Awal Ramadan dan Syawal di Indonesia diperkirakan Seragam Hingga 2021

Awal Ramadan dan Syawal di Indonesia diperkirakan Seragam Hingga 2021
info gambar utama

Marhaban ya Ramadan. Tak terasa kita kembali berjumpa dengan tamu spesial tahun ini, bulan suci Ramadhan. Dan tentunya kita berbahagia karena tahun ini kita semua sama-sama mengawali Ramadan 1438 H pada tanggal 27 Mei 2017. Penentuan ini sudah resmi keluar kemarin berdasarkan hasil perhitungan hisab dan rukyat yang sidangnya dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Beberapa bulan sebelumnya, Muhammadiyah sendiri sudah menggaungkan bahwa awal Ramadan jatuh pada 27 Mei dengan merujuk pada hasil perhitungan astronomi ahli falak. Pun Jumat (26/5) kemarin Nahdlatul Ulama (NU) menetapkan awal Ramadan tahun ini di tanggal yang sama dengan Muhammadiyah. Tidak seperti beberapa tahun sebelumnya yang mana masyarakat mengawali Ramadan di waktu yang berbeda-beda, tahun ini kita semua sama.

Menariknya, keseragaman penentuan Ramadan dan Syawal menurut LAPAN diperkirakan tidak hanya terjadi pada tahun ini melainkan akan terjadi sampai tahun 2021. Ya, perbedaan penentuan dua waktu yang berharga bagi umat muslim di Indonesia ini disebabkan karena dua ormas Islam terbesar tersebut memakai metode yang berbeda.

"Muhammadiyah memakai kriteria wujudul hilal sementara NU menggunakan kriteria dua derajat ... ketika posisi bulan di ketinggian antara nol dan dua (derajat), itu pasti akan menyebabkan perbedaan," kata Thomas Djamaludin, Kepala LAPAN.

Thomas melanjutkan, setelah tahun 2014 dan hingga 2021, awal Ramadan kemungkinan besar akan seragam karena posisi bulan di luar rentang antara nol dan dua derajat, lebih tinggi dari dua derajat atau masih berada di bawah ufuk.

Meski, menurut Thomas, keseragaman awal puasa dan lebaran tahun ini hanya "kebetulan" lantaran posisi bulan yang sedang berbaik hati, namun masih perlu ada upaya agar penentuan dua waktu ini bisa seragam ke depannya.

"Memang saat ini adalah masa-masa tenang, tidak ada perbedaan, dan itu dimanfaatkan oleh pemerintah mengadakan dialog dengan ormas-ormas Islam agar ada titik temu tentang kriteria bersama," lanjut Thomas dilansir BBC Indonesia.

Upaya ini sudah mulai dirintis sejak tahun 2015 di mana waktu itu MUI membentuk tim pakar astronomi yang diberi tugas menyusun kriteria yang nantinya diusulkan untuk menggantikan kriteria lama. Tim ini juga sudah mengusulkan kriteria baru, yakni beda tinggi empat derajat atau tinggi bulan tiga derajat, dan jarak bulan-matahari 6,4 derajat. Kriteria ini sudah dibawa ke sidang di negara-negara kawasan yang diikuti oleh Indonesia, Brunei, Malaysia, dan Singapura.


Sumber: BBC | Kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini