Kepiawaian Direktorat Jenderal Bea Cukai antara Masyarakat dan Hasil Ekspor Indonesia

Kepiawaian Direktorat Jenderal Bea Cukai antara Masyarakat dan Hasil Ekspor Indonesia
info gambar utama

Antara Masyarakat dan Sumber Daya Alam

Tidak perlu dipertanyakan lagi, bahwa Indonesia adalah negara yang terkenal akan sejagad sumber daya alam dengan nuansa pemandangan nan indah yang membuat para wisatawan tercandu untuk balik dan balik lagi ke negara kepulauan tersebut, karena letak geografisnya yang strategis dengan luas sekitar 1.919.440 km² menunjukkan betapa kayanya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna, potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Mulai dari sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi, membuat Indonesia semakin lengkap akan daya tariknya.

Dilengkapi dengan berbagai sistem yang telah diatur dengan sangat epic oleh pemerintah yang setiap bidangnya dibagi ke dalam beberapa lembaga yang mampu mengatasi masalah negara seperti adanya kementrian keuangan yang mengurusi hal ekonomi negara mulai dari sisi keuangan, selain itu dari sisi kepabeanan dan cukai negara diatur oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan fungsi utamanya melindungi masyarakat, industri dalam negeri dan kepentingan nasional, melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor maupun keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh ketentuan/regulasi.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Indonesia semakin meningkat hasil produksi hutannya secara signifikan dari tahun ke tahun karena kerjasama epic antar elemen masyarakat dengan Diektorat Jenderal Bea dan Cukai. Ini dia berbagai hasil produksi hutan yang elegan dan patut diacungi jempol untuk diekspor ke berbagai negara, terdapat 5K hasil alam yang dapat saya rangkum yang paling boming pokok d kehidupan sehari – hari ditelinga masyarakat yaitu :

Kopi

Berita terhangat dikalangan masyarakat saat ini mengenai dunia ekspor salah satu hasil sumber daya alam Indonesia yang tak kalah saing dengan negara lain ketenarannya adalah kopi.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Tahun 2018 untuk pertama kalinya, Indonesia melakukan ekspor kopi ke luar negeri. Ekspor perdana ini dilakukan ke Taiwan sebesar 15 ton. Hal ini dilakukan oleh kelompok tani binaan Kopi Asli Urang Garut (Kasuga). Dedi Junaedi, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, menjelaskan bahwa ekspor kopi perdana ini menjadikan tolok ukur untuk memajukan kopi khususnya hasil dari Kabupaten Garut. Selain ke Taiwan, akan ada ekspor susulan ke berbagai negara lainnya. "Momentum ini sangat penting bagi (Kementan) untuk mendukung ekspor perdana ke Taiwan dan selanjutnya ada permintaan lagi ke Ukraina. Luar biasa peran petani Kabupaten Garut dan pemerintah akan terus memberikan dukungan dan semangat," kata Dedi yang dikutip dari wartaekonomi.co.id.

Tak hanya cukup sampai disitu saja, negara Belanda pun menjadi salah satu eksportir terbesar kopi Indonesia. Belanda merupakan salah satu pasar yang memiliki potensial dalam hal kopi Indonesia di Eropa. Nilai ekspor kopi Indonesia tahun 2017 tercatat sebesar 9,2 juta dolar AS dengan tren peningkatan selama lima tahun terakhir sebesar 23,4 persen.

Karet

Tak kalah dengan si kopi hasil perkebunan yang satu ini juga menjadi salah satu hasil ekspor Indonesia ke berbagai negara yaitu si karet. Kita perlu berbangga karena Indonesia adalah negara produsen karet kedua di dunia.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Indonesia berhasil menghasilkan 3,200,000 ton karet pada tahun 2014 lalu. Karet adalah sebuah produk komoditi yang digunakan di banyak peralatan di seluruh dunia, mulai dari peralatan industri hingga peralatan rumah tangga. Ada dua tipe karet yang dikenal luas, yaitu karet alam yang dibuat dari getah pohon karet, dan karet sintetis yang dibuat dari minyak mentah. Daerah penghasil karet di Indonesia adalah Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat. Di tahun 2015 lalu perkebunan karet di Indonesia bahkan mencapai 3,65 hektare. Lima negara yang mengimpor karet dari Indonesia adalah Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, dan Brazil.

Kakao

Selain kedua sumber daya alam diatas, ini merupakan salah satu hasil alam asli Indonesia yang digemari oleh semua kangan masyarakat dengan berbagai olahan uniknya. Yaps, hasil alam tersebut pohon kakao yang biasanya diolah menjadi cokelat.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Biji Kakao merupakan bahan dasar pembuatan cokelat dan bahan makanan lainnya. Sektor kakao memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian di Indonesia. Negara Indonesia juga berhasil menjadi negara produsen kakao ketiga terbesar di dunia. Daerah terutama penghasil kakao di Indonesia adalah, Salatiga, Jawa Tengah. Kakao bubuk yang akan diekspor maupun dikonsumsi oleh rakyat Indonesia harus memnuhi standar Nasional Indonesia (SNI), dan harus mencakup standar kualitas spesifik, metode pengambilan sampel dan pengujian, kebersihan produk, pengemasan dan pelabelan. Nilai ekspor kakao bahkan mencapai USD 1.224,5

Negara-negara pengimpor dari kakao dari Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, China, Inggris, Belgia, Hongkong, Vietnam, Singapura, Prancis, Kanada, Australia, Malaysia, Taiwan, Rusia, Belanda, Italia, Jerman, Korea Selatan, dan Denmark.

Kelapa Sawit

Untuk yang satu ini sangat tidak asing bagi para Ibu Rumah Tangga atau koki nih karena salah satu bahan utama mereka tersusun dari hasil alam asli tanah Indonesia yaitu kelapa sawit. Kelapa sawit yang diproduksi di Indonesia sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri sebagai bahan mentah dalam pembuatan minyak goreng, oleochemical, sabun, margarine, dan sebagian besar lainnya diekspor dalam bentuk minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Dari total kelapa sawit yang dihasilkan, ekspor CPO pada tahun 2010 sebesar 50%, sementara Crude Palm Kernel Oil (CPKO) mencapai 85% dari total minyak sawit yang dihasilkan oleh Indonesia. Negara-negara penerima kelapa sawit dari Indonesia adalah; Hongkong, India, Vietnam, China, Jerman, Singapura, Korea Utara, Italia, Malaysia, Thailand, Spanyol, Taiwan, Jepang, Kamboja, Sri Lanka, Prancis, Filipina, Amerika Serikat, Meksiko.

Kayu

Kalau hasil alam yang satu ini nih merupakan salah satu bahan yang sangat mendukung kebutuhan primer masyarakat yaitu kayu.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Ekspor produk kayu Indonesia dan turunannya ke negara-negara Uni Eropa meningkat sejak peluncuran lisensi Foreign Law Enforcement Gorvenance and Trade (FLEGT) 15 November 2016 lalu. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ida Bagus Putera Parthama mengatakan Indonesia telah menerbitkan sebanyak 14.548 lisensi dengan bobot total mencapai 364.735.450 kilogram.

.

Kita dapat simpulkan dari lima hasil alam diatas bahwa terkait dengan ketentuan larangan dan/atau pembatasan yang dilakukan pengawasannya oleh DJBC yaitu barang ekspor yang dikenakan bea keluar antara lain Kulit dan Kayu, Biji kakao, Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk turunannya, Produk hasil pengolahan mineral logam, dan Produk mineral logam dengan kriteria tertentu. Dengan Perhitungan Bea Keluar adalah sebagai berikut:

  1. dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari Harga Ekspor (advalorum), Bea Keluar dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor per Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang

  1. dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik, Bea Keluar dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Tarif Bea Keluar Per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang Tertentu x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang

Sedangkan dalam tata laksana kegiatan kepabeanan di bidang ekspor yaitu ditunjukkan dengan flowchart dibawah ini :

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
Sumber: www.beacukai.go.id/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini