Motka, Wujud Kombinasi antara Riset dan Semangat Karya Anak Muda

Motka, Wujud Kombinasi antara Riset dan Semangat Karya Anak Muda
info gambar utama

Produk handmade dengan kualitas tinggi seringkali harus melalui proses research and development yang panjang sebelum dirasa siap untuk diperlihatkan ke calon konsumen/pembeli. Amir Syarifuddin, Aska Nakayuni, dan Vendy Pradana sadar betul akan hal ini saat mendirikan brand kacamata kayu Motka pada tahun 2013.

Fokus pada detail dan kenyamanan Amir, Aska, dan Vendy memiliki passion yang sama terhadap art, khususnya wood art. Mulanya, mereka mencoba mencari rumah produksi yang bisa mengerjakan produk kacamata kayu mereka. Namun, hasil produksi dari berbagai vendor yang mereka coba tidak pernah memenuhi ekspektasi. Akhirnya, mereka pun memutuskan membuka rumah produksi sendiri.

“Alangkah bagusnya ketika bikin produk sendiri, nggak ambil dari pengrajin terus dijual. Jadi owner atau founder bisa mengerti produksi dan kejelasan detail produk itu sendiri,” ujar Amir.

Ketiga pendiri Motka ini sangat menjunjung tinggi perfeksionisme. Mereka percaya bahwa hal besar berawal dari detail yang sempurna. Butuh tiga tahun buat tim Motka untuk menyempurnakan produk kacamata kayu, mulai dari memilih bahan yang dirasa pas hingga mengatur tingkat presisi. Semua usaha research and development tersebut dilakukan demi menciptakan produk yang tahan lama dan nyaman untuk memuaskan konsumen.

“Sebenarnya, detail dan kenyamanan produklah yang menjadi kekuatan Motka. Kami selalu mencoba dan berinovasi supaya selalu terjaga kualitasnya.”

Merintis usaha produk kacamata kayu handmade ini tidak bisa dibilang mudah. Amir, Aska, dan Vendy merasakan jatuh bangun dalam merintis usaha bermodal dana pribadi dan dana pinjaman dari bank. Tidak sedikit pula teman-teman Amir, Aska, dan Vendy, yang mencibir usaha kacamata kayu mereka ini. Kebanyakan meragukan produk yang dianggap sulit diproduksi.

Kacamata Kayu karya Motka (Foto: Qlapa.com)
info gambar

“Dari mulai dicibir orang banyak tentang produk yang aneh, nggak bakal laku. Tapi kita percaya dari segi kualitas produk, kita bisa berbicara banyak,” Amir menjawab.

Ketiganya juga mengakui bahwa tantangan terbesar yang mereka adalah melangkah mulai dan menjaga konsistensi. Selama proses pengembangan produk yang memakan waktu cukup lama, tim Motka sempat ingin menyerah. Namun, mereka kemudian sadar bahwa bisnis ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dinamika teamwork yang sudah cocok di antara mereka bertiga — Amir di bagian marketing, Aska di bagian desain, dan Vendy di bagian produksi. “Karena sudah melewati fase itu, kita bisa bertahan sejauh ini.”

Produk Motka sendiri dibuat sedemikian rupa agar cocok dipakai oleh konsumen semua umur, baik laki-laki dan perempuan. Saat ini, tim Motka memiliki 2 orang pengrajin yang mengerjakan produksi, dengan kapasitas produksi 50-70 kacamata per bulannya. Produk Motka dijual secara online, salah satunya di Qlapa, serta di acara-acara offline seperti pameran dan bazar.

“Industri handmade sekarang semakin bagus di Indonesia. Untuk Motka, kami yakin kita bisa berbicara lebih banyak tentang produk kita ke depannya. Untuk industri handemade Indonesia, be explore, be creative, and proud to be Indonesian,” pesan mereka.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi GNFI dengan Qlapa.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini