Belanja Sayur Online di Tumbas.In, Aplikasi ‘Pasar Tradisional’ Buatan Pemuda Semarang

Belanja Sayur Online di Tumbas.In, Aplikasi ‘Pasar Tradisional’ Buatan Pemuda Semarang
info gambar utama

Era milenial memang era yang penuh gebrakan. Dimulai dari start up Indonesia yang unjuk gigi di dalam maupun luar negeri hingga aplikasi-aplikasi besutan pemuda dalam negeri yang turut serta mewarnai proses perkembangan inovasi bagi Indonesia.

Indonesia, telah banyak hadir inovasi-inovasi dalam bidang teknologi dari segala aspek. Mulai dari wisata, transportasi, perikanan, bahkan pemuda Semarang melahirkan sebuah aplikasi belanja di pasar.

Lahir di Semarang, aplikasi ini, Tumbas.In merupakan karya pemuda bernama Bayu selaku CEO. Hadir pertama kali melalui Gerakan Nasional 1.000 start-up digital di Kota Semarang 2016 lalu, Bayu menyatakan bahwa Tumbas.In lahir berkat kesadaran sosial akan berkurangnya pasar tradisional dari tahun ke tahun.

Foto: Tumbas.in
info gambar

Berasal dari bahasa Jawa ‘tumbas’ yaitu beli, Bayu mengharapkan kehadiran Tumbas.In dapat menyelesaikan permasalahan atau solusi bagi wanita karir dan ibu muda yang tidak memiliki banyak waktu untuk berbelanja di pasar tradisional. “Dengan memanfaatkan aplikasi ini, tak ada lagi kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa dibeli dari pasar-pasar tradisional. Karena sudah ada solusi Tumbas.In,” ujar Bayu.

Dia juga mengungkapkan bahwa kehadiran aplikasi ini sejalan dengan dukungannya terhadap Kota Semarang sebagai smart city. Tak hanya Bayu selaku CEO dari Tumbas.In, aplikasi ini hadir melalui 4 tangan pemuda lainnya yang memanfaatkan kecanggihan teknologi. Mereka adalah Fuad (21 tahun), Faozi (23 tahun), Tri (23 tahun), dan Aji (25 tahun).

Bagaimana sistem kerjanya? Mari kita ulik lebih dalam.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, aplikasi ini bertujuan memudahkan seseorang untuk belanja di pasar tradisional. Namun kelebihanya ialah terletak pada masyarakat dapat membandingkan harga-harga khususnya kebutuhan bahan pokok dari pasar satu ke pasar lainnya.

Layanan yang diberikan pun sangatlah unik dan variatif. Pertama barang belanjaan merupakan barang atau produk yang langsung dari pasar tradisional. Selain itu belanjaan ini pun masih segar dan fresh tanpa bahan kimia. Hal ini dikarenakan pengiriman belanjaan kurang dari 2 jam setelah pemesanan dilakukan. Yang terpenting lagi yakni harga belanjaan yang ditawarkan sesuai dengan harga pasar tradisional. Belanjaan terbungkus dengan rapih, kurir yang sopan dan ramah ke pelanggan dan pemesanan bisa dilakukan dari pukul 3.00 – 15.00 WIB sore. Jika pemesanan dilakukan di atas jam tersebut, maka barang akan dikirim di hari selanjutnya.

Foto: Tumbas.in
info gambar

Baru beroperasi untuk wilayah Semarang, aplikasi ini sudah diunduh oleh lebih dari 204 orang, dengan 5 pasar tradisional di dalamnya, 50 tukang antar, serta 500 pedagang pasar yang terlibat dalam setiap transaksinya.

“Pelayan Tumbas.In ramah dan barang yang dikirim masih segar sesuai yang ada di aplikasi. Soal hargapun tidak diragukan lagi, sesuai dengan harga pasar tradisional. Membantu sekali saat masih bekerja, jadi gak perlu mampir ke pasar waktu pulang kerja,” ungkap Benita salah satu pegawai kantoran di Indonesia.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Tak hanya itu, Nina yang berprofesi sebagai dokter juga turut serta mengungkapkan rasa terima kasihnya akan kehadiran Tumbas.In ini. “Cepet banget pelayanannya padahal sudah sore orderannya, barangnya juga bagus-bagus dan masih segar. Murah lagi, kalau saya yang belanja sendiri mungkin tidak sampai dapat harga yang murah segini. Bakalan sering belanja di Tumbas.In nih, walaupun sudah tidak free ongkir tidak apa-apa. Sekali lagi terima kasih ya.”

Bayu menuturkan bahwa sejak 2 April 2017 aplikasi ini sudah bisa diunduh di playstore dan area cakupannya sementara hanya untuk wilayah Kota Semarang. “Ke depannya akan mengenspansi wilayah Jawa Tengah, DIY dan Indonesia guna memangkas kesenjangan harga dari setiap daerah di tanah air,” pungkasnya.


Sumber: diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini