Cagar Biosfer Berisikan Surga Terumbu Karang Indonesia

Cagar Biosfer Berisikan Surga Terumbu Karang Indonesia
info gambar utama

Taman Nasional Taka Bonerate sangat terkenal bahkan didaftarkan sebagai sebuah area konservasi pada masa penjajahan Belanda.

Dikutip dariKompas.combahwa berdasarkan sebuah peta tahun 1901, area tersebut bernama Tijger Eilanded atau Kepulauan Macan. Tidak ada yang tahu persis darimana nama tersebut berasal, namun pihak Belanda disebut-sebut telah mengganti namanya menjadi Taka Bonerate, yang berasal dari bahasa lokal.

"Taka berarti koral, bone berarti pasir, dan rate berarti di atas, berarti bermakna 'ladang koral di atas pasir," ucap Asri dari Humas dan Pusat Informasi Data Taman Nasional Taka Bonerate.

Taka Bonerate, yang mana sebuah cagar laut, memiliki bentuk seperti cincin, umumnya dianggap sebagai atol. Berfungsi sebagai inang dari sebuah spesies unik lamun dan ekosistem batu karang.

Kekayaan laut Taka Bonerate diperuntukkan sebagai riset, pengetahuan, edukasi, dan untuk mendukung kultivasi, pariwisata, dan rekreasi.

UNESCO mulai memberikan perhatian terhadap taman nasional ini sejak 2015, ketika Taka Bonerate didaftarkan sebagai zona inti untuk cagar biosfer mencakup Kabupaten Kepulauan Selayar. Dinamakan cagar biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar.

Hingga saat ini, taman nasional ini mencakup 18 pulau kecil, 5 pulau karang, dan 30 koral yang membentuk sebuah cincin atau atol.

Terdapat tujuh pulau berpenghuni di area ini; Tarupa, Rajuni kecil, Rajuni besar, Latondu besar, Jinatp, Pasitallu Tengah, dan Pasitallu Timur, yang mana dihuni oleh suku Bugis dan Bajo.

A bridge in Tinabo island, Taka Bonerate National Park, Selayar Islands, South Sulawesi (Kompas.com/Asri/TN Taka Bonerate)
info gambar

"Suku Bajo di Taka Bonerate berbeda dengan suku lainnya di Sulawesi Selatan. Orang Bajo di Taka tinggal di pulau-pulau pasir," ucap Asri.

Ia menambahkan, menurut penduduk lokal, Taka Bonerate telah dikunjungi oleh nelayan dari pulau lain karena tingginya potensi perikanannya sejak era kolonial.

Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini