Mengenal Lebih Dekat Kampoeng Dolanan: Komunitas Permainan Tradisional di Surabaya

Mengenal Lebih Dekat Kampoeng Dolanan: Komunitas Permainan Tradisional di Surabaya
info gambar utama

Beberapa kawan GNFI mungkin cukup mengenal salah satu komunitas permainan tradisional di Surabaya yakni Kampoeng Dolanan. Komunitas yang telah berdiri hampir dua tahun ini, muncul sebagai upaya untuk menggagas kembali nilai-nilai tradisional dari bangsa ini yang, mungkin, sudah ditinggalkan.

Berada di seberang rel kereta api yang berlokasi di daerah Kenjeran, Simokerto Surabaya, terdapat sekumpulan anak bangsa yang berupaya untuk mengangkat dan mengusung kembali permainan tradisional sebagai sesuatu yang melegenda.

Kampoeng Dolanan turut hadir dengan menyelaraskan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Di mana konsep tersebut mengarah pada upaya membangun interaksi dan komunikasi dengan cara kekeluargaan melalui permainan tradisional yang dipadu dengan tembang dolanan.

Permainan Tradisional di Kampung Dolanan
info gambar

Ide Awal Munculnya Kampung Dolanan

Lahirnya ide mengenai Kampung Dolanan adalah upaya untuk kembali memupuk budaya bangsa dalam membangkitkan proses interaksi secara langsung antara anak dengan teman, maupun dengan orang tua.

Ditemui secara langsung di lokasi Kampung Dolanan, Mustofa Sam sebagai salah satu penggagas komunitas tersebut menyampaikan bahwa permainan tradisional merupakan ajang untuk membangun proses komunikasi yang baik antar masyarakat. Salah satunya, ia menambahkan, di Indonesia terdapat hubungan yang kurang tepat antara individu satu dengan yang lain dalam melakukan interaksi.

Contoh sederhananya jika seseorang biasa berbicara dengan kawan sebaya menggunakan bahasa pertemanan yang cukup kasar, maka hal tersebut akan berdampak ketika berbicara dengan orang lain bahkan dengan orang yang lebih tua. Pada momen tersebut, pastinya akan ada teguran secara langsung yang ditujukan agar tidak mengulangi hal yang sama.

Akan tetapi kondisi tersebut sangat berbeda dalam proses interaksi via gadget. Menurut Mustofa, yang akrab disapa Cak Mus, ketika seseorang berkomunikasi melalui gadget akan sedikit bahkan tidak ada orang yg menegur terkait kesalahan komunikasi yang dirasa melenceng dari tatanan.

“Ketika kita melakukan kesalahan dalam lingkup langsung, dalam konteks yang nyata, pasti ada orang yang juga langsung memberikan teguran. Misal saya berbicara ngoko pada orang yang lebih tua, padahal itu tidak sopan, tapi pasti ada orang yang langsung menegur saya bahwa itu kurang baik. Berbeda jika saya bicara ngoko ke orang lebih tua via gadget, belum tentu saya langsung dapat teguran,” imbuhnya.

Cak Mus juga menambahkan bahwa bisa jadi melencengnya proses komunikasi di era ini memiliki hubungan dengan permainan tradisional. Di mana permainan tradisional merupakan sebuah wadah yang membutuhkan interaksi langsung antara dua orang atau lebih. Ada hubungan timbal balik di dalamnya yang jelas bisa membuat kegiatan komunikasi menjadi lebih efisien, yang juga bisa mengurangi dampak kesalahan dalam berkomunikasi.

Artinya permainan tradisional bisa menjadi pilihan yang ampuh untuk menumbuhkan nilai-nilai moral kemasyarakatan, salah satunya terhadap kegiatan komunikasi. Lebih lagi, permainan tradisional pada akhirnya tidak hanya melulu berbicara soal kultur, budaya, atau kesenangan, melainkan juga terdapat proses edukasi di dalamnya yang dapat dipahami oleh semua pihak.

Potret Permainan Tradisional di Indonesia
info gambar

Di sisi lain, memasuki era kekinian permainan tradisional menjadi sesuatu yang terus terkikis. Bagi Cak Mus permainan tradisional bukan lagi ketinggalan zaman, akan tetapi ditinggalkan oleh zaman, ditinggalkan oleh mereka yang tidak berupaya mengenal maupun mengenalkan budaya ini sebagai sesuatu yang harusnya diwariskan.

Padahal jika dikulik lebih dalam, permainan tradisional adalah salah satu momen yang tepat untuk mengetahui lebih dalam berbagai hal tentang bangsa ini. Utamanya mengenai budaya gotong royong dan semangat kebangsaan.

“Dalam permainan tradisional, ada dua generasi yang berperan. Anak-anak dilibatkan dalam permainan. Orang tua dilibatkan untuk mengetahui filosofi dari permainan, agar orang tua tau bahwa permainan yang dilalui anak-anaknya punya pesan moral yang dekat dengan budaya kita, budaya Indonesia. Sehingga harapannya ketika sampai di rumah, orang tua bisa memaknai pesan dari permainan dan mampu membangun pondasi mengenai komunikasi dalam keluarga,” tutur Cak Mus.

Oleh sebab itu melalui hadirnya Kampoeng Dolanan, permainan tradisional hendaknya mampu menjadi ajang untuk menyatukan semua elemen masyarakat tanpa melihat status, kelas, ras, gender, usia, dan agama. Dengan demikian permainan tradisional merupakan sesuatu yang umum, yang bisa dinikmati dan dirasakan oleh semua pihak.

Permainan Tradisional Sebagai Bagian Dari Budaya Indonesia
info gambar

Harapan Untuk Permainan Tradisional

Cak Mus menambahkan, kedepannya ia dan teman-teman penggagas Kampoeng Dolanan lainnya berharap jika permainan tradisional bisa terus berkembang dan dikenal masyarakat luas. Terlebih permainan tradisional tidak lagi menjadi sesuatu yang ditinggalkan.

“Harapannya ya permainan tradisional bisa kembali dekat dengan masyarakat. Orang-orang yang terlibat di Kampoeng Dolanan melalui permainan tradisional juga bisa mengembangkan diri mereka masing-masing dan semoga Kampoeng Dolanan bisa menjadi destinasi wisata yang berupaya menumbuhkan lagi nilai-nilai pendidikan melalui permainan tradisional,” tutupnya.

Wah inspiratif sekali ya. Ayo kembali galakkan permainan tradisional sebagai budaya khas Indonesia! Jangan sampai permainan tersebut hilang ditelan zaman. Sebab jika bukan kita, siapa lagi?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini