Program Pertukaran Pelajar yang Tinggal di Kota dengan Pelajar yang Tinggal di Desa

Program Pertukaran Pelajar yang Tinggal di Kota dengan Pelajar yang Tinggal di Desa
info gambar utama

Judul: Program Pertukaran Pelajar yang Tinggal di Kota dengan Pelajar yang Tinggal di Desa Menjadi Impianku untuk Pendidikan di Indonesia

Setiap anak berhak mendapat kehidupan yang layak terutama dalam hal pendidikan. Pendidikan adalah salah satu faktor yang membuat majunya suatu negara/bangsa. Tanpa pendidikan maka faktor-faktor yang lain akan terganggu. Sebut saja perekonomian. Apabila seseorang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang rendah, maka ia akan sulit mendapat pekerjaan dan hidup dalam kemiskinan. Pendidikan bukan hanya sebatas untuk pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan moral dan karakter anak bangsa.

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini lebih menekankan pendidikan berkarakter untuk setiap anak-anak Indonesia agar memiliki budi pekerti yang baik. Oleh karena itu pemerintah mengganti sistem kurikulum di Indonesia dari KTSP 2016 menjadi Kurtilas atau kurikulum 2013. Harapannya agar setiap anak diajarkan untuk memiliki karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pergantian sistem kurikulum ini menimbulkan pro dan kotra baik dari guru maupun pelajar itu sendiri. Aku sebagai pelajar Indonesia yang duduk di kelas VIII MTsN memiliki opini tersendiri dalam masalah ini. Menurutku, pergantian kurikulum bukan satu-satunya cara untuk membentuk moral pelajar. Pergantian kurikulum bisa menimbulkan kerugian ekonomi seperti pergantian buku-buku mata pelajaran. Selain itu kurikulum 2013 mengharuskan siswanya untuk menggunakan alat komunikasi yang canggih dan berhubungan dengan internet.

Bagi aku yang tinggal di desa hal itu menjadi kendala setiap sekolah yang berada di daerah pelosok negeri. Bukan hanya anak-anak yang berada di perbatasan saja atau anak-anak Papua yang jauh dari ibu kota negara, namun mereka yang tinggal di pulau Jawapun masih banyak yang tidak memiliki sekolah dengan kondisi baik. Banyak diantara mereka belum terjamah oleh kemajuan teknologi. Jangankan untuk mendapat buku kurikulum terbaru, anak-anak ini banyak yang tidak memiliki perpusatakaan sekolah dan hanya mempunyai beberapa buku dengan kondisi tidak layak pakai. Apalagi jika mereka harus menggunakan internet sebagai media pembelajaran. Memegang alat komunikasi saja mereka belum pernah. Oleh karena itu aku kurang menyetujui beberapa hal yang harus diterapkan dalam kurikulum 2013 tersebut. Lalu, bagaimana dengan penerapan undang-undang yang menjamin setiap anak harus mendapat pendidikan yang layak? Apakah hal tersebut dalam diselesaikan hanya dengan mengganti sistem kurikulum?

Berbeda dengan permasalahan untuk membentuk moral anak-anak Indonesia. Menurutku ada cara lain untuk menyelesaikan kedua masalah tersebut. Anak-anak yang berada di lingkungan perkotaan cenderung memiliki moral yang tidak baik. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak peduli dengan lingkungan. Mereka jarang bertemu orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dan hanya dididik dengan menggunakan gadget atau hp dan bahkan pembantu rumah tangga. Sekalipun mereka di sekolahkan di tempat yang bermutu dan bagus, hal itu tidak menjamin anak-anak ini untuk memiliki kepribadian yang baik. Berbeda dengan anak-anak yang tinggal di derah pedesaan. Mereka banyak menghabiskan waktu dengan bercengkrama dengan orang tua, teman-teman serta menjelajahi alam dan menemukan hal -hal baru.

Maka dari itu aku mempunyai mimpi untuk anak-anak Indonesia terutama bidang pendidikan. Aku menginginkan pertukaran pelajar di kota dan pelajar di desa untuk menyelaraskan pendidikan di Indonesia. Meskipun pertukaran pelajar sudah banyak dilakukan namun hal itu kurang tepat sasaran. Seleksi yang ketat sehingga tidak semua anak dapat mengikutinya terutama mereka yang tidak memilik perekonomian cukup. Pertukaran pelajar ditujukan untuk mengenalkan budaya orang lain kepada siswa yang mengikuti program tersebut. Oleh karena itu pertukaran pelajar yang ingin saya buat adalah menumbuhkan karakter anak-anak di kota dan mengajarkan teknologi informasi kepada anak-anak di desa.

Program pertukaran pelajar ini tidak memiliki syarat yang rumit untuk dipenuhi oleh para calon seleksi. Mereka hanya perlu surat keterangan yang menyatakan bahwa mereka berdomisili di kota atau di desa. Karena dengan syarat yang mudah tersebut semua anak dapat merasakan menjadi siswa pertukaran pelajar. Setiap anak dapat mengikuti program ini selama satu bulan. Untuk tempat tinggal, mereka akan tinggal bersama orang tua dari teman-teman mereka baik itu di desa maupun di kota. Hal ini dapat dikatakan, anak yang tinggal di desa bertukar kehidupan dengan anak yang tinggal di desa selama satu bulan.

Anak-anak di kota akan melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh anak yang tinggal di desa. Mereka dapat merasakan kesulitan jaringan internet ataupun sinyal sehingga akan meninggalkan gadget dan bermain dengan teman-teman di desa. Mereka harus membantu orang tua asuh baik itu di sawah, hutan, ladang, laut ataupun sungai. Anak-anak ini akan dibantu oleh teman-teman yang ada di desa untuk melakukan penjelajahan dan mengeksplor alam tempat mereka tinggal sekarang. Selain itu mereka akan diajarkan kebudayaan setempat atau permainan di daerah tersebut. Ini bertujuan untuk menumbuhkan karakter yang ada di kurikulum 2013 tersebut. Selain itu, mereka akan bertemu dengan orang baru dan lingkungan baru guna menjalin silaturahmi.

Sedangkan anak-anak yang tinggal di desa, mereka akan diajarkan teknologi informasi seperti cara menggunakan laptop, hp dan internet. Mereka dapat melakukan praktikum di laboratorium jika hal itu dimuat dalam pelajaran sehingga mereka tidak hanya membayangkannya saja tetapi juga melakukan praktek. Anak-anak desa juga akan dapat menikmati bagaimana rasanya tinggal di kota seperti impian semua anak-anak yang tinggal di desa. Mereka akan diajak ke tempat-tempat wisata yang ada di kota dan diajarkan tentang kebudayaan yang ada di sana.

Mengenai biaya untuk program ini, pemerintah diharapkan untuk bertanggung jawab. Selain itu juga dapat dibutuhkan donasi dari donatur dan kesadaran dari orang tua asuh masing-masing anak yang mengikuti program pertukaran pelajar ini untuk menyediakan fasilitas yang baik bagi setiap anak. Orang tua harus menganggap anak asuh sebagai anak kandung mereka sendiri sehingga fasilitas yang diberikan itu baik. Hal ini untuk menghindari kesenjangan sosial di antara orang tua dan anak.

Itulah impianku untuk pendidikan di Indonesia. Menurutku pergantian kurikulum pada setiap pergantian pemerintah bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan. Bahwa ada cara yang lebih efektif untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi setiap anak dan merata di setiap daerah. Anak dapat merasakan kemajuan teknologi dengan dibarengi tidak lunturnya budaya bangsa karena memiliki pribadi dan moral yang baik. Pertukaran pelajar untuk anak-anak di desa maupun di kota menjadi salah satu cara yang dapat ditempuh pemerintah. Bukan sekadar sebagai peraturan belaka tetapi lebih mempraktekkan apa yang dimuat dalam peraturan tersebut.

Nama : Farahdilla Mawaddah
Alamat : Jalan Kandang Harimau no.91 Sijunjung, Sumatera Barat
Nama Sekolah : MTsN Sijunjung
Kelas : VIII

Informasi artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi Impianku untuk Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Good News From Indonesia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini