Air Terjun Bunga Kokota, Bersama Penduduk Setempat Bermain ke Wisata Alternatif di Pulau Morotai

Air Terjun Bunga Kokota, Bersama Penduduk Setempat Bermain ke Wisata Alternatif di Pulau Morotai
info gambar utama

Nuansa keindahan pulau dan keramahan penghuninya membuat Morotai tak mudah dilupakan. Selama sekitar sepuluh hari di Bakulu, saya dan teman menjalani banyak aktivitas menyenangkan bersama warga.

Tiba di dusun baru itu pada suatu pagi menjelang siang, Pak Ondi, pria separuh baya yang tinggal di bawah lereng perbukitan di timur Bakulu menyempatkan diri sepenuh hati untuk mengantar kami melihat-lihat tanda-tanda longsor di bukit belakang rumahnya. Mahfud dan Arif, dua anak kecil turut naik ke atas. Mereka membantu kami menjadi penunjuk jalan yang memerlukan untuk menerabas semak.

Dari atas bukit, tampak pasir putih menghampar di pantai yang oleh penduduk setempat diberi nama Pantai Sari Madona. Ratusan batang pohon kelapa yang rindang membatasi pantai yang menghadap Laut Halmahera itu dengan rumah-rumah penduduk Dusun Bakulu.

Berhasil naik ke atas bukit dengan susah payah, Pak Ondi berbaik hati mengambilkan beberapa butir kelapa muda. Ia memanjat kelapa setinggi tiga meter, lalu menebas sedikit bagian atas buah itu dengan parangnya untuk tempat keluar airnya yang segar bukan main. Tidak tahu siapa pemilik pohon kelapa itu, tapi Pak Ondi berani memastikan tidak akan timbul masalah. Di tempatnya, kelapa muda biasa dinikmati sembarang orang, terlebih jika digunakan untuk menjamu tamu.

Turun dari bukit, saya tak menyangka keluarga Pak Ondi kemudian meminta kami singgah dan bermurah hati memberikan jamuan makan siang. Bu Ondi membakar ikan terbang atau ikan indosiar yang dibelinya dari tempat Pak RT, menggunakan bara api yang terbuat dari sabut kelapa. Ikan yang sudah dibakar itu kemudian disiram kuah dan disajikan bersama kacang serta pisang goreng.

Di hari berikutnya ketika survei kembali dilakukan, lebih banyak lagi warga yang ikut serta. Obrolan ringan yang lagi-lagi ditemani kelapa muda seusai kegiatan menyiratkan keinginan beberapa dari warga agar desanya lebih banyak dikunjungi oleh para pengunjung untuk berwisata. Pak Syafrudin terutama, sangat berminat mendengarkan cerita saya mengenai bagaimana tempat-tempat wisata alam di Yogyakarta tumbuh. Ia percaya sektor pariwisata akan berkembang di Bakulu karena dalam wilayah relatif berdekatan, tempat ini menawarkan obyek wisata alami berupa pantai dan air terjun.

Geliat wisata di Morotai tengah didorong oleh pemerintah pusat melalui program sepuluh Bali baru. Beberapa pejabat lokal tingkat kecamatan dan desa telah melakukan kunjungan ke Bali.

“Lebih bagus pantai di sini, di Bali sudah terlalu ramai.” Ujar kepala desa yang kini gemar memakai kaos barong sepulang dari kunjungannya dari Bali.

“Hebatnya Bali, barang apa saja bisa dijual karena banyak yang datang. Mas kalau minum kelapa muda di sini kan tinggal ambil dari pohon. Di sana harus beli Rp 20.000,00. Itu pun kurang segar rasanya kalau dibanding kelapa sini.”

Berjarak sekitar 45 menit perjalanan dari Daruba, ibukota kabupaten, membuat tujuan wisata di sekitar Bakulu bukanlah destinasi utama bagi wisatawan yang mayoritas lebih ingin mendatangi Pulau Dodola, dua puluh menit perjalanan dengan speedboat dari Daruba.

Namun, Air Terjun Bunga Kokota telah cukup dikenal. Air terjun yang namanya diambil dari nama bunga yang tumbuh di hutan Morotai ini terletak sekitar 500 meter ke arah barat dari pemukiman Dusun Bakulu. Tersembunyi dan masih alami, air terjun bertingkat ini menawarkan pengunjung menikmati bumbu petualangan dalam perjalanan ke sana.

Bersama sekitar lima orang warga, termasuk Pak Kadus dan Pak RT, kami diajak berkunjung ke Air Terjun Bunga Kokota. Dari perkampungan, mula-mula kami melintasi pepohonan pala dengan buah-buahnya yang hijau bundar menggantung, mengingatkan saya pada buku pelajaran sejarah yang mengisahkan pelayaran separuh dunia bangsa Eropa untuk mendapatkan buah itu, dan kisah-kisah konflik berdarah yang terjadi setelahnya di Jazirah Maluku. Jauh sebelum republik berdiri pada masa ketika seandainya datang ke Morotai pada waktu itu, saya akan kesulitan bercakap-cakap dengan orang-orang baik yang menyertai kami hari itu.

Berbelok ke kanan setelah kebun pala, setapak mungil di tepi sungai menjadi jalur kami mengayunkan langkah berikutnya. Untuk mendapat jalur yang lebih mudah, terkadang diperlukan beberapa kali menyeberang sungai sempit yang saat musim kering, kita bisa memilih batu-batu di dasarnya untuk berpijak. Reza terpeleset saat menyeberang tepat ketika Farma baru saja memulai merekam video ala youtuber membuat vlog. Ponsel Zicho terjatuh, tenggelam, dan berakhir riwayatnya karena biaya reparasi teramat mahal dan pemiliknya memilih membeli ponsel baru.

Setapak mendaki itu mengantar kami pada teras-teras air terjun yang terbentuk di perbatasan jenis batuan. Permukaan batuan menunjukkan tanda-tanda endapan karbonat, namun di beberapa tempat seperti di tingkat kelima tampak teramati jenis batuan beku. Merujuk pada lembar peta geologi Morotai terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1980, bagian tengah pulau ini yang berupa perbukitan memang tersusun oleh batuan gunungapi berupa lava andesit dan ditutup oleh batuan sedimen karbonat seperti batu pasir karbonatan dan batu gamping. Pada permukaan beberapa batuan telah dipahat sedikit untuk memudahkan pejalan kaki.

Tebing tingkat keempat adalah yang tertinggi dari semua tingkatan Air Terjun Bunga Kokota. Kami memanjat sekali lagi dan berhenti di tingkat kelima yang di lantainya terbentuk ceruk sedalam dada, tempat menyenangkan untuk berendam dan berenang.

Menikmati pulau-pulau kecil di tengah laut biru di lepas pantai Pulau Morotai adalah pengalaman yang indah, namun berjalan ke air terjun dan mencicipi ikan indosiar bakar memberikan kesan yang tertinggal di benak. Warga setempat tidak mematok tarif tertentu untuk menjadi pemandu, namun mengharapkan sumbangan sukarela dari tamu yang diantarkan.

Bakulu dapat ditempuh dari Daruba menggunakan mobil, ke arah timur melalui seruas jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan wilayah pedesaan. Pemandangan sepanjang perjalanan pun menyehatkan mata dengan citra garis pantai dan jajaran pohon-pohon kelapa yang berayun tenang. Sesampai di sana, melaporlah kepada Kepala Dusun atau Ketua RT agar mendapat pemandu baik hati yang mengantar ke Air Terjun Bunga Kokota atau Pantai Sari Madona. Tujuan melapor ini juga agar bisa menyampaikan pada yang bersangkutan jika ingin pula mencoba ikan bakar kuah dan pisang goreng karena belum ada kedai atau warung makan di sana.

Saya turut berharap nantinya kegiatan wisata dapat lebih berkembang di Bakulu, sembari berdoa agar kekayaan alami tersebut dapat terus lestari. Wisatawan yang berkunjung sebaiknya menerapkan perilaku berwisata secara berkelanjutan dengan meminimalisir jejak, menghindari kegiatan yang merusak alam dan tidak meninggalkan sampah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini