Aplikasi Servis Motor Tanpa Antri di Bengkel Karya Suroboyo Berangkat Ke Silicon Valley

Aplikasi Servis Motor Tanpa Antri di Bengkel Karya Suroboyo Berangkat Ke Silicon Valley
info gambar utama

Gerah dengan antrian di bengkel, pemuda asal Surabaya Faza Abadi dan timnya berinisiatif membuat sistem antri bengkel yang efektif lewat aplikasi. Aplikasi yang diberi nama Olride tersebut telah mengikuti beberapa kompetisi internasional dan pada 11-12 Mei mendatang aplikasi yang bertekad untuk menjadi "Teman Baik Pengendara Motor" itu bakal bersaing dengan berbagai start-up tingkat dunia di Silicon Valley dalam ajang IBMC (International Business Model Competition).

Faza yang sempat berbincang pada GNFI 25 April yang lalu mengungkapkan bahwa Olride merupakan sebuah aplikasi platform pemesanan antiran servis motor. Tujuannya adalah agar para pengguna aplikasi yang juga pemilik motor tidak harus mengalami pengalaman tidak menyenangkan saat datang ke bengkel namun harus mengantri 3-4 jam. Menurut Faza sistem antrian yang ada selama ini sangat tidak efektif.

"Dari pihak bengkel sebenarnya sudah ada solusi alternatif yakni lewat booking telpon dan sms, namun itu tidak praktis. Karena harus tahu nomor telepon bengkel. Sedangkan kita tidak selalu tahu nomor telepon bengkel. Lewat aplikasi ini pengguna tidak lagi perlu mengingat nomor telepon. Bahkan juga bisa diketahui bengkel terdekat dimana saja," jelas pemuda yang masih aktif sebagai mahasiswa di Universitas Brawijaya Malang itu.

Pemuda yang juga menjadi CEO di Olride ini menjelaskan bahwa untuk mewujudkan Olride sebagai Teman Baik Pengendara Motor berbagai fitur telah dikembangkan. Beberapa diantaranya adalah fitur pengingat. Fitur pengingatini bakal mengingatkan pengguna motor untuk memperpanjang SIM, STNK, Pajak dan servis berkala.

Fitur pengingat Olride (Foto: Olride.com)
info gambar

"Jadi jangan sampai pengguna motor kelupaan untuk memperpanjang surat-surat berkendara. Kalau lupa harus bikin baru lagi, kalau pengin cepat bayarnya malah nambah lagi," tekan Faza.

Fitur lain yang menarik dari Olride adalah adanya fitur untuk memeriksa riwayat cek servis motor. Saat pemesanan servis melalui Olride, pengguna akan mengetahui riwayat servis motor yang dikendarai.

"Dia bisa tahu di bengkel mana, jam berapa, tanggal berapa, montirnya siapa, dan habis berapa biayanya." ungkapnya.

Dirinya juga menekankan bahwa Olride bukanlah aplikasi on-demand layaknya Go-Auto yang bisa memanggil montir. Tapi lebih berusaha menyelesaikan masalah pemilik motor di bengkel. Itu sebabnya, akuisisi bengkel untuk menjadi partner merupakan aspek yang penting bagi Olride.

"Sampai saat ini sudah ada 210 bengkel yang bergabung dengan kami. Namun mayoritas masih berada di Jawa Timur. Khususnya daerah Surabaya dan sekitarnya," ungkap Faza.

Jumlah tersebut terbilang cukup pesat meningkat bila dibandingkan dengan saat beberapa bulan usai Olride diluncurkan pada 17 Agustus 2016. Saat itu bengkel yang tertarik dengan solusi yang ditawarkan Olride hanya sekitar 50 bengkel.

Pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut disinyalir berasal dari respon bengkel yang juga mendapatkan keuntungan dari adanya aplikasi Olride ini. "Kita membuat dua aplikasi. Satu untuk pemilik motor, satu untuk bengkel. Prinsipnya kita bantu mereka (bengkel) datangkan pelanggan. Jadi mereka yang bisa setting jam-jam servis. Booking servis di jam-jam sepi juga bisa. Jadi kita sediakan platform saja, mereka tinggal pilih jam-jamnya," kata Faza.

Apa yang dilakukan Olride merupakan sebuah cara yang cukup drastis dan disruptive, tidak hanya bagi pemilik motor tetapi juga pengelola bengkel. Itu sebabnya dirinya bersama tim juga terus menerus berusaha melakukan edukasi penggunaan aplikasi ini agar lebih terasa manfaatnya.

"Ya, memang mengubah kebiasaan orang, yang orang dulu langsung datang, antri. Tapi akhirnya dia terpaksa harus tinggal (pergi beraktifitas ke lain tempat), baru kesana lagi. Baru diservis. Atau booking untuk besok. Tapi kan dia sudah kesana dulu, ya itu yang kami berusaha ubah," tekan Faza.

Saat ditanya tentang visi masa depan Olride, Faza mengungkapkan dirinya bersama tim tidak terlalu muluk. Di masa-masa mendatang Olride diharapkan bisa meraih pasar hingga 20% dari seluruh pengguna motor di Indonesia. Namun meski menargetkan jumlah yang besar, aplikasi ini masih harus dimodali secara mandiri dan belum ada investor. "Kami serahkan soal investasi pada pihak akselerator yang membina kami (Start Surabaya). Fokus kami saat ini adalah bagaiman bisa meningatkan jumlah bengkel dan memperbaiki aplikasi," jelasnya.

Tampilan Olride (Foto: Olride.com)
info gambar

Ke depan, Olride tidak hanya akan bisa mengatur aktifitas servis motor para penggunanya, tetapi juga bisa memberikan info-infor seputar motor. "Teman baik ya berarti kita bisa hubungkan mereka ke bengkel, kita juga kasi info-info tentang motor ke mereka," kata Faza.

Sebagai pemain baru dalam pembuatan solusi kebutuhan servis motor di bengkel, menariknya Olride tidak khawatir akan kemunculan aplikasi-aplikasi serupa yang akan meniru model bisnis mereka. Faza berujar, bila ada aplikasi serupa dirinya lebih memilih untuk bisa berkolaborasi ketimbang saling bersaing untuk melayani jumlah pengguna motor yang telah mencapai kurang lebih 85 juta motor pada tahun 2016.

"Kita punya prinsip untuk tidak bersaing, kita lebih suka untuk kerjasama, jika kita bisa berkolaborasi kenapa tidak. Kalau menyelesaikan angka pasar yang sebesar itu (angka total pengguna motor), Olride sendirian tidak akan mampu. Kalau mau bersaing tidak apa-apa, tapi selama tujuannya sama-sama baik, ujung-ujungnya juga untuk para pemilik motor," ujarnya.

Aplikasi yang sudah tersedia di Playstore ini ternyata juga telah beberapa kali diikutkan dalam lomba bisnis model. Diantaranya adalah Espriex 2017 yang merupakan kompetisi tingkat regional ASEAN untuk model bisnis. Pemenang Espriex ini akan dikirim ke Silicon Valley untuk mengikuti lomba tingkat global International Business Model Competition (IMBC) pada 11-12 Mei 2017. Namun Olride saat itu belum mendapatkan kesempatan untuk keluar menjadi pemenang. Faza dan kawan-kawan hanya menempati peringkat ketiga bersama Olride. Tapi Faza tidak menyerah dan berhasil berangkat ke Silicon Valley untuk mengikutkan Olride dalam kompetisi ini. Dirinya berharap, dia dan timnya akan mendapatkan dukungan yang besar dari Tanah Air.

Faza Abadi (dua dari kanan) & Tim Olride (Foto: Bagus DR/GNFI)
Faza Abadi (dua dari kanan) & Tim Olride (Foto: Bagus DR/GNFI)

Saat disinggung tentang generasi muda Indonesia, Faza yakin generasi saat ini adalah generasi bangsa yang mampu bersaing secara global. "Anak muda sekarang, berbeda dari 5 tahun atau 10 tahun yang lalu. Kita ini sudah warga global, bersaing global. Anak muda saat ini mulai memantaskan diri. Untuk bisa bersaing global, kan harus punya skill oke, komunikasi oke, softskill dan skill koding juga oke. Saya yakin anak muda Indonesia sekarang beda. Saya yakin bisa bersaing," kata Faza optimis.

Faza berpesan bahwa para anak muda yang akan meneruskan Indonesia harus mampu berkarya sedini mungkin. Tidak buang-buang waktu untuk hal yang tidak perlu. "Jangan takut, coba terus, Indonesia mampu untuk menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia pada tahun 2020 lewat kolaborasi," pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini