Kolak Ayam, Tradisi Gresik yang Tak Lekang oleh Waktu

Kolak Ayam, Tradisi Gresik yang Tak Lekang oleh Waktu
info gambar utama

Memasuki malam Ramadan ke-23, warga Kabupaten Gresik, khususnya yang berada di Desa Gumeno punya tradisi unik. Konon tradisi ini sudah berlangsung selama lima abad lamanya. Namanya adalah tradisi kolak ayam di mana para warga Desa Gumeno memasak makanan yang bernama 'kolak ayam' tersebut.

Jika kita mengenal kolak sebagai makanan yang manis, kolak buatan warga Desa Gumeno ini berbeda. Kolak ayam Desa Gumeno rasanya gurih legit dengan isian ayam kampung di dalamnya. Makanan inilah yang menjadi ikon tradisi ini. Awalnya, kolak ayam berfungsi sebagai obat.

Kolak ayam atau 'Sanggring' awalnya berfungsi sebagai obat, kini menjadi makanan khas Gresik yang hanya ada setahun sekali
info gambar

Menurut kisahnya, tradisi ini bermula ketika Sunan Dalem melakukan dakwah di Desa Gumeno pada tahun 1540 Masehi. Putra pertama dari Sunan Giri ini mendirikan sebuah masjid di desa tersebut. Tak lama usai membangun masjid, Sunan Dalem jatuh sakit. Kabar sakitnya Sang Wali ini cukup membuat para santri dan penduduk terkejut sehingga mereka menandai peristiwa ini dengan sebutan Sanggiring, berasal dari kata 'Sang' (raja, pemimpin) dan 'Gering' (sakit).

Sakitnya Sang Wali selama beberapa waktu membuat para santri dan penduduk bingung mencari obat penyembuhnya. Hingga pada tanggal 22 Ramadan 946 Hijriah, sebuah mimpi menghampiri Sunan Dalem. Dalam mimpi itu ia mendapatkan petunjuk tentang obat penyakitnya, yakni ia harus memakan sebuah makanan dengan ayam jago berusia muda sebagai salah satu syarat utama bahan masakan. Sunan Dalem lantas mengutus para lelaki untuk mempersiapkan bumbu-bumbu masakannya, yakni daun bawang merah, gula jawa, jintan, dan santan kelapa. Sementara itu para santri mencarikan ayam jago muda.

Yang unik dari titah ini adalah para peramu masakan dan juru masak makanan penyembuh Sunan Dalem ini harus laki-laki, dari yang muda sampai tua. Pun memasaknya harus di atas kuali dari tanah liat dengan api dari kayu bakar. Masakan ini pun kemudian disebut dengan 'kolak ayam'. Namun sebenarnya sebutan 'Kolak Ayam' berasal dari bahasa Arab kholaqul ayyam yang artinya 'mencari berhati-hari' merunut dari kisah sakitnya Sunan Dalem tersebut.

Laki-laki baik yang muda maupun tua semuanya turun tangan membuat Kolak Ayam (foto: Disbud Gresik)
info gambar

Gelaran masak besar kolak ayam ini kemudian menjadi tradisi bagi warga Desa Gumeno sampai sekarang. Tradisi Kolak Ayam selalu dilaksanakan di Masjid Jami' Sunan Dalem Desa Gumeno yang dimulai pukul 16.00. Berkat tradisi ini pula warga Desa Gumeno dan warga dari kampung lainnya menjadi semakin erat silaturahminya.

Lantaran hanya dilakukan setahun sekali, itupun pada bulan suci Ramadan, tradisi turun temurun ini makin sering dikunjungi warga di luar Gresik seperti dari Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Surabaya. Maka, setiap tradisi ini digelar, porsi Kolak Ayam yang disajikan pun sampai ratusan bahkan ribuan. Terlebih kita tidak akan menemukan sajian ini di desa lain di Kabupaten Gresik karena memang di Desa Gumeno inilah Kolak Ayam mulai dikenal.

Untuk mempersiapkan sajian yang banyak tersebut, warga sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak 21 Ramadan atau dua hari sebelum gelaran dilaksanakan. Tahap pertama, ayam yang sudah dikumpulkan itu disembelih kemudian dimasak pada malam hari. Keesokan harinya, para pemuda menyuwir ayam dan dipisahkan dari tulang-tulangnya. Sementara itu, laki-laki dewasa menyiapkan bumbunya. Jika sudah siap semua, bahan-bahan siap dimasak dan disajikan pada senja 23 Ramadan.


Sumber: diolah dair berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini