Refleksi Menyambut Asian Games: Kultur Indonesia Kental dengan Sportivitas

Refleksi Menyambut Asian Games: Kultur Indonesia Kental dengan Sportivitas
info gambar utama

Rasanya masih hangat di ingatan tentang isu ulah supporter Indonesia yang dinilai menghina timnas Malaysia U-16 pada perhelatan ASEAN Football Federation (AFF) Juli 2018 lalu. Atau sorakan “Go Home Denmark!” sepanjang pertandingan yang dilayangkan oleh supporter tanah air pada pebulutangkis Denmark di ajang “BCA Indonesia Open 2017”. Atau tawuran antar-supporter tim sepak bola dalam negeri yang tidak jarang sampai merenggut nyawa. Adalah hal – hal yang menciderai marwah dan citra olahraga di negeri ini.

Aksi anarkis masih kerap mewarnai rentetan laga olahraga di Indonesia. Sehingga tidak jarang, orang enggan datang mendukung tim kesayangan hanya karena khawatir diserang oleh rekan setanah air atau sesukunya sendiri hanya karena perbedaan dukungan. Padahal tanpa disadari nilai – nilai sportivitas sebenarnya sangat lekat pada setiap elemen kehidupan.

Kacamata Dunia Melihat Orang Indonesia sebagai Orang yang Berbudi Pekerti Luhur

Dilansir dari forum diskusi internasional online Quora (2014) dengan pilihan topik “what do people from other countries think of Indonesia/ Indonesians”, hampir seluruh responden menjawab bahwa orang Indonesia merupakan orang yang ramah, baik hati, tenggang rasa, dan solid. Pemahaman nilai dan norma kehidupan sejatinya sudah ditanamkan sejak kecil pada tataran keluarga di Indonesia. Seorang adik harus mencium punggung tangan kakaknya saat bersalaman, seorang yang lebih muda harus membungkukkan badan saat melewati yang lebih tua, orang yang mengendarai sepeda harus menyapa orang yang berjalan kaki, dan masih banyak lagi. Ini merupakan indikasi bahwa hormat menghormati menjadi ruh dalam setiap pergaulan.

Orang Indonesia juga dinilai cenderung memiliki sikap legowo dan nerimo yang salah satu falsafahnya dapat dimaknai dalam pepatah Jawa “nerimo ing pandum, menerima segala pemberian (Tuhan)”. Maka tidaklah heran jika suatu saat menemui seorang kakek usia renta yang memanggul rumput ternak berkilo – kilogram, masih bisa tersenyum lebar jika ditegur sapa. Sebab baginya hal tersebut lumrah ia terima dan kerjakan. Tidak perlu heran juga melihat anak – anak SD di Desa Bonto Matinggi, Sulawesi Selatan menyeberangi sungai dengan arus kencang untuk dapat sekolah, karena mereka mafhum itu yang harus mereka terima dan upayakan.

Saya pribadi yang saat ini bekerja pada lingkup relasi internasional, sering mendapati decak kagum dan rasa salut dari kolega negara tetangga saat mengetahui betapa indahnya bermasyarakat di Indonesia yang nampak selalu menomorsatukan gotong royong pada tiap lini kehidupan. Contoh sederhana, adanya organisasi setingkat RT dengan segala program kerja yang umumnya bersifat swadaya yang hampir tidak dimiliki oleh negara manapun. Contoh lainnya, perbaikan jalan desa di beberapa daerah masih banyak yang dilakukan dengan gotong royong warga ketimbang menyerahkan pekerjaan tersebut pada developer. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa prinsip persatuan dan kesatuan serta menghargai proses masih dijunjung tinggi. Jika demikian adanya, mengapa masih saja ada daftar kelam pertikaian antar-supporter di republik ini?

Memaknai Sportivitas, Menyukseskan Asian Games

Merujuk pada KBBI, sportivitas berarti sikap bersedia mengakui keunggulan lawan. Sportivitas juga sering dimaknai sebagai perilaku etis dan berintegritas. Berkaca pada laga olahraga seperti yang disampaikan pada paragraf pembuka, rasanya perlu sejenak merefleksikan diri sebagai supporter olahraga; sejauh mana sportivitas kita junjung? Jika banyak negara lain mengelu – elukan kita memiliki budi pekerti yang luhur, sehebat apa kita mengakui keunggulan lawan dari tim kesayangan?

Terpilih sebagai tuan rumah Asian Games ke-17 adalah sebuah kehormatan bagi rakyat Indonesia. Olehnya, bangsa ini telah dan masih mempersolek diri sebaik – baiknya demi menyambut delegasi dari 45 negara peserta. Persiapan sarana dan prasarana mulai dari venue pertandingan, wisma atlet, hingga rekayasa lalu lintas sudah dilakukan lewat kerja bersama dan berkesinambungan. Komite resmi Asian Games 2018 (INASGOC) bahkan turut serta merangkul musisi Indonesia papan atas untuk berkontribusi lewat official theme songs sebagai langkah jitu menggaungkan sense of belonging dan semangat persatuan pada Asian Games. Tak sampai disitu, fitur berupa filter maskot Asian Games untuk swafoto juga tersedia sebagai pendekatan tersendiri untuk generasi millennial yang memang menyusun sekitar 34,45% dari total penduduk Indonesia saat ini.

Kita meyakini para atlet delegasi Indonesia sudah siap bertanding dan akan menjunjung nilai – nilai sportivitas dan persatuan. Jerih payah berbagai pihak dalam menyiapkan Asian Games sangat perlu diberi apresiasi setinggi – tingginya salah satunya dengan cara kita menjadi supporter yang tertib dan sportif. Legowo dan nerimo apabila atlet Indonesia tidak menang pada suatu pertandingan serta menghargai setiap proses yang berjalan. Supporter tidak hanya mereka yang memadati area pertandingan untuk memberi dukungan langsung, bukan juga hanya mereka yang bersorai nonton bareng via televisi, tapi kita sebagai warga dimanapun berada yang selalu menunjukkan budi pekerti luhur. Yang ramah, baik, hormat dan tenggang rasa pada semua delegasi, tanpa syarat. Yang turut bergotong royong menjaga kondusifitas pesta akbar olahraga ini dalam bentuk apapun. Sesederhana membuang sampah pada tempat sampah demi menjaga kebersihan dan keindahan. Sepertinya tidak akan sulit dilakukan sebab hal – hal tersebut adalah bagian dari kultur asli kita.

When You Do Right No One Remembers, When You Do Wrong No One Forgets

Tips menjadi tuan rumah yang disegani tamu adalah dengan senantiasa memberikan suguhan yang baik dan berkesan. Sehingga tamu merasa nyaman dan sangat mungkin akan kembali berkunjung. Begitu juga dengan Asian Games kali ini, ketika rangkaian acara berjalan optimal, tertib dan penuh semarak, maka peluang engagement, perdagangan dan investasi di Indonesia akan semakin terbuka lebar. Bisa jadi warga negara asing semakin gemar mengunjungi Indonesia karena kesan warganya yang ramah dan baik hati! Maka tentu kerja bersama ini akan terus berkesinambungan, tidak hanya tuntas ketika Asian Games 2018 selesai.


Sumber:

Purwandi, Lilik, 2016. Indonesian 2020: The Urban Middle Class. Researchgate.

https://www.liputan6.com/bola/read/3605710/mengklaim-dihina-fans-indonesia-malaysia-protes-ke-aff-dan-afc Diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

https://www.merdeka.com/olahraga/selebrasi-dianggap-lecehkan-indonesia-begini-reaksi-mathias-boe.htmlDiakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

https://www.quora.com/What-do-people-from-other-countries-think-of-Indonesia-Indonesians Diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

https://olahraga.kompas.com/read/2018/07/20/19274458/asian-games-2018-pemain-dan-penonton-harus-tunjukkan-sportivitas Diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

https://serikatnews.com/asian-games-2018-sportivitas-indonesia/ Diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

https://asiangames.tempo.co/read/1085290/pemerintah-kebut-pembangunan-infrastruktur-asian-games-2018 Diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

https://sports.okezone.com/read/2018/06/30/601/1916167/inasgoc-luncurkan-official-theme-song-asian-games-2018 Diakses pada 11 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini