Para Pria Suku Sasak Adu Jantan Lewat Tradisi Presean

Para Pria Suku Sasak Adu Jantan Lewat Tradisi Presean
info gambar utama

Dua orang pria tengah berdiri dengan gagahnya di arena pertarungan. Keduanya akan menguji kejantanan sebagai pria. Keduanya beradu tangkas untuk saling menyerang dengan bantuan tongkat (penyalin) dan tameng (ende). Tongkat yang digunanakan dalam presean terbuat dari rotan.

Dua pria yang saling berhadapan di hadapan banyak orang ini disebut sebagai pepadu, dan permainan yang akan dilakukan bernama Presean. Kesenian yang telah berkembang menjadi tradisi Suku Sasak ini diperkirakan telah berusia ratusan tahun.

Ada yang mengatakan bahwa presean merupakan bentuk luapan emosi setelah melakukan peperangan. Ada juaga yang menyebut bahwa presean bagian dari ritual untuk memanggil hujan. Ritual pemanggilan hujan dilakukan pada bulan ke tujuh kalender Sasak.

Meskipun dalam pagelarannya terdapat unsur kekerasan, namun presean sejatinya membawa nilai – nilai positif. Setiap pepadu atau petarung harus memiliki jiwa sportif yang tinggi. Tidak boleh ada unsur dendam dalam setiap pertarungan karena tujuan dari presean adalah media persahabatan. Terdapat wasit yang akan mengawal setiap pertarungan.

Dalam praktiknya tiap pukulan tidak boleh disertai emosi. Pukulan yang dilayangkan hanya sebatas upaya untuk mengalahkan lawan. Karena dalam pagelarannya sendiri ditujukan untuk menjalin hubungan persahabatan antar pria di Suku Sasak. Sportifitas dijunjung tinggi dalam tradisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa sejak dulu nilai – nilai sportifitas telah ditanamkan oleh Suku Sasak.

Tidak ada pakaian khusus yang dikenakan oleh setiap pepadu. Selain penyalin dan ende, pepadu hanya menggunakan celana, kain penutup celana, dan kain penutup kepala. Tiap pertarungan akan diiringi oleh musik yang semakin menyemarakkan pertandingan. Alat musik yang digunakan biasanya adalah gong, sepasang kendang, rincik, simbal, suling, dan kanjar.

Hingga kini tradisi yang berasal dari Lombok ini masih terus dilakukan. Bahkan presean telah menjadi ikon budaya Suku Sasak. Tradisi presean juga digelar untuk menyambut tamu besar dan menjadi salah satu minat wisatawan di Lombok. Pagelaran presean yeng masih berlangsung hingga hari ini adalah upaya pelestarian dan pengenalan budaya yang ada di Lombok.


Sumber: indonesiakaya.com | negerikuindonesia.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini