berbicara mengenai tenaga kerja Indonesia dan juga penduduk Indonesia. Saat ini kita memasuki masa dimana anak muda yang dikatakan sebagai generasi milenial menanggung harapan besar Indonesia untuk menjadi negara maju.

Menurut Leonard, saat ini generasi Baby Boomers (kelahiran 1946 – 1964) yang memegang peranan dan jabatan penting saat ini akan digantikan dengan generasi milenial (kelahiran 1981 – 1997).

”Saat ini kita dalam periode transisi dari generasi baby boomers ke generasi WYZ dan millennial. Pada tahun 2045 nanti, generasi milenial lah yang akan memimpin negeri ini dimana Indonesia akan menjadi negara maju. Nah, semua negara maju SDM nya termasuk generasi muda pada umur produktif 20 – 55 tahun itu kapasitasnya untuk negara maju dan negara industri,” tegasnya.

Tantangan untuk generasi milenial sekarang adalah dari sektor pendidikan, dimana kita untuk mempersiapkan diri memimpin negara maju harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, untuk itu professional training sebanak 1,1 juta warga negara harus dicanangkan. Namun hal ini pun harus tidak melupakan jati diri negara sehingga potensi negara akan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.

Kekuatan generasi millennial juga memiliki tantangan berat yakni masalah narkoba. Proyeksi dimana 900 juta anak muda Indonesia yang akan memegang peranan penting di masa depan Indonesia akan hancur jika masalah narkoba tidak segera diredam atau diselesaikan, karena narkoba bukan hanya merusak generasi bangsa saat ini, namun juga memupuskan harapan bangsa menjadi negara maju. “Jika masalah narkoba ini terjadi kedepannya, maka pupus harapan bangsa untuk menjadi negara maju karena jutaaan harapan bangsa ini banyak yang akan menjadi beban, bukan malah membangun bangsa. Karena narkoba tidak merusak saat ini saja, namun akan berdampak pada jangka panjang nantinya”, ungkap beliau.

Inovasi dan Penguasaan Teknologi Generasi Milenial

Penguasaan ekonomi kreatif yang saat ini sedang menjadi trend di ekonomi global sangatlah membutuhkan generasi muda yang memiliki inovasi dan melek dalam hal teknologi. Menurut bapak yang dulunya pernah menjadi pasukan perdamaian PBB ini, maksud dari melek teknologi bukan hanya dengan menjadi teknisi IT saja, namu lebih dari itu adalah bagaimana mengoptimalkan internet sebagai wadah perdagangan, mengandalkan inovasi produk yang menarik.

Beliau mencontohkan adalah bagaimana kita bisa membuat sebuah ubi menjadi komoditas yang menarik dengan menginovasi bentuk ubi menjadi keripik atau hal lain misalnya, kemudian dijual ke pasar internasional. Sehingga orang akan tertarik dengan barang yang ditawarkan karena pada saat ini pemasaran melalui internet adalah hal yang layak dan harus dipertimbangkan.

Jangan Takut Bersaing dengan Asing

Anak Indonesia (Sumber :Parmagz.com)
info gambar

Tantangan orang Indonesia saat ini adalah bersaing dengan negara lain, hal ini merupakan masalah kritis yang dialami oleh Indonesia. Bapak yang berdedikasi di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ini mengatakan bahwa Indonesia tidak selayaknya takut untuk bersaing, karena jika kita pintar, kita lah yang harusnya ditakuti oleh bangsa asing. “Saat ini kita memiliki tendensi untuk defense ketika ada produk lain maupun orang asing yang masuk ke Indonesia,seolah-seolah kita tidak memiliki kualitas untuk bersaing. padahal hal itu seharusnya memacu kita untuk berkompetisi dan bersaing, bukan malah takut,” tegasnya lagi.

Beliau mengatakan bahwa keraguan atau minder kita kepada bangsa lain dapat dilihat dari hal kecil seperti berbicara bahasa inggris dengan bule, padahal belum tentu bule tersebut lebih pintar dari kita. Untuk itu Leonard F. Hutabarat mengajak kita, rakyat Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan dan kualitas diri kita, kemudian bersaing dengan negara lain.

“Kita bisa kok bekerja di negara lain, seperti Myanmar, Thailand, Amerika dan negara manapun. Selain itu pasar Indonesia juga luas dan diminati oleh negara lain, hanya saja kita sering lupa bahwa kita memiliki kualitas untuk memasarkan diri kita maupun produk kita di level global, bisa saja nantinya kita yang menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia,” pungkas Leonard.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini