Pengalaman Lintas-Budaya dalam Misi PBB di Minustah, Haiti

Pengalaman Lintas-Budaya dalam Misi PBB di Minustah, Haiti
info gambar utama

"Misi Perdamaian PBB merupakan satu isu penting bagi Indonesia mengingat Indonesia merupakan salah satu negara kontributor terbesar bagi Misi Perdamaian PBB," ujar Menlu Retno. - Antaranews

Seperti apa sih pengalaman para pasukan Indonesia dalam Misi PBB tersebut?
Mari simak pengalaman Brigadir Polisi Mikael Situmorang yang saat ini bertugas sebagai Staf Pribadi Kepala Biro Misi Internasional Divhubinter Polri BRIGJENPOL KRISHNA MURTI, S.I.K., M.Si. di bawah ini:

Perkenalkan nama saya Mikael Situmorang, 29 tahun, pangkat Brigadir Polisi, dan sejak tahun 2008 saya mengabdikan diri sebagai prajurit Bhayangkara. Sungguh suatu kebanggaan untuk saya dan keluarga menjadi bagian IPO (Individual Police Officer) kontingen dari Indonesia di MINUSTAH – Haiti, Negara di Karibia yang berbahasa utama Perancis.

Bersama Kepolisian Nasional Haiti dan FPU (Formed Police Unit) dari melaksanakan operasi kepemilikan senjata illegal di Port au Prince, Haiti. (C)Mikael Situmorang
info gambar

Setibanya di Haiti pada tanggal 17 September 2016 ada banyak hal yang membuat saya sedikit terkejut dengan keadaan kota, pola hidup, dan juga budaya masyarakat lokal. Keadaan kota yang semrawut, infrastruktur jalanan yang rusak sehingga membuat debu jalanan bertebaran ketika kendaraan melewati jalanan utama, serta banyaknya sampah yang mengisyaratkan sebuah komunitas yang dengan senang hati bebas membuang sampah secara sembarangan. Berhadapan dengan lingkungan yang sangat baru merupakan suatu tantangan tersendiri sedangkan berhadapan dengan orang–orang baru adalah tantangan lainnya. Sebagai informasi, misi ini adalah misi besutan PBB yang diikutsertai oleh anggota Kepolisian dari banyak negara di dunia.

Perbedaan budaya, latar belakang, dan pendidikan memang sudah menjadi hal biasa yang kita hadapi di sebuah Negara kaya budaya seperti Indonesia. Namun, ada keunikan tersendiri ketika saya berhadapan dengan perbedaan yang datang dari Negara lain. Ada hal yang lazim bagi saudara saudarai kita dari Negeri seberang, namun bagi kita hal tersebut merupakan hal yang tak lazim. Contohnya, mereka yang berasal dari Negara–negara di Asia Selatan kerap menepuk–nepuk kepala sebagai salam kepada seseorang atau teman, bisa dibayangkan jika hal tersebut mereka lakukan kepada orang Indonesia yang mereka temui setiap hari, yang bagi kita sebagai orang Indonesia hal tersebut dapat dikatakan hal yang tak sopan.

Pengalaman unik mengenai ini pernah saya alami sendiri ketika berkenalan dengan IPO dari India yang baru saja bergabung di tim saya. Di hari pertama kita berkenalan seperti biasa, namun pada hari kedua ketika hendak bersalaman dia langsung mengarahkan tangannya ke kepala saya dan menepuk–nepuk yang seingat saya agak sedikit keras. Sebagai informasi kita sebagai IPO Indonesia sudah mendapat pembekalan yang matang mengenai hal–hal yang akan dihadapi di daerah misi termasuk beradaptasi dengan budaya Negara lain agar tak mengalami culture shock. Hal lain yang tak lazim pada umumnya bagi kita sebagai WNI adalah rekan-rekan dari Negara Afrika yang kerap memberi pelukan ketika pertama bertemu pada awal memulai pekerjaan, dan mereka tak segan melakukan hal tersebut kepada orang lain setiap hari, ya setiap hari.

Pengawalan oleh Militer dari Brazil ketika melaksanakan Patroli jalan kaki di sebuah pemukiman zona merah di Cite Soleil, Port au Prince – Haiti. (C)Mikael Situmorang
info gambar

Ada banyak hal lain yang saya temui sejak saya bergabung di misi ini, yang bagi saya merupakan pelajaran berharga bagi saya agar menjadi orang yang lebih open-minded dan lebih membuka diri kepada budaya dan cara pandang orang lain. Orang dari daratan Eropa yang umumnya “dingin” dalam arti tak banyak bicara, tak akan bicara jika tidak ditanya atau tak ada topik penting yang harus dibicarakan. Orang dari Amerika Latin yang lebih hangat dan ramah, yang dengan mudahnya memberikan ciuman pada pipi kiri dan kanan ketika bersalaman dengan lawan jenis. Orang dari Amerika Utara (Kanada dan Amerika Serikat) yang sepengalaman saya hanya fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, profesional dan cenderung cuek.

Bagi banyak orang, berpartisipasi dalam misi PBB seperti ini mungkin seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang bernuansa bahaya, seram, dan mengancam nyawa. Kadang, ancaman tersebut pun berasal dari alam yang mungkin sedang enggan bercengkerama dengan insan manusia. Pada tanggal 4 Oktober 2016, sebuah badai bernama Matthew sempat memporak-porandakan wilayah Karibia, Haiti pun tak terkecuali. Saya pun sempat dikabarkan hilang pada saat badai tersebut mengamuk. Setelah kejadian tersebut, saya pun tak pernah letih mengawal bantuan kemanusiaan setiap hari dari pagi sampai larut malam selama 6 bulan berturut-turut.

Bersama anak – anak korban badai Matthew yang melanda bagian selatan Haiti 04 Oktober 2016. PBB kerap memberikan bantuan berupa bahan makanan dan bahan bangunan kepada warga yang wilayahnya diterpa bencana badai pada waktu itu. (C)Mikael Situmorang
info gambar

Betapa beruntungnya saya dengan pembekalan yang matang dari Institusi Polri mengenai adaptasi terhadap budaya dan pola hidup dari Negara lain, sehingga hal tersebut bukan menjadi hambatan bagi saya dalam menjalankan tugas sebagai duta bangsa. Saya berterimakasih kepada Institusi Polri beserta Pimpinan dan staf di dalamnya yang telah mempercayakan saya mengemban misi berharga ini, yang merupakan pengalaman berharga yang mungkin akan saya alami hanya sekali seumur hidup. Saya tak pernah berhenti berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melindungi dan memberikan hidayah kepada segenap IPO Indonesia di misi MINUSTAH, Haiti ini. Salam saya dari Haiti untuk segenap rakyat Indonesia. Bravo POLRI. NKRI Harga Mati!


Sumber: Pengalaman pribadi dari (Brigadir Polisi) Mikael Situmorang, Staf Pribadi Kepala Biro Misi Internasional Divhubinter Polri BRIGJENPOL KRISHNA MURTI, S.I.K., M.Si.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini